id
int64 1
6.24k
| surah_id
int64 1
114
| surah_arabic
stringclasses 114
values | surah_latin
stringclasses 114
values | surah_transliteration
stringclasses 114
values | surah_translation
stringclasses 110
values | surah_num_ayah
int64 3
286
| surah_page
int64 1
604
| surah_location
stringclasses 2
values | ayah
int64 1
286
| page
int64 1
604
| quarter_hizb
int64 0
61
| juz
int64 1
30
| manzil
int64 1
7
| arabic
stringlengths 6
1.22k
| latin
stringlengths 6
1k
| translation
stringlengths 6
1.62k
| no_footnote
stringclasses 678
values | footnotes
stringclasses 678
values | tafsir_wajiz
stringlengths 6
3.62k
| tafsir_tahlili
stringlengths 63
19.5k
| tafsir_intro_surah
stringclasses 114
values | tafsir_outro_surah
stringclasses 113
values | tafsir_munasabah_prev_surah
stringclasses 113
values | tafsir_munasabah_prev_theme
stringlengths 126
2.63k
⌀ | tafsir_theme_group
stringlengths 6
130
⌀ | tafsir_kosakata
stringlengths 52
23k
⌀ | tafsir_sabab_nuzul
stringclasses 172
values | tafsir_conclusion
stringlengths 127
3.71k
⌀ |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
401 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 108 | 63 | 7 | 4 | 1 | تِلْكَ اٰيٰتُ اللّٰهِ نَتْلُوْهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ ۗ وَمَا اللّٰهُ يُرِيْدُ ظُلْمًا لِّلْعٰلَمِيْنَ | Tilka āyātullāhi natlūhā ‘alaika bil-ḥaqq(i), wa mallāhu yurīdu ẓulmal lil-‘ālamīn(a). | Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepadamu dengan benar dan tidaklah Allah berkehendak melakukan kezaliman pada semesta alam. | null | null | Setelah pada ayat-ayat sebelumnya Allah menguraikan tanda-tanda kekuasaan Allah, kecaman terhadap orang yang murtad dan kafir, petunjuk kepada orang yang beriman yaitu keharusan mati dalam keadaan Islam, pentingnya persatuan dan kesatuan, serta perbedaan nasib orang kafir dan orang mukmin di akhirat, lalu dalam ayat ini Allah menutup penjelasan tersebut dengan menegaskan bahwa itulah ayat-ayat Allah, ketetapan suatu kebenaran yang tidak boleh diragukan yang Kami bacakan melalui Malaikat Jibril kepada kamu dengan benar wahai Nabi Muhammad, dan kamu harus berpegang teguh kepada Al-Qur’an dengan mengikuti petunjuk berupa perintah dan larangan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan perintah dan larangan tersebut Allah tidaklah berkehendak menzalimi siapa pun di seluruh alam, tetapi orang-orang kafir itulah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan berpecah belah dan berselisih tentang kebenaran ajaran agama, sehingga mereka pantas mendapat siksaan yang pedih. | “Itulah ayat-ayat Allah yang telah dibacakan dengan benar dan setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan tingkah lakunya di dunia, dan Allah sekali-kali tidak berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya sebab Dia Mahakaya dan Mahaadil, dapat melaksanakan kehendak-Nya yang sempurna tidak tergantung kepada siapa pun.” | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu umat Islam diperintahkan agar selalu bersatu, tidak bercerai-berai dan ada sekelompok dari mereka untuk berdakwah, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa anjuran untuk berbuat kebajikan dan menjauhi segala keburukan akan menjadikan mereka yang melakukannya sebagai orang yang berbahagia. Sebaliknya yang ingkar dan durhaka serta tidak patuh pada ajaran-ajaran Allah akan mendapat azab. | PERBEDAAN NASIB ORANG MUKMIN
DAN NASIB ORANG KAFIR DI AKHIRAT | Kosakata: Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama. | null | null |
402 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 109 | 64 | 7 | 4 | 1 | وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗوَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ ࣖ | Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), wa ilallāhi turja‘ul-umūr(u). | Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. | null | null | Mahasuci Allah dari perbuatan aniaya karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahasempurna, Mahakaya, dan tidak memerlukan apa pun dari hamba-Nya, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Kemudian Dia akan mengadakan perhitungan dan memberi pahala kepada orang yang taat dan menghukum orang yang zalim. | Di samping itu seluruh benda-benda alam, baik kategori planet maupun bintang-bintang yang jumlahnya sangat banyak adalah kepunyaan Allah. Dia mempunyai wewenang sepenuhnya untuk mengatur segala isinya dengan kebijaksanaan tanpa harus mempertanggungjawabkan kepada siapa pun karena Dialah Maha Pencipta alam semesta dan kepada-Nya pula seluruh urusan akan dikembalikan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu umat Islam diperintahkan agar selalu bersatu, tidak bercerai-berai dan ada sekelompok dari mereka untuk berdakwah, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa anjuran untuk berbuat kebajikan dan menjauhi segala keburukan akan menjadikan mereka yang melakukannya sebagai orang yang berbahagia. Sebaliknya yang ingkar dan durhaka serta tidak patuh pada ajaran-ajaran Allah akan mendapat azab. | PERBEDAAN NASIB ORANG MUKMIN
DAN NASIB ORANG KAFIR DI AKHIRAT | Kosakata: Tabyaḍḍ - Taswadd تَبْيَضُّ - تَسْوَدُّ (Āli ‘Imrān/3: 106)
Tabyaḍḍ kata kerja muḍari’ dari ibyaḍḍa, masdarnya ibyiḍaḍan atau bayaḍan, artinya menjadi putih. Warna putih adalah warna yang paling utama menurut orang Arab, maka semua keutamaan dan kemuliaan diekspresikan dengan warna putih, sehingga orang yang tidak berdosa disebut orang yang putih wajahnya. Wajah putih menggambarkan kebahagiaan. Sedangkan taswadd asal kata as-sawad artinya warna hitam, lawan kata putih. Kalau wajah putih adalah ungkapan kebahagiaan, sebaliknya wajah hitam adalah ungkapan dari kesedihan, murung, dukacita dan sebagainya (an-Naḥl/16:58). Kata putih dan hitam di sini sebenarnya adalah penggambaran dari sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit, karena orang yang digambarkan dengan wajah putih dan hitam dalam ayat ini terjadi pada hari kiamat, yaitu kegembiraan orang-orang yang akan masuk surga dan kesedihan orang-orang yang akan masuk neraka.
Qurṭubi menjelaskan bahwa pada hari kiamat, wajah kaum Muslimin terlihat putih bagaikan salju. Ibnu Kaṡīr melalui riwayat yang sahih menjelaskan bahwa kaum Mukmin yang pertama kali masuk sorga, wajah mereka seperti bulan purnama. | null | 1. Orang mukmin akan menerima nasib yang baik di akhirat nanti. Muka mereka putih bersih, berseri-seri karena mereka akan dimasukkan ke dalam surga dan akan memperoleh rahmat dan keridaan Allah untuk selama-lamanya. Tetapi orang kafir menerima nasib yang buruk, muka mereka hitam dan muram karena mendapat kecaman dan ancaman dari Allah.
2. Untuk melakukan hal itu bagi Allah yang Mahakuasa adalah mudah dan perlakuan terhadap orang mukmin dan orang kafir adalah sesuai dengan keadilan-Nya. |
403 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 110 | 64 | 7 | 4 | 1 | كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ | Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta'murūna bil-ma‘rūfi wa tanhauna ‘anil-munkari wa tu'minūna billāh(i), wa lau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, minhumul-mu'minūna wa akṡaruhumul-fāsiqūn(a). | Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. | null | null | Setelah Allah menjelaskan kewajiban berdakwah bagi umat Islam dan menjaga persatuan dan kesatuan, maka dalam ayat ini dijelaskan bahwa kewajiban tersebut dikarenakan kamu (umat Islam) adalah umat terbaik dan paling utama di sisi Allah yang dilahirkan, yaitu ditampakkan untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah dengan iman yang benar, sehingga kalian menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta beriman kepada rasul-rasul-Nya. Itulah tiga faktor yang menjadi sebab umat Islam mendapat julukan umat terbaik. Sekiranya Ahli Kitab beriman sebagaimana umat Islam beriman, menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar serta tidak bercerai berai dan berselisih tentang kebenaran ajaran agama Allah, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Kenyataannya di antara mereka ada yang beriman sebagaimana imannya umat Islam, sehingga sebagian kecil dari mereka ini pantas mendapat julukan sebaik-baik umat, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik, tidak mau mengikuti petunjuk dan tidak taat kepada Allah serta mengingkari syariat-Nya. | Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.
Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa Nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah-belah selalu berada dalam suasana kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ ١٥ (الحجرٰت)
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (al-Ḥujurāt/49: 15)
Jadi ada dua syarat untuk menjadi umat terbaik di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama, iman yang kuat dan, kedua, menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.
Ahli Kitab itu jika beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang fasik, tidak mau beriman, mereka percaya kepada sebagian kitab suci dan kafir kepada sebagiannya yang lain, atau mereka percaya kepada sebagian rasul seperti Musa dan Isa dan kafir kepada Nabi Muhammad saw. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa pada hari kiamat nanti ada dua golongan manusia yang amat berlainan nasibnya yaitu dengan muka putih berseri-seri dan yang bermuka hitam muram. Yang pertama adalah wajah kaum mukminin, sedang yang kedua wajah kaum kafirin dan munafikin. Dalam ayat ini disebutkan bahwa orang-orang yang yang beriman adalah sebaik-baik umat di dunia, karena mereka selalu berpegang teguh pada agama Allah, menjunjung tinggi kebenaran mengajak kepada kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran dan senantiasa beriman kepada Allah. | KEUTAMAAN UMAT ISLAM | Kosakata: Ḥabl حَبْلٌ (Āli ‘Imrān/3: 112)
Dalam Al-Qur’an, kata ḥabl disebut sebanyak tujuh kali. Lima kali dalam bentuk mufrad (tunggal), dua kali dalam bentuk jamak. Semua kata ḥabl yang ada, tidak disebut dalam posisi berdiri sendiri, tetapi disebutkan dalam posisi yang disandarkan pada kata yang lain (muḍāf ilaih), sehingga dalam memahaminya tidak mungkin dilihat secara terlepas dari konteks kalimat yang ada. Secara bahasa, kata ḥabl berarti “tali yang biasa digunakan untuk mengikat sesuatu atau alat untuk pegangan”. Tetapi jika kata ini disandarkan pada kata lain, maka maknanya bisa berubah, seperti kata ḥabl al-warīd yang terdapat dalam Surah Qāf/50:16. Kata tersebut tidak mungkin dimaknai secara harfiah: tali leher, tetapi mesti dipahami menurut konteksnya: urat nadi leher. Dengan demikian, kata ḥabl dalam ayat 112 Surah Āli ‘Imrān, juga mesti dipahami secara metaforis, bukan secara harfiah. Ayat 112 ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya yang menerangkan perilaku orang-orang Ahli Kitab. Mereka akan ditimpa kehinaan kecuali dengan habl min Allah yaitu membayar jizyah berupa pajak kepada pemerintah, dan habl min al-nās, yaitu keamanan yang mereka peroleh dari kaum Muslimin. | null | null |
404 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 111 | 64 | 7 | 4 | 1 | لَنْ يَّضُرُّوْكُمْ اِلَّآ اَذًىۗ وَاِنْ يُّقَاتِلُوْكُمْ يُوَلُّوْكُمُ الْاَدْبَارَۗ ثُمَّ لَا يُنْصَرُوْنَ | Lay yaḍurrūkum illā ażā(n), wa iy yuqātilūkum yuwallūkumul-adbār(a), ṡumma lā yunṣarūn(a). | Mereka tidak akan membahayakanmu, kecuali gangguan-gangguan kecil saja. Jika mereka memerangi kamu, niscaya mereka berbalik ke belakang (kalah), kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. | null | null | Meskipun kebanyakan Ahli Kitab adalah fasik, tetapi mereka tidak akan membahayakan kamu, karena Allah akan menjaga kamu selama kamu menjalankan tiga faktor yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali gangguan-gangguan kecil saja, seperti cemoohan, ancaman, dan cercaan. Dan jika suatu ketika mereka memerangi kamu, niscaya Allah akan menolong orang-orang yang beriman, sehingga mereka mundur berbalik ke belakang karena kalah. Selanjutnya mereka tidak mendapat pertolongan dari siapapun. | Ahli Kitab itu tidak membahayakan umat Islam, kecuali sekadar menyakiti hati dengan perkataan yang keji, atau dengan menjelek-jelekan sifat Nabi dan menjauhkan manusia dari agama Islam.
Segala usaha dan tipu daya mereka akan hilang tak berbekas ditelan oleh keteguhan iman dan ketabahan berjuang yang dimiliki oleh kaum Muslimin sebagaimana diungkapkan dalam ayat ini.
(1) “Mereka sekali-kali tidak akan mendatangkan mudarat kepada kamu selain gangguan-gangguan berupa celaan saja.” Mereka hanya mencaci, mencela, memburuk-burukkan Islam, mencoba menimbulkan keraguan dan mengumpat Nabi.
(2) “Dan jika mereka berperang dengan kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang.” Mereka tidak pernah berhasil menimbulkan kerugian besar di kalangan Muslimin.
(3) “Kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan,” untuk mencapai kemenangan. Memang belum pernah mereka mendapat kemenangan di dalam peperangan melawan Islam, meskipun mereka bersekutu dengan kaum musyrikin. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa pada hari kiamat nanti ada dua golongan manusia yang amat berlainan nasibnya yaitu dengan muka putih berseri-seri dan yang bermuka hitam muram. Yang pertama adalah wajah kaum mukminin, sedang yang kedua wajah kaum kafirin dan munafikin. Dalam ayat ini disebutkan bahwa orang-orang yang yang beriman adalah sebaik-baik umat di dunia, karena mereka selalu berpegang teguh pada agama Allah, menjunjung tinggi kebenaran mengajak kepada kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran dan senantiasa beriman kepada Allah. | KEUTAMAAN UMAT ISLAM | Kosakata: Ḥabl حَبْلٌ (Āli ‘Imrān/3: 112)
Dalam Al-Qur’an, kata ḥabl disebut sebanyak tujuh kali. Lima kali dalam bentuk mufrad (tunggal), dua kali dalam bentuk jamak. Semua kata ḥabl yang ada, tidak disebut dalam posisi berdiri sendiri, tetapi disebutkan dalam posisi yang disandarkan pada kata yang lain (muḍāf ilaih), sehingga dalam memahaminya tidak mungkin dilihat secara terlepas dari konteks kalimat yang ada. Secara bahasa, kata ḥabl berarti “tali yang biasa digunakan untuk mengikat sesuatu atau alat untuk pegangan”. Tetapi jika kata ini disandarkan pada kata lain, maka maknanya bisa berubah, seperti kata ḥabl al-warīd yang terdapat dalam Surah Qāf/50:16. Kata tersebut tidak mungkin dimaknai secara harfiah: tali leher, tetapi mesti dipahami menurut konteksnya: urat nadi leher. Dengan demikian, kata ḥabl dalam ayat 112 Surah Āli ‘Imrān, juga mesti dipahami secara metaforis, bukan secara harfiah. Ayat 112 ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya yang menerangkan perilaku orang-orang Ahli Kitab. Mereka akan ditimpa kehinaan kecuali dengan habl min Allah yaitu membayar jizyah berupa pajak kepada pemerintah, dan habl min al-nās, yaitu keamanan yang mereka peroleh dari kaum Muslimin. | null | null |
405 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 112 | 64 | 7 | 4 | 1 | ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِۢيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ | Ḍuribat ‘alaihimuż-żillatu aina mā ṡuqifū illā biḥablim minallāhi wa ḥablim minan-nāsi wa bā'ū bigaḍabim minallāhi wa ḍuribat ‘alaihimul-maskanah(tu), żālika bi'annahum kānū yakfurūna bi'āyātillāhi wa yaqtulūnal-ambiyā'a bigairi ḥaqq(in), żālika bimā ‘aṣaw wa kānū ya‘tadūn(a). | Kehinaan ditimpakan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka pasti mendapat murka dari Allah dan kesengsaraan ditimpakan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas. | null | null | Tidak saja menderita kekalahan, mereka selalu diliputi kehinaan dan tidak ada lagi kebanggaan akibat kekalahan itu di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada dua hal, yaitu tali ajaran agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia di mana mereka akan aman selama perjanjian itu berlaku. Tetapi mereka melanggar, sehingga mendapat murka dari Allah dan selalu diliputi kesengsaraan. Murka Allah kepada mereka yang demikian itu, karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak, padahal tidak ada alasan yang menyebabkan nabi pantas dibunuh. Yang demikian itu, yaitu kekufuran dan pembunuhan yang terjadi, karena mereka terus-menerus durhaka dan melampaui batas, banyak berbuat maksiat, memuja dunia, serta mengubah isi kitab suci mereka. | Dengan kekafiran dan keingkaran para Ahli Kitab (Yahudi), serta tindak tanduk mereka yang keterlaluan memusuhi umat Islam dengan berbagai cara dan usaha, Allah menimpakan kehinaan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali bila mereka tunduk dan patuh kepada peraturan dan hukum Allah dengan membayar jizyah, yaitu pajak untuk memperoleh jaminan keamanan (ḥabl min Allāh) dan mereka memperoleh keamanan dari kaum muslimin (ḥabl min al-nās).
Tetapi hal ini tidak dapat mereka laksanakan dalam pergaulan mereka dengan Nabi dan para sahabatnya di Medinah, bahkan mereka selalu menentang dan berusaha melemahkan posisi kaum Muslimin dan tetap memusuhi Islam. Karena itu mereka mendapat kemurkaan Allah, ditimpa kehinaan dan terusir dari Medinah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa pada hari kiamat nanti ada dua golongan manusia yang amat berlainan nasibnya yaitu dengan muka putih berseri-seri dan yang bermuka hitam muram. Yang pertama adalah wajah kaum mukminin, sedang yang kedua wajah kaum kafirin dan munafikin. Dalam ayat ini disebutkan bahwa orang-orang yang yang beriman adalah sebaik-baik umat di dunia, karena mereka selalu berpegang teguh pada agama Allah, menjunjung tinggi kebenaran mengajak kepada kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran dan senantiasa beriman kepada Allah. | KEUTAMAAN UMAT ISLAM | Kosakata: Ḥabl حَبْلٌ (Āli ‘Imrān/3: 112)
Dalam Al-Qur’an, kata ḥabl disebut sebanyak tujuh kali. Lima kali dalam bentuk mufrad (tunggal), dua kali dalam bentuk jamak. Semua kata ḥabl yang ada, tidak disebut dalam posisi berdiri sendiri, tetapi disebutkan dalam posisi yang disandarkan pada kata yang lain (muḍāf ilaih), sehingga dalam memahaminya tidak mungkin dilihat secara terlepas dari konteks kalimat yang ada. Secara bahasa, kata ḥabl berarti “tali yang biasa digunakan untuk mengikat sesuatu atau alat untuk pegangan”. Tetapi jika kata ini disandarkan pada kata lain, maka maknanya bisa berubah, seperti kata ḥabl al-warīd yang terdapat dalam Surah Qāf/50:16. Kata tersebut tidak mungkin dimaknai secara harfiah: tali leher, tetapi mesti dipahami menurut konteksnya: urat nadi leher. Dengan demikian, kata ḥabl dalam ayat 112 Surah Āli ‘Imrān, juga mesti dipahami secara metaforis, bukan secara harfiah. Ayat 112 ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya yang menerangkan perilaku orang-orang Ahli Kitab. Mereka akan ditimpa kehinaan kecuali dengan habl min Allah yaitu membayar jizyah berupa pajak kepada pemerintah, dan habl min al-nās, yaitu keamanan yang mereka peroleh dari kaum Muslimin. | null | 1. Umat Islam adalah umat terbaik, selama mereka melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar dan tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Muhammad saw.
2. Ahli Kitab (Yahudi) terdiri dari dua golongan. Pertama golongan yang beriman yang jumlahnya sedikit dan kedua golongan orang fasik yang tetap dalam kekafirannya, dan jumlahnya lebih banyak. Mereka tidak akan dapat membahayakan umat Islam, selama umat Islam berpegang teguh dengan keimanan dan persatuan.
3. Kehinaan selalu menimpa kaum Yahudi karena sifat-sifatnya yang buruk, di antaranya mereka tetap dalam kekafiran, membunuh nabi-nabi, selalu durhaka dan mengobarkan permusuhan. Mereka akan tetap demikian kecuali bila mereka membayar jizyah (ḥabl min Allāh) dan memperoleh keamanan dari kaum muslimin (ḥabl min al-nās). |
406 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 113 | 64 | 7 | 4 | 1 | ۞ لَيْسُوْا سَوَاۤءً ۗ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اُمَّةٌ قَاۤىِٕمَةٌ يَّتْلُوْنَ اٰيٰتِ اللّٰهِ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ | Laisū sawā'ā(n), min ahlil-kitābi ummatun qā'imatuy yatlūna āyātillāhi ānā'al-laili wa hum yasjudūn(a). | Mereka tidak sama. Di antara Ahlulkitab ada golongan yang lurus.112) Mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari dalam keadaan bersujud (salat). | 112 | 112) Yaitu Ahlulkitab yang telah memeluk agama Islam. | Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Ahli Kitab diliputi rasa kehinaan karena kalah perang, maka dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka itu tidak seluruhnya sama dalam hal ingkar kepada Allah dan jahat terhadap sesama manusia. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, lurus, melaksanakan tuntunan Nabi mereka, beriman kepada Allah dan kerasulan Muhammad. Hal ini dikarenakan mereka membaca ayat-ayat Allah pada sebagian malam hari, dan mereka juga tunduk kepada Allah dengan bersujud, yaitu tunduk dan patuh dan mendirikan salat. | Orang Yahudi adalah suatu kaum yang mempunyai sifat-sifat dan perbuatan buruk, antara lain mereka kafir kepada ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa alasan yang benar, tetapi mereka semua tidak sama. Ada di antara mereka yang beriman, sekalipun kebanyakan di antaranya adalah orang-orang fasik.
Abdullah bin Salam, Ṡa‘labah bin Sa‘īd, Usaid bin ‘Ubaid dan kawan-kawannya adalah orang-orang Yahudi dari Ahli Kitab yang menegakkan kebenaran dan keadilan, tidak menganiaya orang, memeluk agama Islam dan tidak melanggar perintah-perintah Allah.
Mereka membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan tekun dan penuh perhatian pada waktu malam yang diawali dengan terbenamnya matahari dan diakhiri dengan terbitnya fajar, ketika orang tidur nyenyak, dan mereka juga sujud mengadakan hubungan langsung dengan Allah swt. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu sudah dijelaskan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan buruk Ahli Kitab (Yahudi) dan pembalasan yang akan ditimpakan kepada mereka, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa tidak semua sifat dan perbuatan Ahli Kitab itu buruk, tetapi ada juga di antara mereka yang mempunyai sifat-sifat dan perbuatan yang baik. | AHLI KITAB YANG BERIMAN | Kosakata: Ummah Qā’imah اُمَّةٌ قَاِئمَةٌ (Āli ‘Imrān/3:113)
Ungkapan ini terdiri dari dua kata, yaitu kata ummah dan kata qā’imah. Kata ummah berarti—lihat kembali penjelasan kosakata ummah wāḥidah dalam konteks Surah al-Baqarah/2:213—antara lain suatu golongan atau kelompok manusia/orang. Sedangkan kata qā’imah berarti “yang lurus” (mustaqīmah) pada agama Allah, yaitu mereka melaksanakan kewajiban agama yang menjadi amanah bagi mereka dengan ikhlas. Penegasan tentang adanya sekelompok orang dari kalangan Ahli Kitab yang lurus dan ikhlas melaksanakan ajaran agama Allah adalah untuk menjelaskan bahwa tidak semua Ahli Kitab memiliki watak, karakter, dan sifat-sifat yang buruk serta membangkang terhadap Islam, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an (al-Baqarah/2:62). Tegasnya, tidaklah benar kalau Ahli Kitab disamaratakan sebagai orang yang buruk dan menentang Islam, tetapi ada orang-orang tertentu dari kalangan mereka yang karena telah menerima dan memeluk Islam, bersikap dan bertindak lurus pada agama Allah ini. Mereka yang disebutkan terakhir inilah yang disebut ummah qā’imah (orang-orang yang bersikap lurus pada agama). Sekarang pun, banyak orang yang setelah memeluk Islam dengan sungguh-sungguh, yang sebelumnya berasal dari Ahli Kitab, menjalankan keislamannya dengan serius. Mereka itulah ummah qā’imah. | null | null |
407 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 114 | 64 | 7 | 4 | 1 | يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ | Yu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhiri wa ya'murūna bil-ma‘rūfi wa yanhauna ‘anil-munkari wa yusāri‘ūna fil-khairāt(i), wa ulā'ika minaṣ-ṣāliḥīn(a). | Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang saleh. | null | null | Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir dengan iman yang benar, sehingga tampak pada perilaku mereka, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera serta tidak menunda-nunda mengerjakan berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh, yaitu orang yang baik dan mengajak orang lain untuk berbuat baik. Mereka itulah orang-orang yang beruntung dan mendapat rida Allah. | Mereka beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat dengan iman yang sungguh-sungguh, iman yang tidak dicampur dengan kemunafikan. Beriman kepada Allah berarti beriman pula kepada yang wajib diimani dan dipercayai, mencakup rukun iman seperti beriman kepada malaikat, para rasul, kitab-kitab samawi, qada dan qadar dan sebagainya.
Beriman kepada hari akhirat, berarti menjauhi segala macam maksiat, karena yakin apabila mereka berbuat maksiat di dunia mereka di azab di hari kemudian dan mereka mengadakan kebajikan karena mengharapkan pahala dan keridaan Allah.
Setelah mereka menyempurnakan diri dengan sifat-sifat dan amal perbuatan yang baik seperti tersebut di atas, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan orang lain dari kesesatan, membimbing mereka kepada jalan kebaikan dengan amar makruf, dan mencegah mereka dari perbuatan yang dilarang agama dengan jalan nahi mungkar.
Selanjutnya mereka secara bersama-sama dan berlomba-lomba mengadakan pelbagai kebajikan. Oleh karena mereka telah memiliki sifat-sifat mulia dan amal baik seperti tersebut, Allah memasukkan mereka kepada golongan orang yang saleh. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu sudah dijelaskan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan buruk Ahli Kitab (Yahudi) dan pembalasan yang akan ditimpakan kepada mereka, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa tidak semua sifat dan perbuatan Ahli Kitab itu buruk, tetapi ada juga di antara mereka yang mempunyai sifat-sifat dan perbuatan yang baik. | AHLI KITAB YANG BERIMAN | Kosakata: Ummah Qā’imah اُمَّةٌ قَاِئمَةٌ (Āli ‘Imrān/3:113)
Ungkapan ini terdiri dari dua kata, yaitu kata ummah dan kata qā’imah. Kata ummah berarti—lihat kembali penjelasan kosakata ummah wāḥidah dalam konteks Surah al-Baqarah/2:213—antara lain suatu golongan atau kelompok manusia/orang. Sedangkan kata qā’imah berarti “yang lurus” (mustaqīmah) pada agama Allah, yaitu mereka melaksanakan kewajiban agama yang menjadi amanah bagi mereka dengan ikhlas. Penegasan tentang adanya sekelompok orang dari kalangan Ahli Kitab yang lurus dan ikhlas melaksanakan ajaran agama Allah adalah untuk menjelaskan bahwa tidak semua Ahli Kitab memiliki watak, karakter, dan sifat-sifat yang buruk serta membangkang terhadap Islam, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an (al-Baqarah/2:62). Tegasnya, tidaklah benar kalau Ahli Kitab disamaratakan sebagai orang yang buruk dan menentang Islam, tetapi ada orang-orang tertentu dari kalangan mereka yang karena telah menerima dan memeluk Islam, bersikap dan bertindak lurus pada agama Allah ini. Mereka yang disebutkan terakhir inilah yang disebut ummah qā’imah (orang-orang yang bersikap lurus pada agama). Sekarang pun, banyak orang yang setelah memeluk Islam dengan sungguh-sungguh, yang sebelumnya berasal dari Ahli Kitab, menjalankan keislamannya dengan serius. Mereka itulah ummah qā’imah. | null | null |
408 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 115 | 64 | 7 | 4 | 1 | وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِالْمُتَّقِيْنَ | Wa mā yaf‘alūna min khairin falay yukfarūh(u), wallāhu ‘alīmum bil-muttaqīn(a). | Kebaikan apa pun yang mereka kerjakan, mereka tidak akan dihalangi dari (pahala)-nya. Allah Maha Mengetahui orang-orang bertakwa. | null | null | Untuk menyenangkan hati mereka, maka Allah memberitahu bahwa amal saleh dan kebajikan apa pun yang mereka kerjakan, baik yang tersembunyi maupun yang tampak, tidak ada yang mengingkarinya dan pasti akan diberi pahala dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa yang berbuat baik hanya untuk mencari rida-Nya. | Orang-orang Yahudi yang masih fasik senantiasa mengadakan provokasi kepada teman-temannya yang sudah beriman dan masuk Islam, bahwa mereka akan rugi dengan imannya itu.
Sebagai jawaban dan bantahan atas perbuatan buruk mereka itu, ditegaskan bahwa kebajikan apa saja yang telah dikerjakan oleh mereka yang telah beriman, mereka tetap akan memperoleh pahala dari amal perbuatannya dan tidak akan dihalangi sedikit pun menerimanya.
Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa di antara mereka. Karenanya, amal perbuatan mereka tidak akan disia-siakan tetapi akan diberi pahala yang berlipat ganda. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu sudah dijelaskan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan buruk Ahli Kitab (Yahudi) dan pembalasan yang akan ditimpakan kepada mereka, maka pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa tidak semua sifat dan perbuatan Ahli Kitab itu buruk, tetapi ada juga di antara mereka yang mempunyai sifat-sifat dan perbuatan yang baik. | AHLI KITAB YANG BERIMAN | Kosakata: Ummah Qā’imah اُمَّةٌ قَاِئمَةٌ (Āli ‘Imrān/3:113)
Ungkapan ini terdiri dari dua kata, yaitu kata ummah dan kata qā’imah. Kata ummah berarti—lihat kembali penjelasan kosakata ummah wāḥidah dalam konteks Surah al-Baqarah/2:213—antara lain suatu golongan atau kelompok manusia/orang. Sedangkan kata qā’imah berarti “yang lurus” (mustaqīmah) pada agama Allah, yaitu mereka melaksanakan kewajiban agama yang menjadi amanah bagi mereka dengan ikhlas. Penegasan tentang adanya sekelompok orang dari kalangan Ahli Kitab yang lurus dan ikhlas melaksanakan ajaran agama Allah adalah untuk menjelaskan bahwa tidak semua Ahli Kitab memiliki watak, karakter, dan sifat-sifat yang buruk serta membangkang terhadap Islam, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an (al-Baqarah/2:62). Tegasnya, tidaklah benar kalau Ahli Kitab disamaratakan sebagai orang yang buruk dan menentang Islam, tetapi ada orang-orang tertentu dari kalangan mereka yang karena telah menerima dan memeluk Islam, bersikap dan bertindak lurus pada agama Allah ini. Mereka yang disebutkan terakhir inilah yang disebut ummah qā’imah (orang-orang yang bersikap lurus pada agama). Sekarang pun, banyak orang yang setelah memeluk Islam dengan sungguh-sungguh, yang sebelumnya berasal dari Ahli Kitab, menjalankan keislamannya dengan serius. Mereka itulah ummah qā’imah. | null | 1. Di antara orang-orang Yahudi ada segolongan yang beriman, tekun membaca ayat-ayat Al-Qur’an, rajin beribadah pada malam hari, melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar serta berlomba-lomba berbuat kebajikan.
2. Allah memasukkan golongan ini dalam golongan orang yang saleh dan dijamin akan mendapat balasan yang berlipat ganda atas segala amal kebajikannya.
3. Keutamaan Ahli Kitab yang masuk Islam mendapat dua pahala, karena beriman kepada nabinya kemudian beriman kepada Nabi Muhammad.
4. Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada-Nya. |
409 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 116 | 65 | 7 | 4 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ | Innal-lażīna kafarū lan tugniya ‘anhum amwāluhum wa lā aulāduhum minallāhi syai'ā(n), wa ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a). | Sesungguhnya orang-orang yang kufur, baik harta maupun anak-anaknya, sedikit pun tidak dapat menolak (azab) Allah. Mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. | null | null | Jika amal perbuatan orang yang beriman akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah, maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa ketentuan itu tidak berlaku bagi orang kafir. Sesungguhnya tidak akan berguna bagi orang-orang kafir, baik harta yang dikumpulkan dan dipuja maupun anak-anak mereka yang selalu dibangga-banggakan, sedikit pun tidak dapat memberi manfaat untuk menolak azab dan siksa yang sudah ditetapkan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Mereka itu penghuni neraka sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka selama hidup di dunia, dan mereka kekal di dalamnya. | Ayat ini turun berkenaan dengan orang Yahudi dan kaum musyrik yang selalu mencerca dan menghina Nabi Muhammad saw, serta pengikut-pengikutnya. Mereka mengatakan, “Kalau Muhammad dan pengikut-pengikutnya memang orang yang benar dan dapat dipercaya, kenapa mereka selalu dalam kemiskinan dan kemelaratan, padahal kitalah yang kaya-kaya dan banyak anak.”
Mereka selalu membanggakan hal ini kepada orang-orang yang beriman dan mencoba menariknya agar berpihak kepada mereka dan kembali menganut agama nenek moyang mereka. Hal ini biasa dilakukan orang kafir pada masa dahulu terhadap nabi-nabi yang diutus Allah sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ ٣٥ (سبأ)
Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (Saba’/34:35).
Maka sebagai jawaban atas penghinaan dan tantangan itu diturunkanlah ayat ini yang menegaskan bahwa banyak harta dan anak tidak akan melepaskan mereka dari siksaan di akhirat kelak. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah Allah menjelaskan bahwa semua amal kebajikan yang dilakukan oleh para Ahli Kitab yang beriman akan diterima dan mereka akan mendapat pahalanya, maka pada ayat-ayat ini Allah menegaskan bahwa harta dan anak-anak para Ahli Kitab yang tetap dalam kekafiran tidak akan dapat menolong mereka di akhirat nanti. Mereka pasti akan masuk neraka. | HARTA DAN ANAK TIDAK AKAN DAPAT
MENOLONG SESEORANG DI AKHIRAT | Kosakata: Żalamū Anfusahum ظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ (Āli ‘Imrān/3:117)
Ungkapan ini terdiri dari dua kata, yaitu ẓalamū dan anfusahum. Żulm adalah “menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Gabungan dua kata tersebut membawa pada arti (kaum) yang berlaku lalim pada diri sendiri. Dalam kata ẓalamu terdapat dua aspek yang saling terkait, yaitu aspek subjek yang melakukan perbuatan lalim, dan aspek perbuatan lalim. Siapakah subjek yang berbuat lalim dan perbuatan lalim apakah yang mereka lakukan? Subyek yang berbuat lalim terhadap diri sendiri di sini adalah orang kafir yang disebutkan pada ayat sebelumnya, sedangkan perbuatan lalim yang mereka lakukan ialah tindakan menginfakkan harta dengan motivasi hal-hal duniawi, bukan dengan motivasi memperoleh perkenan dan balasan Allah swt. Tindakan menginfakkan harta oleh orang kafir, dengan motivasi duniawi, tidak akan memperoleh balasan apa pun kecuali kehampaan, seperti kehampaan orang-orang yang bercocok tanam, tetapi tanamannya diterjang oleh badai yang membawa banjir bandang yang melumatkan pertaniannya. Tentu tidak ada hasil apa pun yang dapat dipanennya. Tindakan orang kafir yang demikian itu dipandang sebagai tindakan lalim pada diri sendiri, karena motivasi yang salah lahir dari mereka sendiri, dan motivasi yang salah itu dikarenakan mereka tidak beriman. | null | null |
410 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 117 | 65 | 7 | 4 | 1 | مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ ۗ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ | Maṡalu mā yunfiqūna fī hāżihil-ḥayātid-dun-yā kamaṡali rīḥin fihā ṣirrun aṣābat ḥarṡa qaumin ẓalamū anfusahum fa ahlakath(u), wa mā ẓalamahumullāhu wa lākin anfusahum yaẓlimūn(a). | Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini adalah ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu (angin itu) merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri. | null | null | Perumpamaan harta yang mereka infakkan baik secara ikhlas tapi tanpa dilandasi iman yang benar atau karena mencari popularitas di mata manusia di dalam kehidupan dunia ini, adalah ibarat angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman yang siap dipanen, milik suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, karena tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, lalu angin itu merusaknya, sehingga tanaman yang siap dipanen tersebut seolah hangus terbakar dan pemiliknya tidak sedikit pun mendapatkan hasil. Karena tujuan infak mereka adalah popularitas, maka itulah yang mereka dapatkan. Dengan demikian Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri karena mereka hanya memburu kehidupan duniawi dan tidak percaya kepada kehidupan ukhrawi. . | Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan itu seperti angin dingin yang berhembus sangat kencang menghabiskan segala tanaman yang ditanam, sehingga pemiliknya tidak dapat memetik hasilnya walau sedikit pun. Meskipun pada lahirnya mereka telah menafkahkan hartanya untuk kepentingan umum seperti membangun benteng pertahanan, jembatan-jembatan, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan lain-lain dengan harapan yang besar bahwa kebaikan mereka itu akan mendapat ganjaran dari Allah dan dapat menolong mereka di akhirat nanti, namun harapan itu akan sia-sia belaka. Firman Allah:
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا ٢٣ (الفرقان)
Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (al-Furqān/25:23).
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ ٣٩ (النّور)
Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. (an-Nūr/24:39).
Sebenarnya Allah tidak menganiaya orang kafir karena tidak memberi ganjaran bagi amal perbuatan mereka yang baik, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya diri sendiri karena tidak mau beriman, padahal bukti-bukti telah banyak sekali di tangan mereka yang menunjukkan kebenaran dan kerasulan Nabi Muhammad saw.
Menurut kajian ilmiah, salah satu fenomena penting yang terjadi pada tanaman yang terkena hawa (angin) yang sangat dingin di antaranya adalah fenomena rusaknya sel-sel, terutama sel daun. Seperti telah umum diketahui bahwa kira-kira 70% dari kandungan sel adalah air. Ketika terkena hawa yang sangat dingin maka air di dalam sel membeku. Apabila air sudah membeku maka terbentuklah kristal-kristal es yang volumenya lebih besar daripada air. Adanya pembekuan itu menyebabkan dinding-dinding sel hancur karena tergerus molekul-molekul air yang mengembang karena pembekuan. Kenampakan fenomena ini dari luar: daun terlihat menjadi kering seperti terbakar. Fenomena ini seperti sering terjadi pada tanaman teh di pegunungan Jawa Barat yang dikenal dengan fenomena Ibun Bajra (Embun Api). Perumpamaan harta yang dibelanjakan tidak sesuai dengan kehendak Allah, akan membawa kehancuran bagi pelakunya, seperti cairan sel yang menghancurkan dirinya sendiri ketika kena hawa dingin.
Dalam ayat di atas juga diperlihatkan akibat perubahan perilaku cuaca terhadap kehidupan, dalam hal ini tanaman pertanian. Secara biologis, suatu perubahan cuaca yang tidak biasa, misal kenaikan maupun penurunan suhu yang tajam, akan sangat mengganggu proses metabolisme tumbuhan. Akibatnya jelas, yaitu akan terjadi disfungsi dari berbagai organ yang ada yang mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal, atau tanaman akan mati. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah Allah menjelaskan bahwa semua amal kebajikan yang dilakukan oleh para Ahli Kitab yang beriman akan diterima dan mereka akan mendapat pahalanya, maka pada ayat-ayat ini Allah menegaskan bahwa harta dan anak-anak para Ahli Kitab yang tetap dalam kekafiran tidak akan dapat menolong mereka di akhirat nanti. Mereka pasti akan masuk neraka. | HARTA DAN ANAK TIDAK AKAN DAPAT
MENOLONG SESEORANG DI AKHIRAT | Kosakata: Żalamū Anfusahum ظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ (Āli ‘Imrān/3:117)
Ungkapan ini terdiri dari dua kata, yaitu ẓalamū dan anfusahum. Żulm adalah “menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Gabungan dua kata tersebut membawa pada arti (kaum) yang berlaku lalim pada diri sendiri. Dalam kata ẓalamu terdapat dua aspek yang saling terkait, yaitu aspek subjek yang melakukan perbuatan lalim, dan aspek perbuatan lalim. Siapakah subjek yang berbuat lalim dan perbuatan lalim apakah yang mereka lakukan? Subyek yang berbuat lalim terhadap diri sendiri di sini adalah orang kafir yang disebutkan pada ayat sebelumnya, sedangkan perbuatan lalim yang mereka lakukan ialah tindakan menginfakkan harta dengan motivasi hal-hal duniawi, bukan dengan motivasi memperoleh perkenan dan balasan Allah swt. Tindakan menginfakkan harta oleh orang kafir, dengan motivasi duniawi, tidak akan memperoleh balasan apa pun kecuali kehampaan, seperti kehampaan orang-orang yang bercocok tanam, tetapi tanamannya diterjang oleh badai yang membawa banjir bandang yang melumatkan pertaniannya. Tentu tidak ada hasil apa pun yang dapat dipanennya. Tindakan orang kafir yang demikian itu dipandang sebagai tindakan lalim pada diri sendiri, karena motivasi yang salah lahir dari mereka sendiri, dan motivasi yang salah itu dikarenakan mereka tidak beriman. | null | 1. Segala amal kebajikan yang dikerjakan orang kafir di dunia, harta dan anak-anak mereka tidak dapat menolong mereka di akhirat untuk membebaskan mereka dari api neraka.
2. Amal kebaikan mereka itu sia-sia laksana tanaman yang dimusnahkan oleh badai. |
411 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 118 | 65 | 7 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ | Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tattakhiżū biṭānatam min dūnikum lā ya'lūnakum khabālā(n), waddū mā ‘anittum, qad badatil-bagḍā'u min afwāhihim, wa mā tukhfī ṣudūruhum akbar(u), qad bayyannā lakumul-āyāti in kuntum ta‘qilūn(a). | Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil teman kepercayaan dari orang-orang di luar kalangan (agama)-mu (karena) mereka tidak henti-hentinya (mendatangkan) kemudaratan bagimu. Mereka menginginkan apa yang menyusahkanmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang mereka sembunyikan dalam hati lebih besar. Sungguh, Kami telah menerangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu berpikir. | null | null | Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan bahwa amal perbuatan orang kafir tidak akan mendatangkan kebaikan karena tidak dilandasi keimanan, maka pada ayat ini Allah memperingatkan umat Islam agar tidak menjadikan orang kafir sebagai orang kepercayaan, karena mereka akan berkhianat. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu, yaitu orang-orang yang tidak beriman atau beriman tidak secara benar seperti orang-orang munafik, sebagai teman kepercayaanmu, sehingga kamu membocorkan rahasiamu, karena mereka tidak henti-hentinya menyusahkan dan menimbulkan kemudaratan atas kamu. Mereka berbuat itu karena mengharapkan kehancuranmu yang diawali dengan perpecahan dan bercerai-berai. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka berupa ucapan-ucapan buruk yang menyakitkan, umpatan dan mereka senang ketika kalian kesusahan. Hal itu telah cukup menjadi bukti kedengkian mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat daripada yang mereka ucapkan dan tampakkan. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat sebagai tanda yang membedakan antara lawan dengan kawan, dan jika kamu mengerti pastilah kamu tidak menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan. | Peringatan kepada orang mukmin agar jangan bergaul rapat dengan orang kafir yang telah nyata sifat-sifatnya yang buruk itu, jangan mempercayai mereka dan jangan menyerahkan urusan kaum Muslimin kepada mereka. Ayat ini ditutup dengan ungkapan “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat kepada kamu agar kamu mengerti,” agar orang beriman benar-benar mengerti dan menyadari tentang sifat-sifat buruk orang kafir dan oleh sebab itu tidak sepantasnya mereka dijadikan teman dekat dalam pergaulan selama mereka itu bersikap buruk terhadap orang beriman.
Janganlah orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan yang mempunyai sifat yang dinyatakan dalam ayat ini, yaitu mereka :
a. Senantiasa menyakiti dan merugikan Muslimin dan berusaha menghancurkan mereka.
b. Menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum Muslimin, mendustakan Nabi Muhammad saw dan Al-Qur’an dan menuduh umat Islam sebagai orang-orang yang bodoh dan fanatik.
c. Kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan dengan lisan itu adalah amat sedikit sekali bila dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka. Tetapi bila sifat-sifat itu telah berubah menjadi sifat-sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk terhadap kaum Muslimin, maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka.
Firman Allah:
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ٨ اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ٩ (الممتحنة).
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim. (al-Mumtaḥanah/60: 8-9).
Banyak ditemui dalam sejarah berbagai peristiwa penting yang terkait dengan Ahli Kitab, seperti pengkhianatan Yahudi Banū Qainuqa’, Banū Naḍir dan Banū Quraiẓah di Yasrib terhadap Nabi dan kaum Muslimin, sampai terjadinya Perang Khandaq. Kemudian kaum Nasrani yang membantu kaum Muslimin dalam perjuangan Islam seperti dalam penaklukan Spanyol dan pembebasan Mesir. Mereka mengusir orang-orang Romawi dengan bantuan orang Qibti. Banyak pula di antara orang Nasrani yang diangkat sebagai pegawai pada kantor-kantor pemerintah pada masa Umar bin Khaṭṭab dan pada masa Daulah Umayah dan Abbasiah, bahkan ada di antara mereka yang diangkat menjadi duta mewakili pemerintah Islam.
Demikianlah Allah telah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kaum Muslimin agar diperhatikan dengan sebaik-baiknya, jangan terperosok ke dalam jurang kebinasaan karena kurang hati-hati dan tidak waspada ketika berteman akrab dengan orang kafir itu. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya telah diterangkan sifat-sifat orang kafir dan tindakan mereka dalam menghalangi manusia untuk mengikuti jalan Allah dan dalam menerima kebenaran. Mereka tidak segan membunuh nabi-nabi, pembawa kebenaran dan melarang manusia mengikutinya dengan berbagai cara yang licik dan beraneka ragam tipu daya. Di samping itu diterangkan pula sifat-sifat orang mukmin. Mereka cepat menerima kebenaran, selalu berusaha mengerjakan kebaikan dan selalu menyeru kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Maka pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang mukmin agar jangan bergaul rapat dengan orang kafir. | LARANGAN MENGAMBIL ORANG KAFIR
SEBAGAI TEMAN KEPERCAYAAN | Kosakata: Biṭānah بِطَانَةٌ (Āli ‘Imrān/3:118)
Kata biṭānah disebutkan Al-Qur’an hanya sekali ini. Makna kata biṭānah agaknya tidak jauh dengan kata al-biṭān. Dalam kamus, kata yang disebutkan terakhir berarti “kain penutup perut kuda agar tidak dikerubungi lalat.” Makna tersebut menggambarkan betapa melekatnya kain penutup perut dengan perut yang ditutupinya, dan terkesan pula ke mana kuda melangkah ke sana pula kain tutup perut itu berada. Sungguh, antara perut dengan kain penutupnya tidak terpisah, menyatu dengan kuat dan melekat. biṭānah bisa berarti kain, pelapis baju seperti jas. Sedangkan kata biṭānah dalam ayat ini berarti “orang terdekat, orang kepercayaan, pengiring, atau sahabat karib dan akan mengetahui keadaan batin (rahasia) kita.” Pada ayat lain, dijelaskan bahwa kaum Yahudi membantu musuh-musuh Islam dalam pertempuran melawan kaum Muslimin, sehingga dalam ayat ini kaum Muslimin dilarang bersahabat karib dengan mereka. Hal ini jelas berhubungan dengan apa yang telah dijelaskan pada Surah al-Mumtaḥanah/60: 8-9. | Menurut Ibnu Abbas ayat ini diturunkan berhubungan dengan tindakan sebagian kaum Muslimin yang berhubungan erat dengan orang-orang Yahudi Medinah karena bertetangga dan adanya perjanjian damai antara mereka. Bagaimanapun sebab turun ayat ini, namun dapat dipahami bahwa Allah melarang mengambil orang kafir yang telah nyata niat jahatnya terhadap orang mukmin sebagai teman akrab. Mereka adalah orang-orang musyrik, Yahudi, munafik dan lain-lain. | null |
412 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 119 | 65 | 7 | 4 | 1 | هٰٓاَنْتُمْ اُولَاۤءِ تُحِبُّوْنَهُمْ وَلَا يُحِبُّوْنَكُمْ وَتُؤْمِنُوْنَ بِالْكِتٰبِ كُلِّهٖۚ وَاِذَا لَقُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّاۖ وَاِذَا خَلَوْا عَضُّوْا عَلَيْكُمُ الْاَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ۗ قُلْ مُوْتُوْا بِغَيْظِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ | Hā antum ulā'i tuḥibbūnahum wa lā yuḥibbūnakum wa tu'minūna bil-kitābi kullih(ī), wa iżā laqūkum qālū āmannā, wa iżā khalau ‘aḍḍū ‘alaikumul-anāmila minal-gaiẓ(i), qul mūtū bigaiẓikum, innallāha ‘alīmum biżātiṣ-ṣudūr(i). | Begitulah kamu. Kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman pada semua kitab. Apabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, “Kami beriman.” Apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena murka kepadamu. Katakanlah, “Matilah kamu karena kemurkaanmu itu!” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. | null | null | Beginilah kamu, wahai umat Islam! Kamu salah telah menyukai mereka lantaran sikap manis mereka yang pura-pura, padahal mereka tidak menyukaimu karena agama dan pandangan hidupmu tidak sama dengan mereka, dan kamu beriman kepada semua kitab termasuk kitab yang diturunkan kepada Nabi mereka, padahal mereka beriman hanya kepada sebagian isi kitab yang diturunkan kepada Nabi mereka dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran Al-Qur’an. Apabila sebagian dari mereka berjumpa kamu, mereka berkata, “Kami beriman,” padahal ucapan itu hanya untuk menipu kamu. Hal tersebut terbukti apabila mereka menyendiri berada di belakangmu dan jauh dari kamu, mereka menggigit ujung jari karena marah yang mencapai puncaknya dan disertai rasa benci kepadamu karena kamu beriman kepada Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Mereka berharap agar nikmat iman itu lenyap dari kamu. Katakanlah kepada mereka, “Matilah kamu karena kemarahanmu itu, yaitu marahlah dan bencilah kami sampai kamu mati!” Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati, mengetahui kebencianmu, kemarahanmu, kedengkianmu dan kebohonganmu kepada kami. | Ayat ini menambah penjelasan mengenai sebab-sebab mengapa orang-orang kafir itu tidak boleh dijadikan teman akrab yaitu:
1. Mereka tidak menyukai kesuksesan kaum Muslimin dan menginginkan agar Muslimin selalu dalam kesulitan dan kesusahan, padahal mereka telah dianggap sebagai saudara dan kepada mereka telah diberikan hak yang sama dengan hak kaum Muslimin sendiri.
2. Kaum Muslimin mempercayai semua Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk membenci Ahli Kitab karena banyak di antara Muslimin yang sayang kepada mereka, bergaul secara baik dengan mereka. Tetapi mereka tidak juga menyenangi Muslimin bahkan tetap mempunyai keinginan untuk mencelakakan.
3. Banyak di antara mereka yang munafik, apabila berhadapan dengan Muslimin mereka mengucapkan kata-kata manis seakan-akan benar-benar teman sejati, percaya kepada kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, tetapi bila mereka kembali kepada golongannya, mereka bersikap lain dan mengatakan dengan terang-terangan kebencian dan kemarahan mereka terhadap kaum Muslimin.
Mereka sampai menggigit jari karena iri melihat kaum Muslimin tetap bersatu, seia sekata, dan selalu berhasil dalam menghadapi musuh Islam.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar dengan tegas mengatakan kepada mereka:
هٰٓاَنْتُمْ اُولَاۤءِ تُحِبُّوْنَهُمْ وَلَا يُحِبُّوْنَكُمْ وَتُؤْمِنُوْنَ بِالْكِتٰبِ كُلِّهٖۚ وَاِذَا لَقُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّاۖ وَاِذَا خَلَوْا عَضُّوْا عَلَيْكُمُ الْاَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ۗ قُلْ مُوْتُوْا بِغَيْظِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ ١١٩ (اٰل عمران)
… “Matilah kamu karena kemarahanmu itu!” Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (Āli ‘Imrān/3:119).
Allah mengetahui segala niat yang tersimpan dalam hati kaum Muslimin yang mencintai orang-orang kafir itu sebagaimana Dia mengetahui pula keburukan hati orang-orang kafir. Maka Dia akan membalas kebaikan hati kaum Muslimin dengan balasan yang berlipat ganda dan akan membalas pula kejahatan orang kafir dengan balasan yang setimpal. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya telah diterangkan sifat-sifat orang kafir dan tindakan mereka dalam menghalangi manusia untuk mengikuti jalan Allah dan dalam menerima kebenaran. Mereka tidak segan membunuh nabi-nabi, pembawa kebenaran dan melarang manusia mengikutinya dengan berbagai cara yang licik dan beraneka ragam tipu daya. Di samping itu diterangkan pula sifat-sifat orang mukmin. Mereka cepat menerima kebenaran, selalu berusaha mengerjakan kebaikan dan selalu menyeru kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Maka pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang mukmin agar jangan bergaul rapat dengan orang kafir. | LARANGAN MENGAMBIL ORANG KAFIR
SEBAGAI TEMAN KEPERCAYAAN | Kosakata: Biṭānah بِطَانَةٌ (Āli ‘Imrān/3:118)
Kata biṭānah disebutkan Al-Qur’an hanya sekali ini. Makna kata biṭānah agaknya tidak jauh dengan kata al-biṭān. Dalam kamus, kata yang disebutkan terakhir berarti “kain penutup perut kuda agar tidak dikerubungi lalat.” Makna tersebut menggambarkan betapa melekatnya kain penutup perut dengan perut yang ditutupinya, dan terkesan pula ke mana kuda melangkah ke sana pula kain tutup perut itu berada. Sungguh, antara perut dengan kain penutupnya tidak terpisah, menyatu dengan kuat dan melekat. biṭānah bisa berarti kain, pelapis baju seperti jas. Sedangkan kata biṭānah dalam ayat ini berarti “orang terdekat, orang kepercayaan, pengiring, atau sahabat karib dan akan mengetahui keadaan batin (rahasia) kita.” Pada ayat lain, dijelaskan bahwa kaum Yahudi membantu musuh-musuh Islam dalam pertempuran melawan kaum Muslimin, sehingga dalam ayat ini kaum Muslimin dilarang bersahabat karib dengan mereka. Hal ini jelas berhubungan dengan apa yang telah dijelaskan pada Surah al-Mumtaḥanah/60: 8-9. | null | null |
413 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 120 | 65 | 7 | 4 | 1 | اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ ࣖ | In tamsaskum ḥasanatun tasu'hum, wa in tuṣibkum sayyi'atuy yafraḥū bihā, wa in taṣbirū wa tattaqū lā yaḍurrukum kaiduhum syai'ā(n), innallāha bimā ya‘malūna muḥīṭ(un). | Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati. Adapun jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu daya mereka akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala yang mereka kerjakan. | null | null | Jika mereka yang berhati dengki itu melihat kamu memperoleh kebaikan, kemenangan perang, rezeki yang melimpah, kesehatan dan kemuliaan, niscaya mereka bersedih hati bahkan hal tersebut membuat mereka marah, tetapi jika kamu tertimpa bencana, seperti sakit, kemiskinan atau kalah perang, maka mereka bergembira karenanya. Allah memberi umat Islam tuntunan agar tetap bersabar dan bertakwa kepada Allah ketika menghadapi orang yang bersifat demikian. Karena jika kamu bersabar tidak terbawa hawa nafsu untuk membalasnya dengan perbuatan jahat, dan bertakwa kepada Allah dengan tetap istikamah dalam bersabar, maka tipu daya mereka tidak akan menyusahkan dan mendatangkan bahaya bagi kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan dan Maha Mengetahui tipu daya yang mereka rahasiakan. | Selain dari sifat-sifat yang tersebut di atas yang menyebabkan timbulnya larangan bagi kaum Muslimin mengambil mereka sebagai teman setia, dalam ayat ini disebutkan kembali sikap yang menggambarkan bagaimana jahatnya hati orang-orang kafir dan hebatnya sifat dengki yang bersemi dalam dada mereka. Allah berfirman:
اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا
Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. (Āli ‘Imrān/3:120).
Qatadah berkata dalam menjelaskan firman Allah ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, “Apabila orang-orang kafir itu melihat persatuan yang kukuh di kalangan kaum Muslimin dan mereka memperoleh kemenangan atas musuh-musuh Islam, mereka merasa dengki dan marah. Tetapi bila terdapat perpecahan dan perselisihan di kalangan Muslimin dan mereka mendapat kelemahan dalam suatu pertempuran, mereka merasa senang dan bahagia. Memang sudah menjadi sunatullah, baik pada masa dahulu sampai masa sekarang maupun pada masa yang akan datang sampai hari kiamat, bila timbul di kalangan orang kafir seorang cendekiawan sebagai penantang agama Islam, Allah tetap akan membukakan kebohongannya, melumpuhkan hujahnya dan memperlihatkan cela dan aibnya.”
Karena itu Allah memerintahkan kepada umat Islam dalam menghadapi kelicikan dan niat jahat kaum kafir itu agar selalu bersifat sabar dan takwa serta tawakal kepada-Nya. Dengan demikian kelicikan mereka itu tidak akan membahayakan sedikitpun. Allah Maha Mengetahui segala tindak tanduk mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat sebelumnya telah diterangkan sifat-sifat orang kafir dan tindakan mereka dalam menghalangi manusia untuk mengikuti jalan Allah dan dalam menerima kebenaran. Mereka tidak segan membunuh nabi-nabi, pembawa kebenaran dan melarang manusia mengikutinya dengan berbagai cara yang licik dan beraneka ragam tipu daya. Di samping itu diterangkan pula sifat-sifat orang mukmin. Mereka cepat menerima kebenaran, selalu berusaha mengerjakan kebaikan dan selalu menyeru kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Maka pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang mukmin agar jangan bergaul rapat dengan orang kafir. | LARANGAN MENGAMBIL ORANG KAFIR
SEBAGAI TEMAN KEPERCAYAAN | Kosakata: Biṭānah بِطَانَةٌ (Āli ‘Imrān/3:118)
Kata biṭānah disebutkan Al-Qur’an hanya sekali ini. Makna kata biṭānah agaknya tidak jauh dengan kata al-biṭān. Dalam kamus, kata yang disebutkan terakhir berarti “kain penutup perut kuda agar tidak dikerubungi lalat.” Makna tersebut menggambarkan betapa melekatnya kain penutup perut dengan perut yang ditutupinya, dan terkesan pula ke mana kuda melangkah ke sana pula kain tutup perut itu berada. Sungguh, antara perut dengan kain penutupnya tidak terpisah, menyatu dengan kuat dan melekat. biṭānah bisa berarti kain, pelapis baju seperti jas. Sedangkan kata biṭānah dalam ayat ini berarti “orang terdekat, orang kepercayaan, pengiring, atau sahabat karib dan akan mengetahui keadaan batin (rahasia) kita.” Pada ayat lain, dijelaskan bahwa kaum Yahudi membantu musuh-musuh Islam dalam pertempuran melawan kaum Muslimin, sehingga dalam ayat ini kaum Muslimin dilarang bersahabat karib dengan mereka. Hal ini jelas berhubungan dengan apa yang telah dijelaskan pada Surah al-Mumtaḥanah/60: 8-9. | null | 1. Allah melarang kaum Muslimin berteman akrab dengan orang-orang kafir yang memusuhi Islam yang selalu berusaha untuk menghancurkan dan melemahkan kedudukannya.
2. Dalam menghadapi mereka hendaklah setiap Muslim berhati-hati dan jangan teperdaya dengan ucapan-ucapan mereka, serta selalu membentengi diri dengan sabar, tawakal dan takwa. |
414 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 121 | 65 | 7 | 4 | 1 | وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ | Wa iż gadauka min ahlika tubawwi'ul-mu'minīna maqā‘ida lil-qitāl(i), wallāhu samī‘un ‘alīm(un). | (Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang mukmin pada pos-pos pertempuran.113) Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. | 113 | 113) Peristiwa ini terjadi pada Perang Uhud pada tahun ke-3 H. | Pada ayat ini Allah mengingatkan Umat Islam akan kisah Perang Uhud. Dan ingatlah, ketika engkau wahai Nabi Muhammad, berangkat pada pagi hari Jum'at, meninggalkan keluargamu, yaitu istrimu Aisyah untuk mengatur strategi perang, dan pada hari Sabtu kamu menempatkan orang-orang beriman pada pos-pos strategis untuk pertempuran. Allah Maha Mendengar pembicaraan lagi Maha Mengetahui isi hati semua orang. | Orang-orang munafik telah menghasut kaum Muslimin agar jangan ikut berperang. Dalam perjalanan ke medan pertempuran mereka berhasil membawa kembali ke Medinah sepertiga dari tentara yang dipersiapkan untuk menghadapi kaum musyrikin. Berkat pertolongan Allah, ketabahan hati dan kesabaran menghadapi segala percobaan dan taat serta patuh menjalankan perintah Rasulullah saw yang telah membagi pasukan muslim menjadi beberapa bagian dan menempatkan mereka pada posisi-posisi yang strategis di medan perang. Sebagai buah ketaatan itu kaum Muslimin dapat terhindar dari kehancuran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan Perang Uhud (Syawal 3 H.) Pada Perang Badar (Ramadan 2 H.) kaum musyrikin menderita kekalahan total dan banyak pemimpin mereka yang mati sehingga mereka terpaksa kembali ke Mekah dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memalukan, tetapi mereka tidak tinggal diam dengan pimpinan Abu Sufyan dan orang-orang terkemuka di kalangan kaum Quraisy, mereka menyiapkan kekuatan yang lebih besar untuk membalas kekalahan mereka pada Perang Badar. Akhirnya mereka dapat mengumpulkan tiga brigade dan brigade terbesar terdiri dari 3.000 orang terbagi atas 700 orang tentara berbaju besi, 200 orang tentara berkuda dan selebihnya tentara biasa dengan persenjataan yang lengkap. Di samping itu mereka membawa pula beberapa orang perempuan untuk membangkitkan semangat bertempur di kalangan mereka, dipimpin oleh Hindun istri Abu Sufyan sendiri.
Pada mulanya Rasulullah saw ingin bertahan saja di Medinah, tetapi kebanyakan para sahabat berpendapat bahwa sebaiknya kaum Muslimin menghadapi serangan kaum musyrikin itu di luar kota. Akhirnya Rasulullah saw menerima pendapat mereka dan keluarlah beliau memimpin 1.000 orang tentara untuk menghadapi lebih dari 3.000 tentara kaum musyrikin yang berkobar-kobar semangatnya. Di tengah jalan atas hasutan Abdullah bin Ubay bin Salul, 300 orang tidak ikut berperang dan kembali ke Medinah sehingga mereka yang tinggal hanya 700 orang, di antaranya 100 orang berbaju besi dan 2 orang berkuda.
Rasulullah saw memilih tempat di kaki bukit Uhud dan menyiapkan 50 orang pemanah di atas bukit itu serta memerintahkan agar mereka jangan meninggalkan tempat walau dalam keadaan bagaimanapun. Kewajiban mereka memanah pasukan kuda musuh yang hendak maju menyerang karena kuda tidak tahan terhadap tusukan panah. Demikianlah, tentara yang hanya berjumlah 700 orang itu oleh Rasulullah ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis untuk menghadapi musuh yang jauh lebih besar dengan persenjataan lengkap. | null |
415 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 122 | 66 | 7 | 4 | 1 | اِذْ هَمَّتْ طَّۤاىِٕفَتٰنِ مِنْكُمْ اَنْ تَفْشَلَاۙ وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ | Iż hammat-ṭā'ifatāni minkum an tafsyalā, wallāhu waliyyuhumā, wa ‘alallāhi falyatawakkalil-mu'minūn(a). | (Ingatlah) ketika dua golongan dari pihak kamu114) ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. | 114 | 114) Kedua golongan itu adalah Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani Harisah dari suku Aus yang sama-sama menjadi bagian dari barisan kaum muslim. | Ketika itu ada dua golongan dari pihak kamu, yakni Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani Harisah dari suku Aus, ingin mundur dan membatalkan niatnya untuk ikut berperang karena takut mati, setelah mengetahui orang-orang munafik yang dipimpin 'Abdullah bin Ubay yang jumlahnya sepertiga dari pasukan Islam telah batal berangkat berperang, padahal Allah adalah penolong mereka, yaitu kedua suku tersebut. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal, tidak mengandalkan jumlah prajurit dan perlengkapan perang. | Dalam suasana yang sulit dan tidak menguntungkan itu ada dua golongan di antara kaum Muslimin yang hampir patah semangatnya setelah mengetahui bahwa tiga ratus orang dari pasukan kaum Muslimin tidak mau ikut bertempur dan telah kembali ke Medinah. Mereka yang hampir patah semangatnya itu ialah Banī Salamah dari suku Khazraj dan Banī Hariṡah dari suku Aus masing-masing sayap kanan dan kiri.
Mereka terpengaruh oleh suasana yang amat mencemaskan dan merasa daripada dihancurkan oleh musuh yang demikian besar lebih baik mundur. Untunglah perasaan patah semangat itu tidak lama mempengaruhi mereka karena mereka adalah orang-orang yang penuh tawakal kepada Allah dan tetap berkeyakinan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bersabar dan bertakwa kepada-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
416 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 123 | 66 | 7 | 4 | 1 | وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ | Wa laqad naṣarakumullāhu bibadriw wa antum ażillah(tun), fattaqullāha la‘allakum tasykurūn(a). | Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah.115) Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur. | 115 | 115) Perang Badar terjadi ketika umat Islam jumlahnya sedikit dan perlengkapan perangnya kurang. | Kejadian dalam Perang Uhud membuat sebagian orang mukmin ragu akan kepastian pertolongan Allah, oleh karena itu Allah meyakinkan mereka dan menegaskan bahwasannya sungguh, Allah telah menolong kamu dalam perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijriah, padahal ketika itu kamu dalam keadaan lemah, karena jumlah kamu sedikit dan perlengkapan perang kamu sangat sederhana. Karena kamu meyakini datangnya pertolongan Allah, maka kamu mendapat kemenangan. Karena itu bertakwalah kepada Allah dalam segala urusan, agar dengannya kamu mensyukuri semua anugerah-Nya. | Sebagai penambah kekuatan jiwa dan ketabahan hati dalam menghadapi segala bahaya dan kesulitan, Allah mengingatkan mereka kepada perang Badar ketika mereka berada dalam keadaan lemah dan jumlah yang amat sedikit dibanding, dengan kekuatan dan jumlah musuh.
Berkat pertolongan Allah, mereka berhasil memporak-porandakan musuh hingga banyak di antara pembesar Quraisy yang jatuh menjadi korban dan banyak pula yang ditawan dan tidak sedikit harta rampasan yang diperoleh kaum Muslimin. Karena mereka ingat pada perintah Allah agar mereka bersabar dan bertakwa kepada-Nya dan dengan sabar dan takwa itu mereka akan mendapat pertolongan daripada-Nya dan akan mendapatkan kemenangan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
417 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 124 | 66 | 7 | 4 | 1 | اِذْ تَقُوْلُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ اَلَنْ يَّكْفِيَكُمْ اَنْ يُّمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلٰثَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُنْزَلِيْنَۗ | Iż taqūlu lil-mu'minīna alay yakfiyakum ay yumiddakum rabbukum biṡalāṡati ālāfim minal-malā'ikati munzalīn(a). | (Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Tuhanmu membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” | null | null | Ayat ini menggambarkan upaya Rasulullah sebagai pemimpin untuk menyemangati umat Islam yang akan ikut Perang Uhud. Ingatlah, ketika engkau, wahai Nabi Muhammad, mengatakan kepada orang-orang beriman, “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan bantuan yang tidak tampak, yaitu tiga ribu malaikat yang diturunkan dari langit?” | Untuk lebih memperkuat hati dan tekad kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Uhud ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dibantu oleh Allah dengan 3.000 malaikat. Apabila mereka sabar dan tabah menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah akan membantu mereka dengan 5.000 malaikat.
Menurut riwayat Aḍ-Ḍaḥḥāk, bantuan dengan 5.000 malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan-Nya kepada Muhammad jika kaum Muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid meriwayatkan, ketika kaum Muslimin melihat banyaknya tentara kaum musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya kepada Rasulullah saw, “Apakah dalam perang Uhud ini Allah tidak akan membantu kita sebagaimana Dia telah membantu kita dalam Perang Badar?” Maka turunlah ayat ini.
Memang dalam Perang Badar Allah telah membantu kaum Muslimin dengan 1000 malaikat sebagai tersebut dalam firman-Nya:
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ ٩ (الانفال)
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (al-Anfāl/8:9).
Pada mulanya dalam Perang Uhud ini pasukan kaum Muslimin sudah dapat mengacaubalaukan musuh sehingga banyak di antara kaum musyrik yang lari kocar-kacir meninggalkan harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut mengambil harta benda itu sebagai ganimah (rampasan). Melihat keadaan ini para pemanah diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw agar tetap bertahan di tempatnya, apa pun yang terjadi. Menyangka kaum musyrikin telah kalah, para pemanah pun meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil harta ganimah.
Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah, Khalid bin Walid panglima musyrikin Quraisy waktu itu, dengan pasukan berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum Muslimin dengan anak panah dari belakang sehingga terjadilah kekacauan dan kepanikan di kalangan kaum Muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi saw, tetapi para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi sendiri mendapat luka di bagian muka, bibirnya serta giginya pecah.
Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi dan kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka bersama Nabi naik kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah pertempuran dan pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa kecewa karena tidak dapat mengalahkan Muhammad dan pasukannya, walaupun mereka sendiri masih selamat dari kehancuran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
418 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 125 | 66 | 7 | 4 | 1 | بَلٰٓى ۙاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ هٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُسَوِّمِيْنَ | Balā, in taṣbirū wa tattaqū wa ya'tūkum min faurihim hāżā yumdidkum rabbukum bikhamsati ālāfim minal-malā'ikati musawwimīn(a). | “Ya (cukup).” Jika kamu bersabar dan bertakwa, lalu mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. | null | null | “Ya” cukup. Meskipun jumlah tersebut sudah cukup, tetapi jika kamu bersabar menghadapi lawan dan bertakwa dengan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, ketika mereka, orang-orang kafir, datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang tampak berupa lima ribu malaikat yang memakai tanda, yaitu malaikat yang akan terlibat langsung dalam peperangan sesuai cara dan ketentuan Allah. Para malaikat tersebut digambarkan seperti para pemberani dalam peperangan yang lazimnya menggunakan tanda-tanda khusus. | Untuk lebih memperkuat hati dan tekad kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Uhud ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dibantu oleh Allah dengan 3.000 malaikat. Apabila mereka sabar dan tabah menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah akan membantu mereka dengan 5.000 malaikat.
Menurut riwayat Aḍ-Ḍaḥḥāk, bantuan dengan 5.000 malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan-Nya kepada Muhammad jika kaum Muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid meriwayatkan, ketika kaum Muslimin melihat banyaknya tentara kaum musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya kepada Rasulullah saw, “Apakah dalam perang Uhud ini Allah tidak akan membantu kita sebagaimana Dia telah membantu kita dalam Perang Badar?” Maka turunlah ayat ini.
Memang dalam Perang Badar Allah telah membantu kaum Muslimin dengan 1000 malaikat sebagai tersebut dalam firman-Nya:
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ ٩ (الانفال)
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (al-Anfāl/8:9).
Pada mulanya dalam Perang Uhud ini pasukan kaum Muslimin sudah dapat mengacaubalaukan musuh sehingga banyak di antara kaum musyrik yang lari kocar-kacir meninggalkan harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut mengambil harta benda itu sebagai ganimah (rampasan). Melihat keadaan ini para pemanah diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw agar tetap bertahan di tempatnya, apa pun yang terjadi. Menyangka kaum musyrikin telah kalah, para pemanah pun meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil harta ganimah.
Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah, Khalid bin Walid panglima musyrikin Quraisy waktu itu, dengan pasukan berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum Muslimin dengan anak panah dari belakang sehingga terjadilah kekacauan dan kepanikan di kalangan kaum Muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi saw, tetapi para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi sendiri mendapat luka di bagian muka, bibirnya serta giginya pecah.
Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi dan kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka bersama Nabi naik kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah pertempuran dan pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa kecewa karena tidak dapat mengalahkan Muhammad dan pasukannya, walaupun mereka sendiri masih selamat dari kehancuran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
419 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 126 | 66 | 7 | 4 | 1 | وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشْرٰى لَكُمْ وَلِتَطْمَىِٕنَّ قُلُوْبُكُمْ بِهٖ ۗ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِۙ | Wa mā ja‘alahullāhu illā busyrā lakum wa litaṭma'inna qulūbukum bih(ī), wa man-naṣru illā min ‘indillāhil-‘azīzil-ḥakīm(i). | Allah tidak menjadikannya (pertolongan itu) kecuali hanya sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)-mu dan agar hatimu tenang karenanya. Tidak ada kemenangan selain dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. | null | null | Dan Allah tidak menjadikannya, yakni pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar hatimu tenang karenanya. Dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah Yang Mahaperkasa, tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun, Mahabijaksana dalam setiap anugerah-Nya, baik berupa kemenangan maupun kekalahan. Ayat ini menegaskan bahwa kemenangan itu datang dari Allah dan atas kehendak-Nya, dengan perantaraan malaikat yang diturunkan Allah untuk membantu mereka. Bantuan akan diberikan jika manusia bertakwa kepada Allah dan bersabar dalam ketakwaan tersebut. | Apa pun yang terjadi sebenarnya kemenangan itu hanyalah datang dari Allah Yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana. Jadi kalau kaum Muslimin benar-benar mengamalkan petunjuk Allah dan rasul-Nya dan benar-benar percaya dan yakin akan mendapat kemenangan dan tetap bersifat sabar dan takwa dengan penuh tawakal tentulah Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka.
Tetapi pada perang Uhud, tidak terdapat kebulatan tekad dan tidak terdapat kepatuhan kepada perintah, kecuali pada permulaan pertempuran. Hal ini terbukti dengan timbulnya keragu-raguan dalam hati dua golongan kaum Muslimin dan turunnya pasukan pemanah yang diperintahkan agar tidak meninggalkan tempat mereka. Inilah sebabnya mengapa kaum Muslimin sangat terpukul dalam Perang Uhud. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
420 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 127 | 66 | 7 | 4 | 1 | لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوْا خَاۤىِٕبِيْنَ | Liyaqṭa‘a ṭarafam minal-lażīna kafarū au yakbitahum fa yanqalibū khā'ibīn(a). | (Hal itu dilakukan) untuk membinasakan segolongan orang yang kufur116) atau untuk menjadikan mereka hina sehingga mereka kembali tanpa memperoleh apa pun. | 116 | 116) Maksudnya adalah bahwa tujuh puluh pemimpin kafir terbunuh dan tujuh puluh orang lainnya ditawan. | Pertolongan dan bantuan Allah kepada kamu dalam perang Badar adalah untuk membinasakan segolongan orang kafir dengan terbunuhnya tujuh puluh pemimpin mereka, antara lain Abu Jahal, atau untuk menjadikan mereka hina dengan tertawannya tujuh puluh personel mereka selain yang terbunuh, sehingga mereka kembali tanpa memperoleh apa pun dari yang mereka harapkan, yaitu menghancurkan Islam dan membunuh Nabi Muhammad. | Pada permulaan pertempuran, sebagaimana tersebut di atas, pasukan kaum Muslimin dapat mengacaubalaukan barisan musuh, sehingga banyak di antara mereka yang jatuh menjadi korban. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa ada delapan belas orang yang terbunuh dari kaum musyrikin.
Tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian sejarawan yang lain. Mereka berkata, “Sayidina Hamzah saja, dapat membunuh puluhan orang dari mereka.” Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa sebab perbedaan pendapat ini adalah karena ketika kaum Muslimin menghitung korban yang jatuh di kalangan kaum musyrikin, mereka hanya menemukan delapan belas mayat.
Padahal kaum musyrikin sebelum kembali ke Mekah sempat menguburkan sebagian korban dan membawa korban yang lain bersama mereka. Jadi kemenangan kaum Muslimin pada pertempuran pertama ini adalah berkat kebulatan tekad dan ketetapan hati mereka yang ditimbulkan oleh perkataan Rasulullah saw yang tersebut dalam ayat 124 dan 125.
Kekalahan kaum musyrikin dan jatuhnya korban yang banyak di kalangan mereka memang sudah menjadi kehendak Allah untuk membinasakan segolongan orang kafir, menjengkelkan hati mereka dan menghina mereka dengan kekalahan itu. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
421 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 128 | 66 | 7 | 4 | 1 | لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ | Laisa laka minal-amri syai'un au yatūba ‘alaihim au yu‘ażżibahum fa innahum ẓālimūn(a). | Hal itu sama sekali bukan menjadi urusanmu (Nabi Muhammad),117) apakah Allah menerima tobat mereka atau mengazabnya karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim. | 117 | 117) Menurut riwayat al-Bukhari, ayat ini turun karena Nabi Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. agar menyelamatkan sebagian pemuka kaum musyrik dan membinasakan sebagian lainnya. | Kejadian yang menimpa umat Islam dalam Perang Uhud membuat Nabi sangat terpukul. Hamzah bin ‘Abdul Muthalib, paman Nabi, gugur, dibelah perutnya dan dikeluarkan hatinya lalu dikunyah oleh Hind binti ‘Utbah bin Rabiah. Rasulullah juga terluka, gigi taringnya patah dan wajahnya berlumuran darah. Rasulullah lalu berdoa kepada Allah agar menghukum sebagian orang kafir, maka Allah menegaskan bahwa hal itu bukan menjadi urusanmu Nabi Muhammad, apakah Allah berkehendak mengilhamkan penyesalan bagi mereka lalu mereka bertobat dan Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya atas kekafiran dan kejahatan mereka, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim yang pantas mendapatkan azab. | Dalam pertempuran kedua kaum Muslimin menderita kegagalan sehingga ada 70 orang di antara mereka gugur sebagai syuhada dan Nabi pun mendapat luka-luka. Hal ini amat menyedihkan hati kaum Muslimin dan hati Nabi sendiri. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | null |
422 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 129 | 66 | 7 | 4 | 1 | وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ | Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), yagfiru limay yasyā'u wa yu‘ażżibu may yasyā'(u), wallāhu gafūrur raḥīm(un). | Milik Allahlah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. | null | null | Segala urusan haruslah dikembalikan kepada Allah, karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni dosa dan merahmati siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki yang memang wajar diazab karena perbuatan jahat mereka. Dan Allah Maha Pengampun bagi orang yang bertobat dan Maha Penyayang dengan memaafkan dosa orang yang bertobat kepada-Nya. | Memang demikianlah hak Allah atas hamba-Nya karena Dia Yang memiliki semua yang ada di langit dan di bumi. Dia berkuasa penuh atas semuanya, tak ada seorang pun yang berkuasa atas makhluk-Nya kecuali Dia. Dialah yang menghukum dan memutuskan segala urusan. Dia berhak mengampuni dan menerima tobat hamba-Nya yang tampak durhaka, tetapi siapa tahu bahwa pada diri hamba-Nya itu ada bibit-bibit keimanan dan kebaikan. Dia berhak menyiksa karena Dialah Yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang patut mendapat siksaan di dunia atau di akhirat. Di samping itu Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah kaum Muslimin dilarang menjadikan orang-orang kafir yang memusuhi Islam sebagai teman akrab, dan diharuskan bersifat sabar dan takwa di dalam menghadapi tipu daya mereka, maka pada ayat-ayat ini mereka diingatkan kepada kisah Perang Uhud dan apa yang dialami oleh tentara Islam, akibat melanggar perintah pemimpin mereka. | PERANG UHUD | Kosakata: Yumiddukum يُمِدُّكُمْ (Āli ‘Imrān/3:124)
Amadda-yumiddu adalah bentuk muta‘addi (transitif) dari madda-yamuddu yang berarti “memanjangkan” dan “merentangkan”. Kata ini dalam berbagai bentuknya disebutkan 32 kali. Kata madad berarti “pertolongan”. Kata yumiddu di dalam Al-Qur’an menunjukkan arti “menolong”, sebagaimana di dalam Surah Āli ‘Imrān/3:124 dan 125. Sedangkan kata madda-yamuddu berarti “membantu” sebagaimana di dalam surah al-A‘rāf/7:202; berarti “membentangkan” (ar-Ra‘d/13:3); berarti “memanjangkan” (Maryam/19:75); berarti “menambah” ( Luqmān/31:27). Al-Qur’an banyak menggunakan kata yumiddu dalam bentuk ruba’i dalam hal-hal yang positif (aṭ-Ṭūr/52:22), sementara dalam bentuk ṡulaṡi (yamuddu) untuk hal-hal yang negatif (al-Baqarah/2: 15) | null | 1. Allah swt mengingatkan kaum Muslimin tentang peristiwa Perang Uhud agar mereka selalu waspada terhadap kaum Yahudi, munafikin dan musyrikin, dan selalu bersifat sabar dan takwa kepada Allah dalam menghadapi masa depan.
2. Pada Perang Uhud Nabi Muhammad saw telah mengatur siasat perang dengan sebaik-baiknya dan menempatkan pasukannya pada tempat yang strategis.
3. Meskipun demikian, melihat banyaknya anggota pasukan musuh dan lengkap persenjataan dan perbekalan mereka, ditambah lagi dengan hasutan dan bujukan kaum munafik, hampir saja sebagian dari kaum Aus dan Khazraj menjadi ragu-ragu untuk ikut berperang dan terlintas dalam pikiran mereka bahwa lebih baik kembali ke Medinah daripada dihancurkan musuh. Untunglah godaan-godaan setan ini tidak lama mempengaruhi mereka dan mereka segera kembali bertekad bulat untuk ikut perang bersama kaum Muslimin lainnya.
4. Untuk mempertebal keyakinan kaum Muslimin Allah mengingatkan mereka kepada peristiwa Perang Badar di mana pasukan Islam jumlahnya sedikit, tetapi dengan pertolongan Allah mereka mendapat kemenangan yang gemilang.
5. Berkat kebulatan tekad kaum Muslimin mereka dapat mengacau-balaukan musuh sehingga banyak di antara mereka yang mati dan hampir saja kemenangan total berada di tangan pasukan Muslimin.
6. Karena sebagian pasukan Muslimin yang diperintahkan agar tetap berada di atas bukit tidak mematuhi perintah, maka akhirnya kaum Muslimin menderita musibah yang berat.
7. Menyiksa di akhirat atau mengampuni dosa adalah sepenuhnya hak Allah, karena Dialah yang memiliki dan berhak sepenuhnya atas segala yang ada di langit dan di bumi. |
423 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 130 | 66 | 7 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ | Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā ta'kulur-ribā aḍ‘āfam muḍā‘afah(tan), wattaqullāha la‘allakum tufliḥūn(a). | Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda118) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. | 118 | 118) Riba dalam ayat ini dimaksudkan sebagai utang-piutang yang ketika tidak bisa dibayar pada waktu jatuh tempo, pengutang diberi tambahan waktu, tetapi dengan ganti berupa penambahan jumlah yang harus dilunasinya. Menurut para ulama, riba nasiah ini haram, walaupun jumlah penambahannya tidak berlipat ganda. | Kaum kafir membiayai perang, termasuk Perang Uhud, dengan harta yang mereka peroleh dengan cara riba. Oleh karena itu Allah mengingatkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba, yaitu mengambil nilai tambah dari pihak yang berutang dengan berlipat ganda sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Jahiliah, maupun penambahan dari pokok harta walau tidak berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah, antara lain dengan meninggalkan riba, agar kamu beruntung di dunia dan di akhirat” (Lihat: Surah al-Baqarah/2: 279). | Ayat ini adalah yang pertama diturunkan tentang haramnya riba. Ayat-ayat mengenai haramnya riba dalam Surah al-Baqarah ayat 275, 276 dan 278 diturunkan sesudah ayat ini. Riba dalam ayat ini, ialah riba nasī'ah yang juga disebut riba jahiliah yang biasa dilakukan orang pada masa itu.
Ibnu Jarir berkata, “bahwa yang dimaksud Allah dalam ayat ini ialah: Hai, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu memakan riba berlipat ganda, sebagaimana kamu lakukan pada masa jahiliah sesudah kamu masuk Islam, padahal kamu telah diberi petunjuk oleh-Nya.” Pada masa itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana disepakati waktu meminjam, maka orang yang punya uang menuntut agar utang itu dilunasi menurut waktu yang dijanjikan. Orang yang berutang (karena belum ada uang untuk membayar) meminta penangguhan dan menjanjikan akan membayar dengan tambahan yang ditentukan. Setiap kali pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba berlipat ganda, dan Allah melarang, kaum Muslimin melakukan hal yang seperti itu.
Ar-Rāzī memberikan penjelasan sebagai berikut, “Bila seseorang berutang kepada orang lain sebesar seratus dirham dan telah tiba waktu membayar utang itu sedang orang yang berutang belum sanggup membayarnya, maka orang yang berpiutang membolehkan penangguhan pembayaran utang itu asal saja yang berutang mau menjadikan utangnya menjadi dua ratus dirham atau dua kali lipat. Kemudian apabila tiba waktu pembayaran tersebut dan yang berutang belum juga sanggup membayarnya, maka pembayaran itu dapat ditangguhkan dengan ketentuan utangnya dilipatgandakan lagi, demikianlah seterusnya sehingga utang itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang dimaksud dengan kata “berlipat ganda” dalam firman Allah. Riba semacam ini dinamakan juga ribā nasī'ah karena adanya penangguhan dalam pembayaran bukan tunai.
Selain ribā nasī'ah ada pula riba yang dinamakan ribā faḍal yaitu menukar barang dengan barang yang sejenis sedang mutunya berlainan, umpamanya menukar 1 liter beras yang mutunya tinggi dengan 1½ liter beras yang bermutu rendah. Haramnya riba fadal ini, didasarkan pada hadis-hadis Rasul, dan hanya berlaku pada emas, perak dan makanan-makanan pokok, atau yang diistilahkan dengan “barang-barang ribawi.”
Karena beratnya hukum riba ini dan amat besar bahayanya maka Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar menjauhi riba dan selalu memelihara diri dan bertakwa kepada Allah agar jangan terperosok ke dalamnya dan agar mereka dapat hidup berbahagia dan beruntung di dunia dan di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah Allah melarang Muslimin berteman akrab dengan musryikin, orang Yahudi dan orang kafir yang memusuhi Islam, dan memerintahkan agar tetap waspada terhadap tindakan mereka, pada ayat ini Allah melarang melakukan riba sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kaum Yahudi dan orang-orang jahiliah. | LARANGAN RIBA | Kosakata: Aḍ‘āfan Muḍā‘afah اَضْعَافًا مُضَاعَفَةً (Āli ‘Imrān/3: 130)
Kata aḍ‘āf adalah jamak dari kata ḍi‘f, yang berarti “lipat ganda”. Kata aḍ‘āf disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an, dalam al-Baqarah/2:245 dan Āli ‘Imrān/3:130. Sedangkan kata muḍā‘afah adalah isim masdar dari fi‘il ḍā‘afa-yuḍā‘ifu yang berarti berlipat ganda. Kata muḍā‘afah disebutkan satu kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Āli ‘Imrān/3:130.
Makna aḍ‘āfan muḍā‘afah adalah “lipat ganda, yang berlipat-lipat”. Jadi menurut bahasa, aḍ‘āfan muḍā‘afah berarti “menambah jumlah sesuatu dan menjadikannya dua kali lipat atau lebih banyak”. Sedangkan menurut istilah berarti “melipatgandakan pembayaran utang jika sudah jatuh tempo, tetapi yang berutang belum melunasi utangnya”. Pelipatgandaan pembayaran hutang adalah riba, hukumnya haram. | null | null |
424 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 131 | 66 | 7 | 4 | 1 | وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْٓ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ۚ | Wattaqun-nāral latī u‘iddat lil-kāfirīn(a). | Lindungilah dirimu dari api neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir. | null | null | Dan peliharalah dirimu dari api neraka, lantaran kamu menghalalkan, mempraktikkan, dan memakan riba, yang mengantarkan kamu kepada siksa api neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir. Karena praktik riba dapat menghancurkan sistem ekonomi maka pelaku riba ditempatkan dalam tempat yang sama dengan orang-orang kafir. | Allah memerintahkan agar kaum Muslimin memelihara dan menjauhi perbuatan orang kafir yang tidak mempedulikan apakah harta yang mereka peroleh berasal dari sumber-sumber yang tidak halal seperti riba, memeras kaum lemah, dan miskin dan sebagainya. Semua cara yang tidak halal itu akan membahayakan mereka di dunia dan membawa mereka ke neraka kelak.
Diterangkan oleh Imam Abu Hanifah, bahwa ayat ini mengandung ancaman yang sangat menakutkan, karena dalam ayat ini Allah mengancam kaum Muslimin akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir bila mereka tidak memelihara diri dari perbuatan yang dilarang-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah Allah melarang Muslimin berteman akrab dengan musryikin, orang Yahudi dan orang kafir yang memusuhi Islam, dan memerintahkan agar tetap waspada terhadap tindakan mereka, pada ayat ini Allah melarang melakukan riba sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kaum Yahudi dan orang-orang jahiliah. | LARANGAN RIBA | Kosakata: Aḍ‘āfan Muḍā‘afah اَضْعَافًا مُضَاعَفَةً (Āli ‘Imrān/3: 130)
Kata aḍ‘āf adalah jamak dari kata ḍi‘f, yang berarti “lipat ganda”. Kata aḍ‘āf disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an, dalam al-Baqarah/2:245 dan Āli ‘Imrān/3:130. Sedangkan kata muḍā‘afah adalah isim masdar dari fi‘il ḍā‘afa-yuḍā‘ifu yang berarti berlipat ganda. Kata muḍā‘afah disebutkan satu kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Āli ‘Imrān/3:130.
Makna aḍ‘āfan muḍā‘afah adalah “lipat ganda, yang berlipat-lipat”. Jadi menurut bahasa, aḍ‘āfan muḍā‘afah berarti “menambah jumlah sesuatu dan menjadikannya dua kali lipat atau lebih banyak”. Sedangkan menurut istilah berarti “melipatgandakan pembayaran utang jika sudah jatuh tempo, tetapi yang berutang belum melunasi utangnya”. Pelipatgandaan pembayaran hutang adalah riba, hukumnya haram. | null | null |
425 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 132 | 66 | 7 | 4 | 1 | وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَۚ | Wa aṭī‘ullāha war-rasūla la‘allakum turḥamūn(a). | Taatilah Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) agar kamu diberi rahmat. | null | null | Setelah Allah menjelaskan kejahatan dan hukuman bagi pelaku riba, pada ayat ini Allah mengemukakan tuntunan umum tentang kewajiban taat kepada Allah dan Rasulullah. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul Muhammad, agar kamu diberi rahmat oleh Allah (Lihat: Surah anNisa’/4: 59). | Kemudian perintah tersebut diiringi dengan perintah agar kaum Muslimin selalu taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya karena dengan menaati Allah dan Rasul-Nya itulah mereka akan dapat limpahan rahmat-Nya dan dapat hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah Allah melarang Muslimin berteman akrab dengan musryikin, orang Yahudi dan orang kafir yang memusuhi Islam, dan memerintahkan agar tetap waspada terhadap tindakan mereka, pada ayat ini Allah melarang melakukan riba sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kaum Yahudi dan orang-orang jahiliah. | LARANGAN RIBA | Kosakata: Aḍ‘āfan Muḍā‘afah اَضْعَافًا مُضَاعَفَةً (Āli ‘Imrān/3: 130)
Kata aḍ‘āf adalah jamak dari kata ḍi‘f, yang berarti “lipat ganda”. Kata aḍ‘āf disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an, dalam al-Baqarah/2:245 dan Āli ‘Imrān/3:130. Sedangkan kata muḍā‘afah adalah isim masdar dari fi‘il ḍā‘afa-yuḍā‘ifu yang berarti berlipat ganda. Kata muḍā‘afah disebutkan satu kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Āli ‘Imrān/3:130.
Makna aḍ‘āfan muḍā‘afah adalah “lipat ganda, yang berlipat-lipat”. Jadi menurut bahasa, aḍ‘āfan muḍā‘afah berarti “menambah jumlah sesuatu dan menjadikannya dua kali lipat atau lebih banyak”. Sedangkan menurut istilah berarti “melipatgandakan pembayaran utang jika sudah jatuh tempo, tetapi yang berutang belum melunasi utangnya”. Pelipatgandaan pembayaran hutang adalah riba, hukumnya haram. | null | 1. Allah melarang melakukan riba sebagaimana yang dilakukan oleh orang musyrik dan Yahudi pada masa jahilliah yaitu ribā nasī'ah yang membawa kepada bertambahnya jumlah utang yang harus dibayar karena penangguhan waktu pembayarannya. Riba tidak layak dilakukan oleh seorang Muslim karena mengandung pemerasan terhadap kaum yang lemah dan mencari kekayaan dengan cara yang tidak wajar.
2. Riba ada dua macam, pertama ribā nasī'ah dan kedua riba faḍal. Para ulama sepakat bahwa ribā nasī'ah dan riba faḍal haram hukumnya.
3. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat seorang Muslim harus bertakwa kepada Allah mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
4. Untuk memperoleh surga yang disediakan bagi orang yang bertakwa seorang Muslim haruslah segera memohon ampunan kepada Allah bila bersalah atau jatuh ke jurang maksiat, selalu berbuat amal untuk kepentingan umat dan ketinggian kalimat Allah. |
426 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 133 | 67 | 8 | 4 | 1 | ۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ | Wa sāri‘ū ilā magfiratim mir rabbikum wa jannatin ‘arḍuhas-samāwātu wal-arḍ(u), u‘iddat lil-muttaqīn(a). | Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, | null | null | Setelah diperintahkan taat kepada Allah dan Nabi Muhammad, umat Islam diperintahkan juga untuk berlomba meningkatkan kualitas ketakwaan. Dan bersegeralah kamu dengan saling mendahului untuk mencari ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan mengerjakan amalan-amalan yang diridai Allah untuk mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. | Allah menyuruh agar kaum Muslimin bersegera meminta ampun kepada-Nya bila sewaktu-waktu berbuat dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang Muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus ke dalam jurang maksiat, kemudian ketika sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu dia lalu bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Bila seorang Muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan segera bertobat bila jatuh ke jurang dosa
dan maksiat, maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkannya nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan-Nya untuk orang yang bertakwa. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan larangan mempraktekkan riba, dan memerintahkan orang Muslim untuk bertakwa agar mendapat rahmat, maka pada ayat-ayat ini datang perintah untuk segera memohon ampunan agar menjadi orang yang bertakwa. | SIFAT-SIFAT ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Kāẓimīn كَاظِمِيْنَ (Āli ‘Imrān/3:134)
Kāẓim berasal dari kata kaẓm yang berarti “menahan sesuatu agar tidak lepas”. Kaẓamal-ba‘īra berarti “menahan unta agar tidak lari”. Kaẓm al-gaiẓ berarti “menahan amarah dan tidak melampiaskannya”. Kata kaẓim tanpa menyebut gaiẓ menunjukkan dua makna, yaitu menahan marah sebagaimana di dalam firman Allah, “Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)” (Yūsuf/12:84) dan menunjuk arti menahan kesedihan sebagaimana di dalam firman Allah, “…Jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih” (az-Zukhruf/43:17). Kata al-kaẓimīn pada ayat di atas dalam bentuk isim fa’il yang mempunyai arti bahwa menahan amarah tersebut sudah menjadi sifat yang menetap pada diri mereka. Tetapi, adakalanya kata kaẓim berarti sama dengan makẓum, yaitu kesal dan marah, menahan marah termasuk perbuatan ihsan yang disukai Allah. | null | null |
427 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 134 | 67 | 8 | 4 | 1 | الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ | Al-lażīna yunfiqūna fis-sarrā'i waḍ-ḍarrā'i wal-kāẓimīnal gaiẓa wal-‘āfīna ‘anin-nās(i), wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn(a). | (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. | null | null | Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang, mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan akan sangat terpuji orang yang mampu berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat salah atau jahat kepadanya, karena Allah mencintai, melimpahkan rahmat-Nya tiada henti kepada orang yang berbuat kebaikan. Pesan-pesan yang mirip dengan kandungan ayat ini disampaikan pula melalui Surah an-Nahl/16: 126; asy-Syura/42: 40 dan 43. | Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu: Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin), sesuai dengan kesanggupannya. Menafkahkan harta itu tidak diharuskan dalam jumlah yang ditentukan sehingga ada kesempatan bagi si miskin untuk memberi nafkah. Bersedekah boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya, karena itulah apa yang dapat diberikan tetap akan memperoleh pahala dari Allah swt.
Diriwayatkan oleh Aisyah Ummul Mukminin bahwa dia bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ وَرُدُّوا السَّائِلَ وَلَوْ بِظُلْفٍ مُحْرَقٍ (رواه أحمد في مسنده)
“Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong kurma, dan perkenankalah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar.” (Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya). [47]
Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyaknya dengan pemberian orang miskin. Ini menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya. Allah berfirman:
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا ࣖ ٧ (الطلاق)
Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. (aṭ-Ṭalāq/65:7).
Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umat pun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan perikemanusiaan.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan untuk menafkahkan dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya, tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Firman Allah:
يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰتِ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.… (al-Baqarah/2:276).
Imam Gazali menjelaskan bahwa memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri akan hilanglah sifat kikirnya dengan berangsur-angsur.
Kedua: Orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga apabila dia sadar pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Oleh karenanya bila seseorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa amarahnya lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap dirinya.
Apabila seseorang telah melatih diri seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu mungkin karena khilaf dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu suatu jalan ke arah takwa. Orang yang benar-benar bertakwa pasti akan dapat menguasai dirinya pada waktu sedang marah.
Siti Aisyah pernah menjadi marah karena tindakan pembantunya, tetapi beliau dapat menguasai diri, karena sifat takwa yang ada padanya. Beliau berkata, “Alangkah baiknya sifat takwa itu, ia bisa menjadi obat bagi segala kemarahan.” Nabi Muhammad saw bersabda, “Orang yang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya.” Allah berfirman:
وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ
... Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (asy-Syūrā/42:37).
Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan balasan yang setimpal, adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwanya dengan ketakwaan, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.
Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.
Bila kejahatan dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang yang bersih hatinya dan suka berbuat baik. Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan.
Keempat: Orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi, ada seorang jariah (budak perempuan) milik Ali bin Husain menolong tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu. Kemudian kendi itu jatuh dari tangannya dan pecah berserakan. Lalu Ali bin Husain menatap mukanya seakan-akan dia marah. Budak itu berkata, “Allah berfirman:
وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ
... Dan orang-orang yang menahan amarahnya ... (Āli ‘Imrān/3:134).”
Ali bin Husain menjawab, “Aku telah menahan amarah itu.” Kemudian budak itu berkata pula, “Allah berfirman:
وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ
… Dan memaafkan (kesalahan) orang lain ... (Āli ‘Imrān/3:134).”
Dijawab oleh Ali bin Husain, “Aku telah memaafkanmu.” Akhirnya budak, itu berkata lagi, “Allah berfirman:
وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
… Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (Āli ‘Imrān/3:134).”
Ali bin Husain menjawab, “Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu,” demi mencapai keridaan Allah.
Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw terhadap kesalahan seorang budak karena memang dia orang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan pemberian maaf itu diiringinya dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan larangan mempraktekkan riba, dan memerintahkan orang Muslim untuk bertakwa agar mendapat rahmat, maka pada ayat-ayat ini datang perintah untuk segera memohon ampunan agar menjadi orang yang bertakwa. | SIFAT-SIFAT ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Kāẓimīn كَاظِمِيْنَ (Āli ‘Imrān/3:134)
Kāẓim berasal dari kata kaẓm yang berarti “menahan sesuatu agar tidak lepas”. Kaẓamal-ba‘īra berarti “menahan unta agar tidak lari”. Kaẓm al-gaiẓ berarti “menahan amarah dan tidak melampiaskannya”. Kata kaẓim tanpa menyebut gaiẓ menunjukkan dua makna, yaitu menahan marah sebagaimana di dalam firman Allah, “Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)” (Yūsuf/12:84) dan menunjuk arti menahan kesedihan sebagaimana di dalam firman Allah, “…Jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih” (az-Zukhruf/43:17). Kata al-kaẓimīn pada ayat di atas dalam bentuk isim fa’il yang mempunyai arti bahwa menahan amarah tersebut sudah menjadi sifat yang menetap pada diri mereka. Tetapi, adakalanya kata kaẓim berarti sama dengan makẓum, yaitu kesal dan marah, menahan marah termasuk perbuatan ihsan yang disukai Allah. | null | null |
428 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 135 | 67 | 8 | 4 | 1 | وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ | Wal-lażīna iżā fa‘alū fāḥisyatan au ẓalamū anfusahum żakarullāha fastagfarū liżunūbihim, wa may yagfiruż-żunūba illallāh(u), wa lam yuṣirrū ‘alā mā fa‘alū wa hum ya‘lamūn(a). | Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri,119) mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya). | 119 | 119) Perbuatan keji (fāḥisyah) adalah dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga menimpa orang lain, seperti zina dan riba. Adapun yang dimaksud dengan menzalimi diri sendiri adalah perbuatan dosa yang akibatnya hanya menimpa diri sendiri, baik besar maupun kecil. | Setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka Dia menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Sungguh Allah Maha Pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobat. | Orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri kemudian mereka segera meminta ampun kepada Allah dan tidak mengulangi lagi perbuatan itu.
Para mufasir membedakan antara perbuatan keji (fāḥisyah) dengan menganiaya diri sendiri (ẓulm). Mereka mengatakan, perbuatan keji ialah perbuatan yang bahayanya tidak saja menimpa orang yang berbuat dosa tetapi juga menimpa orang lain dan masyarakat. Menganiaya diri sendiri ialah berbuat dosa yang bahayanya hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakan saja. Perbuatan keji seperti berzina, berjudi, memfitnah dan sebagainya. Perbuatan menganiaya diri sendiri seperti memakan makanan yang haram, memboroskan harta benda, menyia-nyiakannya dan sebagainya.
Mungkin seorang Muslim telanjur mengerjakan dosa besar karena kurang kuat imannya, karena godaan setan atau karena sebab-sebab lain, tetapi ia segera insaf dan menyesal atas perbuatannya kemudian ia memohon ampun kepada Allah dan bertobat dengan sebenar-benar tobat serta berjanji kepada diri sendiri tidak akan mengerjakannya lagi. Maka Allah akan menerima tobatnya dan mengampuni dosanya karena Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun.
Bila seseorang berbuat dosa meskipun yang diperbuatnya itu bukan dosa besar tetapi mengerjakan terus menerus tanpa ada kesadaran hendak menghentikannya dan tidak ada penyesalan serta keinginan hendak bertobat kepada Allah, maka dosanya itu menjadi dosa besar. Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ اْلاِسْتِغْفَارِ وَلاَ صَغِيْرَةَ مَعَ اْلاِصْرَارِ (رواه الديلمي عن ابن عبّاس)
“Dosa besar tidak menjadi dosa besar bila segera meminta ampun (kepada Allah). Dan dosa kecil akan menjadi dosa besar bila selalu dikerjakan.” (Riwayat ad-Dailamī dari Ibnu Abbās).
Meminta ampun kepada Allah bukan sekadar mengucapkan kalimat “Aku memohon ampunan kepada Allah”, tetapi harus disertai dengan penyesalan serta janji kepada diri sendiri tidak akan mengerjakan dosa itu lagi. Inilah yang dinamakan tobat nasūḥa, tobat yang diterima oleh Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan larangan mempraktekkan riba, dan memerintahkan orang Muslim untuk bertakwa agar mendapat rahmat, maka pada ayat-ayat ini datang perintah untuk segera memohon ampunan agar menjadi orang yang bertakwa. | SIFAT-SIFAT ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Kāẓimīn كَاظِمِيْنَ (Āli ‘Imrān/3:134)
Kāẓim berasal dari kata kaẓm yang berarti “menahan sesuatu agar tidak lepas”. Kaẓamal-ba‘īra berarti “menahan unta agar tidak lari”. Kaẓm al-gaiẓ berarti “menahan amarah dan tidak melampiaskannya”. Kata kaẓim tanpa menyebut gaiẓ menunjukkan dua makna, yaitu menahan marah sebagaimana di dalam firman Allah, “Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)” (Yūsuf/12:84) dan menunjuk arti menahan kesedihan sebagaimana di dalam firman Allah, “…Jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih” (az-Zukhruf/43:17). Kata al-kaẓimīn pada ayat di atas dalam bentuk isim fa’il yang mempunyai arti bahwa menahan amarah tersebut sudah menjadi sifat yang menetap pada diri mereka. Tetapi, adakalanya kata kaẓim berarti sama dengan makẓum, yaitu kesal dan marah, menahan marah termasuk perbuatan ihsan yang disukai Allah. | null | null |
429 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 136 | 67 | 8 | 4 | 1 | اُولٰۤىِٕكَ جَزَاۤؤُهُمْ مَّغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَجَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ وَنِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۗ | Ulā'ika jazā'uhum magfiratum mir rabbihim wa jannātun tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, wa ni‘ma ajrul-‘āmilīn(a). | Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. (Itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang mengerjakan (amal-amal saleh). | null | null | Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga dengan penuh kenikmatan, keindahan dan kedamaian. Salah satu gambaran keindahan surga ialah di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal saleh. | Demikianlah lima sifat di antara sifat-sifat orang yang bertakwa kepada Allah yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Setiap Muslim hendaknya berusaha agar terwujud di dalam dirinya kelima sifat itu dengan sempurna karena dengan memiliki sifat-sifat itu dia akan menjadi Muslim yang dapat memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan dapat pula memberi manfaat kepada orang lain dan kepada masyarakat, nusa dan bangsanya.
Orang yang memiliki sifat-sifat itu akan dibalas Allah dengan mengampuni dosanya dan menempatkannya di akhirat kelak di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya dan memang itulah ganjaran yang sebaik-baiknya bagi setiap orang yang beramal baik dan berusaha untuk memperbaiki dirinya, masyarakat dan umatnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan larangan mempraktekkan riba, dan memerintahkan orang Muslim untuk bertakwa agar mendapat rahmat, maka pada ayat-ayat ini datang perintah untuk segera memohon ampunan agar menjadi orang yang bertakwa. | SIFAT-SIFAT ORANG YANG BERTAKWA | Kosakata: Kāẓimīn كَاظِمِيْنَ (Āli ‘Imrān/3:134)
Kāẓim berasal dari kata kaẓm yang berarti “menahan sesuatu agar tidak lepas”. Kaẓamal-ba‘īra berarti “menahan unta agar tidak lari”. Kaẓm al-gaiẓ berarti “menahan amarah dan tidak melampiaskannya”. Kata kaẓim tanpa menyebut gaiẓ menunjukkan dua makna, yaitu menahan marah sebagaimana di dalam firman Allah, “Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)” (Yūsuf/12:84) dan menunjuk arti menahan kesedihan sebagaimana di dalam firman Allah, “…Jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih” (az-Zukhruf/43:17). Kata al-kaẓimīn pada ayat di atas dalam bentuk isim fa’il yang mempunyai arti bahwa menahan amarah tersebut sudah menjadi sifat yang menetap pada diri mereka. Tetapi, adakalanya kata kaẓim berarti sama dengan makẓum, yaitu kesal dan marah, menahan marah termasuk perbuatan ihsan yang disukai Allah. | null | 1. Tobat harus dilaksanakan dengan segera, tidak boleh ditunda-tunda.
2. Surga telah diciptakan dan disediakan bagi orang yang bertakwa.
3. Di antara sifat orang yang bertakwa ialah:
a. Suka berinfak baik pada waktu lapang maupun pada waktu sempit.
b. Dapat menahan marah dan menguasai diri pada waktu memuncaknya kemarahan, sehingga terhindar dari tindakan-tindakan yang tidak wajar atau melampaui batas.
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain.
d. Suka berbuat baik untuk kepentingan perorangan dan kepentingan masyarakat.
e. Segera minta ampun dan tobat kepada Allah bila sewaktu-waktu ia terperosok ke jurang dosa dan maksiat dan berjanji kepada diri sendiri tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu lagi dan diiringinya dengan perbuatan yang baik.
4. Tobat nasūḥa harus memenuhi tiga syarat, yaitu menyesal, meninggalkan, dan tekad tidak akan mengulangi. Jika kesalahan itu kepada sesama manusia, harus meminta maaf kepadanya dan mengembalikan barang-barang yang dia ambil kepada pemiliknya. |
430 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 137 | 67 | 8 | 4 | 1 | قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌۙ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ | Qad khalat min qablikum sunan(un), fa sīrū fil-arḍi fanẓurū kaifa kāna ‘āqibatul-mukażżibīn(a). | Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah (Allah).120) Oleh karena itu, berjalanlah di (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta (rasul-rasul). | 120 | 120) Yang dimaksud dengan sunah Allah di sini adalah kehendak dan hukum Allah yang berlaku dalam kehidupan manusia. | Setelah Allah meminta manusia tidak mengulangi dan larut dalam dosa, ayat ini meminta mereka memerhatikan keadaan umat terdahulu dan kesudahan mereka. Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah, yaitu hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan, yaitu barang siapa melanggar perintah Allah dan RasulNya akan merugi, dan yang menegakkannya akan sukses. Karena itu berjalanlah kamu ke segenap penjuru bumi dan perhatikanlah bukti-bukti sejarah yang ada, untuk dijadikan pelajaran bagaimana kesudahan dan akibat buruk yang dialami orang yang mendustakan para rasul. | Sunah Allah atau sunatullah artinya ketentuan yang berlaku bahwa yang hak pada akhirnya akan menang dan yang batil akan kalah. Secara umum ayat ini masih dalam rangka uraian tentang Perang Uhud (yang dimulai dari ayat 121). Mengenai kejadian-kejadian yang penting dan sikap orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin yang berakhir dengan kemenangan orang-orang mukmin, berkat keimanan dan kesabaran dalam menghadapi segala macam bahaya dan rintangan untuk mempertahankan dan menegakkan kebenaran.
Sunatullah (ketentuan yang berlaku) terhadap makhluk-Nya yang berupa kejayaan atau kemunduran, tidak pernah berubah dan selalu terulang atau terjadi pada setiap umat yang berada pada sebab-sebab yang sama. Dengan demikian, semenjak umat-umat dahulu sebelum umat Muhammad, tetap berlaku sampai sekarang. Oleh karena itu, kita dituntun agar melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita mengambil kesimpulan bahwa Allah dalam ketentuan-Nya telah mengaitkan antara sebab dengan musababnya. Misalnya kalau seseorang ingin kaya, maka ia harus mengusahakan sebab-sebab yang bisa mendatangkan kekayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah dipersiapkan segala sebab untuk mendapatkan kemenangan, baik dari segi materinya maupun dari segi taktik dan sebagainya. Kalau ingin bahagia di dunia dan akhirat, perbuatlah sebab-sebab untuk memperolehnya, dan demikianlah seterusnya.
Ayat 137 ini menyuruh kita menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab diturunkannya azab kepada orang yang mendustakan kebenaran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu dijanjikan untuk memberikan ampunan dan surga kepada orang yang taat dan orang yang bertobat, pada ayat ini Allah menyebutkan hal ihwal umat yang taat dan yang tidak taat pada masa lalu agar orang-orang mukmin mengambil iktibar dan pelajaran daripadanya. | SUNATULLAH | Kosakata: Nudāwilu نُدَاوِلُ (Āli ‘Imrān/3: 140)
Secara etimologis, nudāwilu yang berakar dari kata dāwala, bermakna “berputar”, “beredar”, “mengedarkan”, atau “bergilir”. Pada surah al-Hasyr/59:7, terdapat kata dūlah yang artinya supaya harta itu tidak bergulir pada orang kaya saja. Ayat ini (140) menjelaskan bahwa kejayaan maupun kehancuran akan silih berganti mengenai umat manusia. Bila pada Perang Badar kaum musyrik mendapat kekalahan, maka pada Perang Uhud kaum Muslim mendapat musibah. Pergiliran yang disengaja oleh Allah swt ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang beriman dan tidak beriman, bahwa hukum sebab akibat yang merupakan sunatullah terus berlaku. | null | null |
431 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 138 | 67 | 8 | 4 | 1 | هٰذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ | Hāżā bayānul lin-nāsi wa hudaw wa mau‘iẓatul lil-muttaqīn(a). | Inilah (Al-Qur’an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, petunjuk, dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. | null | null | Inilah pesan-pesan AL-Qu’ran, suatu keterangan yang jelas, yang menghilangkan keraguan untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk ke jalan yang benar serta pelajaran untuk diambil hikmah bagi orang-orang yang bertakwa. | Apa yang tersebut pada ayat 137 adalah peringatan bagi semua manusia dan petunjuk serta pelajaran orang-orang bertakwa. Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah memperingatkan kaum Muslimin bahwa kekalahan mereka dalam Perang Uhud adalah pelajaran bagi umat Islam, dan berlakunya ketentuan sunah Allah.
Mereka menang dalam Perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi. Dalam Perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi, akhirnya mereka terkepung dan diserang dari belakang oleh tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga gugurlah puluhan syuhada dari kaum Muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu dijanjikan untuk memberikan ampunan dan surga kepada orang yang taat dan orang yang bertobat, pada ayat ini Allah menyebutkan hal ihwal umat yang taat dan yang tidak taat pada masa lalu agar orang-orang mukmin mengambil iktibar dan pelajaran daripadanya. | SUNATULLAH | Kosakata: Nudāwilu نُدَاوِلُ (Āli ‘Imrān/3: 140)
Secara etimologis, nudāwilu yang berakar dari kata dāwala, bermakna “berputar”, “beredar”, “mengedarkan”, atau “bergilir”. Pada surah al-Hasyr/59:7, terdapat kata dūlah yang artinya supaya harta itu tidak bergulir pada orang kaya saja. Ayat ini (140) menjelaskan bahwa kejayaan maupun kehancuran akan silih berganti mengenai umat manusia. Bila pada Perang Badar kaum musyrik mendapat kekalahan, maka pada Perang Uhud kaum Muslim mendapat musibah. Pergiliran yang disengaja oleh Allah swt ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang beriman dan tidak beriman, bahwa hukum sebab akibat yang merupakan sunatullah terus berlaku. | null | null |
432 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 139 | 67 | 8 | 4 | 1 | وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ | Wa lā tahinū wa lā taḥzanū wa antumul-a‘launa in kuntum mu'minīn(a). | Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin. | null | null | Setelah menjelaskan sunatullah dan bagaimana kesudahan orangorang yang melanggar sunatullah tersebut, pada ayat ini Allah memberi motivasi agar kesedihan akibat kegagalan dalam Perang Uhud tidak berkepanjangan. Dan janganlah kamu merasa lemah menghadapi musuh, dan jangan pula bersedih hati karena kekalahan dalam Perang Uhud, sebab kamu paling tinggi derajatnya di sisi Allah, jika kamu orang beriman dengan sebenar-benarnya. | Ayat ini menghendaki agar kaum Muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami pukulan berat dan penderitaan yang cukup pahit dalam Perang Uhud, karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah hal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum Muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi serta lebih unggul jika mereka benar-benar beriman. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu dijanjikan untuk memberikan ampunan dan surga kepada orang yang taat dan orang yang bertobat, pada ayat ini Allah menyebutkan hal ihwal umat yang taat dan yang tidak taat pada masa lalu agar orang-orang mukmin mengambil iktibar dan pelajaran daripadanya. | SUNATULLAH | Kosakata: Nudāwilu نُدَاوِلُ (Āli ‘Imrān/3: 140)
Secara etimologis, nudāwilu yang berakar dari kata dāwala, bermakna “berputar”, “beredar”, “mengedarkan”, atau “bergilir”. Pada surah al-Hasyr/59:7, terdapat kata dūlah yang artinya supaya harta itu tidak bergulir pada orang kaya saja. Ayat ini (140) menjelaskan bahwa kejayaan maupun kehancuran akan silih berganti mengenai umat manusia. Bila pada Perang Badar kaum musyrik mendapat kekalahan, maka pada Perang Uhud kaum Muslim mendapat musibah. Pergiliran yang disengaja oleh Allah swt ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang beriman dan tidak beriman, bahwa hukum sebab akibat yang merupakan sunatullah terus berlaku. | null | null |
433 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 140 | 67 | 8 | 4 | 1 | اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ | Iy yamsaskum qarḥun faqad massal-qauma qarḥum miṡluh(ū), wa tilkal-ayyāmu nudāwiluhā binan-nās(i), wa liya‘lamallāhul-lażīna āmanū wa yattakhiża minkum syuhadā'(u), wallāhu lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn(a). | Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan Allah mengetahui orang-orang beriman (yang sejati) dan sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang zalim. | null | null | Jika kamu pada Perang Uhud mendapat luka, maka mereka pun pada Perang Badar mendapat luka yang serupa. Dan masa kejayaan dan kehancuran, kemenangan dan kekalahan itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran bahwa Allah pengatur segalanya, dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orangorang kafir dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada, yaitu orang-orang yang disaksikan keagungannya atau menjadi saksi kebenaran. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim sehingga tidak menjadikan mereka syuhada | Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kaum Muslimin jika menderita luka atau menemui ajalnya, maka orang kafir juga telah mengalami hal yang sama dalam Perang Badar. Demikianlah menang dan kalah dalam peperangan adalah hal yang dipergilirkan oleh Allah di antara manusia. Kemenangan dan kekalahan, kejayaan dan kemunduran, merupakan keadaan yang silih berganti akan dialami setiap umat atau manusia. Karena itu mereka mestinya selalu dapat mengambil petunjuk dari keadaan ini, agar mereka mendapat pelajaran, dan agar Allah membedakan antara orang yang beriman dengan orang-orang kafir, dan juga memberikan kepada kaum Muslimin kebahagian mati syahid yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah, karena mereka rela mengorbankan jiwa raga demi membela kebenaran, dan Allah tidak menyukai orang yang berbuat zalim. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu dijanjikan untuk memberikan ampunan dan surga kepada orang yang taat dan orang yang bertobat, pada ayat ini Allah menyebutkan hal ihwal umat yang taat dan yang tidak taat pada masa lalu agar orang-orang mukmin mengambil iktibar dan pelajaran daripadanya. | SUNATULLAH | Kosakata: Nudāwilu نُدَاوِلُ (Āli ‘Imrān/3: 140)
Secara etimologis, nudāwilu yang berakar dari kata dāwala, bermakna “berputar”, “beredar”, “mengedarkan”, atau “bergilir”. Pada surah al-Hasyr/59:7, terdapat kata dūlah yang artinya supaya harta itu tidak bergulir pada orang kaya saja. Ayat ini (140) menjelaskan bahwa kejayaan maupun kehancuran akan silih berganti mengenai umat manusia. Bila pada Perang Badar kaum musyrik mendapat kekalahan, maka pada Perang Uhud kaum Muslim mendapat musibah. Pergiliran yang disengaja oleh Allah swt ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang beriman dan tidak beriman, bahwa hukum sebab akibat yang merupakan sunatullah terus berlaku. | null | null |
434 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 141 | 68 | 8 | 4 | 1 | وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِيْنَ | Wa liyumaḥḥiṣallāhul-lażīna āmanū wa yamḥaqal-kāfirīn(a). | (Pergiliran tersebut juga) agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. | null | null | dan kegagalan umat Islam dalam Perang Uhud adalah agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman dari dosa dan kesalahan mereka, dan membinasakan, mengurangi sedikit demi sedikit jumlah orang-orang kafir. | Peristiwa musibah kaum Muslimin pada Perang Uhud sesudah mereka menang dalam Perang Badar sebelumnya, adalah juga dimaksudkan untuk membedakan orang yang benar-benar beriman dari kaum munafik dan untuk membersihkan hati orang mukmin yang masih lemah, sehingga benar-benar menjadi orang yang ikhlas, bersih dari dosa.
Derajat keimanan seseorang itu masih tersamar, dan tidak jelas hakikatnya kecuali melalui ujian berat. Kalau ia lulus dalam ujian itu, maka ia bisa dikatakan sebagai orang yang bersih dan suci, sebagaimana halnya emas, baru dapat diketahui keasliannya sesudah diasah, dibakar dan diuji dengan air keras.
Pasukan pemanah melanggar perintah Nabi saw dalam Perang Uhud dengan meninggalkan posnya di atas gunung, lalu turut memperebutkan harta rampasan. Karena itu pasukan Muslimin akhirnya terpukul mundur, dikocar-kacirkan oleh musuh. Peristiwa ini menjadi satu pelajaran bagi kaum Muslimin untuk menyadarkan mereka bahwa umat Islam diciptakan bukanlah untuk bermain-main, berfoya-foya, bermalas-malasan, menimbun kekayaan, melainkan harus bersungguh-sungguh beramal, menaati perintah Nabi saw dan tidak melanggarnya, apa pun yang akan terjadi.
Keikhlasan hati kaum Muslimin dan ketaatannya kepada perintah Nabi dapat dibuktikan ketika terjadi perang Hamra’ul Asad sesudah terpukul dalam Perang Uhud. Nabi saw memerintahkan bahwa orang-orang yang dibolehkan ikut pada perang Hamra’ul Asad ialah orang-orang yang pernah ikut dalam Perang Uhud. Mereka dengan segala senang hati mematuhi perintah Nabi dengan kemauan yang sungguh-sungguh dan ikhlas sekalipun di antara mereka masih ada yang mengalami luka-luka yang parah, hati yang sedih dan gelisah. Sebaliknya orang-orang kafir menderita kehancuran karena hati mereka kotor, masih bercokol di dalamnya sifat-sifat sombong dan takabur, akibat kemenangan yang diperolehnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu dijanjikan untuk memberikan ampunan dan surga kepada orang yang taat dan orang yang bertobat, pada ayat ini Allah menyebutkan hal ihwal umat yang taat dan yang tidak taat pada masa lalu agar orang-orang mukmin mengambil iktibar dan pelajaran daripadanya. | SUNATULLAH | Kosakata: Nudāwilu نُدَاوِلُ (Āli ‘Imrān/3: 140)
Secara etimologis, nudāwilu yang berakar dari kata dāwala, bermakna “berputar”, “beredar”, “mengedarkan”, atau “bergilir”. Pada surah al-Hasyr/59:7, terdapat kata dūlah yang artinya supaya harta itu tidak bergulir pada orang kaya saja. Ayat ini (140) menjelaskan bahwa kejayaan maupun kehancuran akan silih berganti mengenai umat manusia. Bila pada Perang Badar kaum musyrik mendapat kekalahan, maka pada Perang Uhud kaum Muslim mendapat musibah. Pergiliran yang disengaja oleh Allah swt ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang beriman dan tidak beriman, bahwa hukum sebab akibat yang merupakan sunatullah terus berlaku. | null | 1. Sunatullah (ketentuan yang ditetapkan Allah) tetap berlaku dan tidak akan berubah. Allah menyuruh umat manusia mengadakan perjalanan di muka bumi, untuk meneliti dan mengamati, sehingga mereka mengetahui bahwa Allah dalam sunah-Nya telah mengaitkan antara sebab dengan musababnya.
2. Hal ini patut menjadi pelajaran bagi orang yang bertakwa karena musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud adalah karena mereka tidak memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah untuk mencapai kemenangan.
3. Orang mukmin dilarang bersikap lemah dan kecewa, karena mereka lebih tinggi derajatnya jika mereka benar-benar beriman.
4. Orang mukmin tidak patut merasa susah dan gelisah karena mendapat luka, mati dan tidak memperoleh kemenangan (musibah) dalam Perang Uhud, sebab orang-orang kafir juga mendapat luka, mati dan kalah dalam Perang Badar. Kemenangan dan kekalahan itu dipergilirkan Allah di antara umat manusia, agar mereka mendapat pelajaran, sehingga dapat dibedakan antara orang yang benar-benar beriman dengan orang yang berpura-pura saja dan dengan orang kafir. |
435 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 142 | 68 | 8 | 4 | 1 | اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ | Am ḥasibtum an tadkhulul-jannata wa lammā ya‘lamillāhul-lażīna jāhadū minkum wa ya‘lamaṣ-ṣābirīn(a). | Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad121) di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar. | 121 | 121) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah (2): 218. | Setelah menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan Perang Uhud, maka pada ayat ini Allah jelaskan prinsip umum perjuangan untuk mendapatkan surga. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, sebagai anugerah dari Allah, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad, yaitu: berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang Islam; memerangi hawa nafsu; mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; atau memberantas kejahatan dan menegakkan kebenaran, di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar dalam berjihad, sedangkan kesabaran adalah syarat keberhasilan dalam berjihad | Ulama-ulama tafsir menerangkan bahwa setelah Nabi saw, mengetahui persiapan pihak Quraisy berupa pasukan yang berjumlah besar untuk menyerang kaum Muslimin sebagai balasan atas kekalahan mereka dalam Perang Badar, maka Nabi saw bermusyawarah dengan para sahabatnya, apakah mereka akan bertahan saja di kota Medinah ataukah akan keluar untuk bertempur di luar kota.
Meskipun Nabi sendiri lebih condong untuk bertahan di kota Medinah, namun beliau mengikuti pendapat terbanyak yang menghendaki agar menyerang musuh di luar kota. Dengan demikian Rasulullah saw keluar kota ke bukit Uhud dengan pasukan sebanyak 1.000 orang untuk melawan orang Quraisy yang berjumlah lebih dari 3.000 orang. Pasukan Muslimin yang jauh lebih sedikit ini hampir memperoleh kemenangan, tetapi akhirnya suasana berbalik menjadi kegagalan disebabkan kurang sabar mematuhi perintah Rasulullah sebagai komandan dalam peperangan itu.
Banyak korban berguguran di sana-sini dan ada pula yang lari ketakutan. Nabi sendiri terdesak dan terancam, bahkan tersiar berita bahwa Nabi saw telah terbunuh. Yang terbunuh sebagai syuhada ialah para sahabatnya seperti Abū Dujanah, Ṭalḥah bin ‘Ubaidillāh, Ummu ‘Imarah dan lain-lain yang telah mengorbankan diri dan nyawa mereka sebagai perisai Rasulullah. Terbunuh juga dalam Perang Uhud, Hamzah bin ‘Abdul Muṭalib, paman Rasul yang dicintainya. Pada ayat 142, Allah mengatakan, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
Ini adalah satu celaan dan koreksi Tuhan terhadap sebagian kaum Muslimin yang turut dalam Perang Uhud itu, yaitu kepada orang-orang yang semula ingin berperang dengan semangat berapi-api dan mendorong Rasulullah, agar keluar kota untuk memerangi pihak Quraisy dan jangan hanya bertahan di kota Medinah saja. Mereka dengan tegas menyatakan sanggup berbuat segala sesuatu untuk menghadapi musuh meskipun mereka akan mati seperti pahlawan-pahlawan Badar. Tetapi nyatanya setelah mereka berada dalam suasana yang sulit dan keadaan gawat, bukan saja mereka kehilangan semangat dan tidak dapat melaksanakan apa yang tadinya mereka nyatakan kepada Rasulullah, bahkan kebanyakan dari mereka sudah kehilangan pegangan, terkecuali sebagian yang memang semangat tempur dan juangnya bernyala-nyala terus, karena keteguhan keyakinan dan keimanan yang tidak dapat digoyahkan oleh keadaan dan suasana apa pun juga. Mereka inilah pembela-pembela Rasulullah, pembela Islam dan kebenaran. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | null |
436 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 143 | 68 | 8 | 4 | 1 | وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَلْقَوْهُۖ فَقَدْ رَاَيْتُمُوْهُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ࣖ | Wa laqad kuntum tamannaunal-mauta min qabli an talqauh(u), faqad ra'aitumūhu wa antum tanẓurūn(a). | Sungguh, kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya (peperangan). Maka, (sekarang) kamu sungguh telah melihat (peperangan itu) dan menyaksikan (kematian). | null | null | Ayat ini mengkritik orang-orang yang meninggalkan medan Perang Uhud padahal mereka telah berjanji siap mati syahid sebagaimana syuhada Badar. Dan kamu benar-benar mengharapkan mati syahid sebelum kamu menghadapinya dalam Perang Uhud; maka sekarang kamu sungguh telah melihatnya, yakni apa yang kamu harapkan itu, dan kamu menyaksikannya, yakni kematian itu dengan mata kepala kamu. | Kaum Muslimin sebelum terjadi Perang Uhud berjanji akan mati syahid mengikuti jejak para syuhada Badar. Tetapi mereka tidak menepati janji itu ketika melihat dahsyatnya pertempuran. Sebagai puncak dari kesukaran yang dihadapi oleh kaum Muslimin dalam Perang Uhud, ialah tersiarnya berita Rasulullah telah terbunuh. Ketika itu orang-orang yang lemah imannya ingin memperoleh jasa-jasa baik dari ‘Abdullah bin Ubai, kepala kaum munafik di Medinah, agar dia berusaha mendapat perlindungan dari Abū Sufyān, bahkan ada pula yang berteriak seraya berkata, “Kalau Muhammad sudah mati, marilah kita kembali saja kepada agama kita semula.” Dalam keadaan kalut sahabat Nabi (Anas bin an-Naḍar) berbicara, “Andaikata Muhammad telah terbunuh, maka Tuhan Muhammad tidak akan terbunuh. Untuk apa kamu hidup sesudah terbunuhnya Rasulullah? Marilah kita terus berperang, meskipun beliau telah mati.” Kemudian Anas bin an-Naḍar berdoa meminta ampun kepada Tuhan karena perkataan orang-orang yang lemah iman itu, lalu ia mengambil pedangnya dan terus bertempur sehingga ia mati syahid. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | null |
437 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 144 | 68 | 8 | 4 | 1 | وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ | Wa mā muḥammadun illā rasūl(un), qad khalat min qablihir-rusul(u), afa'im māta au qutilanqalabtum ‘alā a‘qābikum, wa may yanqalib ‘alā ‘aqibaihi falay yaḍurrallāha syai'ā(n), wa sayajzillāhusy-syākirīn(a). | (Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.122) Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. | 122 | 122) Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah Swt. Para rasul sebelumnya telah wafat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. juga akan wafat seperti halnya para rasul terdahulu. Pada waktu perang Uhud berkecamuk, tersiar berita bahwa Nabi Muhammad saw. wafat terbunuh. Berita ini mengacaukan umat Islam sehingga ada yang ingin meminta pelindungan Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu, orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad saw. itu betul seorang Nabi, tentu tidak akan wafat terbunuh. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini untuk menenteramkan kaum muslim dan membantah perkataan orang munafik. | Ketika beredar berita bahwa Nabi gugur dalam Perang Uhud, pasukan muslim yang imannya lemah meninggalkan medan perang bahkan ada yang kembali kafir dan minta perlindungan Abu Sufyan, pemimpin pasukan kafir. Allah kemudian mengingatkan bahwa Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul yang suatu saat pasti akan meninggal dunia sebagaimana sebelumnya telah berlalu, yakni telah meninggal dunia, beberapa rasul baik karena terbunuh atau sakit biasa. Apakah jika dia wafat atau dibunuh lalu kamu berbalik ke belakang meninggalkan Islam dan menjadi murtad? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun, tetapi ia sendiri yang akan rugi dan celaka karena kembali kepada kesesatan. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur, yang tetap mempertahankan iman dan melaksanakan tugas dengan baik dalam situasi terancam sekalipun. | Muhammad hanyalah seorang Rasul Allah. Kalau dia mati terbunuh, maka itu adalah hal biasa sebagaimana telah terjadi pula pada nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya. Ada yang mati biasa dan ada yang terbunuh. Mengapa ada di antara kaum Muslimin yang murtad disebabkan mendengar berita Muhammad telah mati terbunuh? Ketahuilah bahwa orang yang murtad tidak akan menimbulkan sesuatu mudarat kepada Allah. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur kepada-Nya. Pengertian bersyukur biasa diartikan terima kasih. Berterima kasih dalam ayat ini bukanlah sekedar ucapan, tetapi dengan suatu perbuatan dan bukti yang nyata.
Bersyukur kepada manusia ialah berbuat baik kepadanya sebagai balas jasa, sedang bersyukur kepada Allah ialah berbakti kepada-Nya, sesuai dengan perintah-Nya. Di dalam menegakkan kebenaran, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh, berjuang dengan penuh iman dan kesabaran dan rela menerima segala macam cobaan dan penderitaan. Orang-orang semacam inilah yang benar-benar bersyukur kepada Allah dan yang pasti akan mendapat balasan yang dijanjikan-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | null |
438 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 145 | 68 | 8 | 4 | 1 | وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ | Wa mā kāna linafsin an tamūta illā bi'iżnillāhi kitābam mu'ajjalā(n), wa may yurid ṡawābad-dun-yā nu'tihī minhā, wa may yurid ṡawābal-ākhirati nu'tihī minhā, wa sanajzisy-syākirīn(a). | Setiap yang bernyawa tidak akan mati, kecuali dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Siapa yang menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu dan siapa yang menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. | null | null | Sebagian pasukan muslim lari dari medan Perang Uhud karena takut mati. Mereka lupa bahwa setiap yang bernyawa tidak akan mati dengan sebab apa pun kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya sehingga tidak bisa disegerakan dengan tetap bertahan dalam medan pertempuran atau ditunda dengan meninggalkan medan perang. Barang siapa berperang dan berusaha karena menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya sebagian pahala dunia itu bagi siapa yang Kami kehendaki, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu sebagai anugerah Kami atas syukur mereka yang telah menggunakan nikmat Kami sebagaimana seharusnya, dan pasti Kami akan memberi balasan kebaikan kepada orang-orang yang bersyukur (Lihat: Surah al-Isra'/17: 18-19) | Allah menyatakan, “Semua yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin-Nya, tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya.” Artinya: persoalan mati itu hanya di tangan Tuhan, bukan di tangan siapa-siapa atau di tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran kepada orang-orang mukmin yang lari dari medan Perang Uhud karena takut mati, dan juga merupakan petunjuk bagi setiap umat Islam yang sedang berjuang di jalan Allah. Seterusnya Allah memberikan bimbingan kepada umat Islam bagaimana seharusnya berjuang di jalan Allah dengan firman-Nya:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تَمُوْتَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۚ وَمَنْ يُّرِدْ ثَوَابَ الْاٰخِرَةِ نُؤْتِهٖ مِنْهَا ۗ وَسَنَجْزِى الشّٰكِرِيْنَ ١٤٥ (اٰل عمران)
... Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu,…(Āli ‘Imrān/3:145).
Ini berarti setiap orang Islam harus meluruskan dan membetulkan niatnya dalam melaksanakan setiap perjuangan. Kalau niatnya hanya sekedar untuk memperoleh balasan dunia, maka biar bagaimanapun besar perjuangannya, maka balasannya hanya sekedar yang bersifat dunia saja. Dan barang siapa yang niatnya untuk mendapat pahala akhirat, maka Allah akan membalasnya dengan pahala akhirat. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur yaitu orang-orang yang mematuhi perintah-Nya dan selalu mendampingi Nabi-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | null |
439 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 146 | 68 | 8 | 4 | 1 | وَكَاَيِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَآ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ | Wa ka'ayyim min nabiyyin qātal(a), ma‘ahū ribbiyyūna kaṡīr(un), famā wahanū limā aṣābahum fī sabīlillāhi wa mā ḍa‘ufū wa mastakānū, wallāhu yuḥibbuṣ-ṣābirīn(a). | Betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(-nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat, dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar. | null | null | Ayat ini masih berisi kritikan terhadap pasukan Islam yang tidak taat kepada perintah Rasulullah dalam Perang Uhud dengan memaparkan keadaan nabi dan umat terdahulu. Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa juga terluka dan terbunuh. Tetapi mereka, yakni para pengikut nabi tersebut, tidak menjadi lemah kondisi fisiknya karena bencana kekalahan yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh dengan meminta perlindungan kepada mereka. Dan Allah mencintai, serta memberi anugerah kepada orang-orang yang sabar dalam menjalankan kewajiban dan menghadapi musuh. | Allah kembali memberikan koreksi kepada sebagian pengikut Nabi Muhammad saw yang lemah dan tidak setia dalam Perang Uhud dengan mengemukakan keadaan umat nabi-nabi sebelumnya bahwa dalam jihad fisabilillah, semangat dan iman mereka tetap kuat, tidak lemah, tidak lesu dan tidak menyerah di kala menderita bencana. Orang-orang semacam itulah yang dicintai Allah karena kesabarannya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | null |
440 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 147 | 68 | 8 | 4 | 1 | وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ اِلَّآ اَنْ قَالُوْا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاِسْرَافَنَا فِيْٓ اَمْرِنَا وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ | Wa mā kāna qauluhum illā an qālū rabbanagfir lanā żunūbanā wa isrāfanā fī amrinā wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn(a). | Tidak lain ucapan mereka kecuali doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami,123) tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” | 123 | 123) Tindakan yang berlebihan adalah sikap melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah Swt. | Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan kondisi fisik dan semangat pantang menyerah pengikut nabi terdahulu, lalu dalam ayat ini Dia menjelaskan situasi batin mereka yang tercermin pada ungkapan mereka. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dan melampaui batas hukum yang ditetapkan Allah dalam urusan kami berkaitan dengan persiapan perang, dan tetapkanlah pendirian kami supaya tidak berubah niat dan tujuan kami, dan tolonglah, anugerahkan kemenangan kepada kami atas orang-orang kafir.” | Mereka di samping kesabaran dan ketabahan berjihad fīsabīlillāh bersama Nabi, tidak lupa mengadakan hubungan langsung dengan Allah swt dengan berdoa agar dosanya dan tindakan yang berlebih-lebihan diampuni oleh Tuhan, pendiriannya ditetapkan agar mereka dimenangkan terhadap orang-orang kafir. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | null |
441 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 148 | 68 | 8 | 4 | 1 | فَاٰتٰىهُمُ اللّٰهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْاٰخِرَةِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ | Fa ātāhumullāhu ṡawābad-dun-yā wa ḥusna ṡawābil-ākhirah(ti), wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn(a). | Maka, Allah menganugerahi mereka balasan (di) dunia124) dan pahala yang baik (di) akhirat. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. | 124 | 124) Pahala dunia dapat berupa kemenangan, harta rampasan, pujian, dan lain-lain. | Maka Allah mengabulkan doa mereka dan memberi mereka pahala di dunia berupa kemenangan, memperoleh harta rampasan perang, nama baik dan kehormatan, dan pahala yang baik di akhirat, yaitu surga dan keridaan Allah. Dan Allah mencintai, memberi anugrah kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. | Oleh karena kesungguhan, keikhlasan, keteguhan iman dan kesabaran para pengikut nabi-nabi yang terdahulu dalam menghadapi segala macam penderitaan dalam memperjuangkan kebenaran di jalan Allah, maka Allah memberikan kepada mereka balasan dunia dan pahala yang setimpal di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu Allah menegur kepada sebagian kaum Muslimin yang turut berperang dalam Perang Uhud. Mereka bersikap kurang tabah, kurang sabar, kurang disiplin. Maka pada ayat-ayat ini Allah menguji keikhlasan para pengikut nabi terdahulu yang setia dan tabah dalam berperang dan bagi mereka yang ikhlas akan menjadi syuhada serta mendapat balasan surga. | BERJUANG MEMBELA ISLAM DENGAN SEPENUH HATI | Kosakata: Ribbiyyūn رِبِّيُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 146)
Ribbiyyūn jamak dari ribbī secara etimologi dinisbahkan kepada asal katanya atau masdar ar-rabb artinya orang-orang yang mengikuti syariat Allah, yang dimaksud dalam ayat ini adalah pengikut para rasul dan murid-murid para nabi. Pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah sikap mereka yang tetap setia dan teguh beragama meskipun rasul dan nabi yang mereka ikuti mengalami bencana bahkan kematian. | null | 1. Kemenangan dan surga hanya akan diberikan Allah kepada orang yang berjihad dan sabar/tabah.
2. Tidak boleh membatalkan janji yang sudah diikrarkan untuk membela agama Allah atau kebenaran.
3. Anjuran membela kebenaran bukan karena seseorang tetapi karena Allah.
4. Dalam membela kebenaran tidak perlu takut mati, karena mati itu di tangan Allah. Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh takut mati, apalagi dalam melaksanakan perintah Allah.
5. Allah melarang kaum Muslimin, merasa sedih, lemah semangat, meskipun mengalami kekalahan dan penderitaan, karena mereka dengan ketabahan akan memperoleh kemenangan, sebagaimana sejarah umat nabi-nabi terdahulu.
6. Kalah atau menang dalam peperangan adalah hal biasa, karena yang demikian itu dipergilirkan di antara manusia. Kaum Muslimin hendaknya mengambil pelajaran dari peristiwa kemenangan atau kekalahan itu.
7. Untuk meningkatkan rasa keberanian pada umat Muhammad, mereka diberi contoh teladan tentang beberapa sifat pejuang penegak kebenaran di jalan Allah dari pengikut-pengikut para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Antara lain di kala menderita bencana, mereka tidak lemah, tidak lesu, tidak menyerah kepada musuh dan tidak mengeluh, bahkan berdoa agar diampuni oleh Allah segala dosa dan diberi kekuatan iman serta pertolongan untuk dapat mengalahkan musuh. |
442 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 149 | 69 | 8 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تُطِيْعُوا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَرُدُّوْكُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ | Yā ayyuhal-lażīna āmanū in tuṭī‘ul-lażīna kafarū yaruddūkum ‘alā a‘qābikum fa tanqalibū khāsirīn(a). | Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kufur, niscaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang (murtad). Akibatnya, kamu akan kembali dalam keadaan merugi. | null | null | Setelah dijelaskan bahwa orang yang berbuat kebaikan akan mendapatkan anugerah di dunia maupun akhirat, ayat ini mengingatkan bahwa mengikuti orang-orang kafir akan mengakibatkan kerugian bahkan kegagalan. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menaati dan tunduk pada saran orang-orang yang kafir yang bertentangan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, niscaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang, yaitu murtad. Jika hal itu kamu lakukan maka kamu akan kembali menjadi orang yang rugi di dunia dan akhirat. | Menurut Ali bin Abi Talib, ayat ini diturunkan sehubungan dengan peristiwa orang-orang mukmin ketika mendapat pukulan berat dalam Perang Uhud sehingga orang-orang munafik berkata kepada mereka, “Kembalilah kamu kepada saudara-saudara kamu dan masuklah agama mereka.” Dengan demikian yang dimaksud dengan orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang-orang munafik.
Ayat ini memperingatkan setiap orang beriman kepada Allah baik yang telah mengalami penderitaan dalam Perang Uhud maupun lainnya di setiap masa dan tempat, tetap selalu waspada agar tidak terperosok kepada sikap lemah, menyerah dan mengikuti bujukan berbisa dari orang-orang kafir, munafik Yahudi, karena akibatnya akan menimbulkan bahaya dan kerugian yang sangat besar. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa setiap yang bernyawa itu tidak akan mati sebelum datang ajal yang telah ditentukan oleh Tuhan, kemudian pada ayat 146, 147, dan 149 diberi contoh teladan dengan menceritakan kisah para pengikut nabi-nabi yang terdahulu, maka pada ayat berikutnya dijelaskan bagaimana hendaknya sikap kaum Muslimin dalam menghadapi tindakan-tindakan permusuhan dari orang kafir. | WASPADA TERHADAP AJAKAN ORANG KAFIR | Kosakata: ar-Ru‘b اَلرُّعْب(Āli ‘Imrān/3: 151)
Ada dua arti dasar pada kata ini, yaitu “keterputusan” (al-inqiṭa’) dan “terpenuhinya rasa takut” (imtila al-khauf) dikatakan ra’abtu al-ḥauḍ, aku mengisi kubangan itu sampai penuh. Ra‘abtu as-sanam, aku memotong punuk (bongkol). Dari dua arti dasar ini kata ar-ru‘b bisa diartikan “rasa takut yang sangat yang memenuhi hati seseorang karena keterputusan dari yang lain”. Allah akan menghunjamkan rasa takut yang sangat kepada orang-orang musyrik, karena kemusyrikan mereka. Orang musyrikin tidak yakin dengan apa yang mereka sekutukan kepada Allah, di sisi lain mereka juga tidak punya argumen yang kuat untuk menafikan wujud Allah yang Esa. Situasi ini menyebabkan mereka selalu berada dalam ketakutan dan kegelisahan. Inilah yang menyebabkan Allah memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Hanya nerakalah tempat kembali yang layak bagi mereka. Padahal, neraka adalah tempat kembali yang paling buruk. | null | null |
443 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 150 | 69 | 8 | 4 | 1 | بَلِ اللّٰهُ مَوْلٰىكُمْ ۚ وَهُوَ خَيْرُ النّٰصِرِيْنَ | Balillāhu maulākum, wa huwa khairun-nāṣirīn(a). | Namun, (hanya) Allahlah pelindungmu dan Dia penolong yang terbaik. | null | null | Jangan kamu ikuti saran orang-orang kafir, tetapi ikutilah aturan Allah, karena hanya Allah-lah pelindungmu, dan Dia penolong yang terbaik. | Kaum Muslimin agar taat kepada Allah karena Dialah Pelindung mereka yang terbaik. Janganlah mereka mengikuti orang-orang kafir seperti Abū Sufyān dan kawan-kawannya (pada waktu itu), atau orang-orang munafik seperti ‘Abdullāh bin Ubai atau orang-orang kafir dan munafik lainnya yang akan menyesatkan dan menjerumuskan mereka ke jurang yang sangat berbahaya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa setiap yang bernyawa itu tidak akan mati sebelum datang ajal yang telah ditentukan oleh Tuhan, kemudian pada ayat 146, 147, dan 149 diberi contoh teladan dengan menceritakan kisah para pengikut nabi-nabi yang terdahulu, maka pada ayat berikutnya dijelaskan bagaimana hendaknya sikap kaum Muslimin dalam menghadapi tindakan-tindakan permusuhan dari orang kafir. | WASPADA TERHADAP AJAKAN ORANG KAFIR | Kosakata: ar-Ru‘b اَلرُّعْب(Āli ‘Imrān/3: 151)
Ada dua arti dasar pada kata ini, yaitu “keterputusan” (al-inqiṭa’) dan “terpenuhinya rasa takut” (imtila al-khauf) dikatakan ra’abtu al-ḥauḍ, aku mengisi kubangan itu sampai penuh. Ra‘abtu as-sanam, aku memotong punuk (bongkol). Dari dua arti dasar ini kata ar-ru‘b bisa diartikan “rasa takut yang sangat yang memenuhi hati seseorang karena keterputusan dari yang lain”. Allah akan menghunjamkan rasa takut yang sangat kepada orang-orang musyrik, karena kemusyrikan mereka. Orang musyrikin tidak yakin dengan apa yang mereka sekutukan kepada Allah, di sisi lain mereka juga tidak punya argumen yang kuat untuk menafikan wujud Allah yang Esa. Situasi ini menyebabkan mereka selalu berada dalam ketakutan dan kegelisahan. Inilah yang menyebabkan Allah memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Hanya nerakalah tempat kembali yang layak bagi mereka. Padahal, neraka adalah tempat kembali yang paling buruk. | null | null |
444 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 151 | 69 | 8 | 4 | 1 | سَنُلْقِيْ فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَٓا اَشْرَكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا ۚ وَمَأْوٰىهُمُ النَّارُ ۗ وَبِئْسَ مَثْوَى الظّٰلِمِيْنَ | Sanulqī fī qulūbil-lażīna kafarur-ru‘ba bimā asyrakū billāhi mā lam yunazzil bihī sulṭānā(n), wa ma'wāhumun nār(u), wa bi'sa maṡwaẓ-ẓālimīn(a). | Kami akan memasukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang yang kufur karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentangnya. Tempat kembali mereka adalah neraka. (Itulah) seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang zalim. | null | null | Setelah ditegaskan bahwa Allah adalah penolong yang terbaik, di sini dijelaskan salah satu bentuk pertolongan dimaksud. Yaitu akan Kami lindungi dan tolong kamu dengan masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, untuk menyerang kaum muslim, hal itu karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka setelah meninggal dunia ialah neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal yang abadi bagi orang-orang zalim. | Bentuk pertolongan Allah yang diberikan kepada orang mukmin, dengan membisikkan ke dalam hati orang kafir rasa takut untuk melanjutkan peperangan, karena mereka mempersekutukan Allah. Tempat mereka neraka dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang zalim.
Memang bagaimanapun hebat dan gagah perkasanya seseorang, ia akan merasa lemah dan tidak dapat berbuat sesuatu, apabila ia telah dihinggapi oleh perasaan takut. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa setiap yang bernyawa itu tidak akan mati sebelum datang ajal yang telah ditentukan oleh Tuhan, kemudian pada ayat 146, 147, dan 149 diberi contoh teladan dengan menceritakan kisah para pengikut nabi-nabi yang terdahulu, maka pada ayat berikutnya dijelaskan bagaimana hendaknya sikap kaum Muslimin dalam menghadapi tindakan-tindakan permusuhan dari orang kafir. | WASPADA TERHADAP AJAKAN ORANG KAFIR | Kosakata: ar-Ru‘b اَلرُّعْب(Āli ‘Imrān/3: 151)
Ada dua arti dasar pada kata ini, yaitu “keterputusan” (al-inqiṭa’) dan “terpenuhinya rasa takut” (imtila al-khauf) dikatakan ra’abtu al-ḥauḍ, aku mengisi kubangan itu sampai penuh. Ra‘abtu as-sanam, aku memotong punuk (bongkol). Dari dua arti dasar ini kata ar-ru‘b bisa diartikan “rasa takut yang sangat yang memenuhi hati seseorang karena keterputusan dari yang lain”. Allah akan menghunjamkan rasa takut yang sangat kepada orang-orang musyrik, karena kemusyrikan mereka. Orang musyrikin tidak yakin dengan apa yang mereka sekutukan kepada Allah, di sisi lain mereka juga tidak punya argumen yang kuat untuk menafikan wujud Allah yang Esa. Situasi ini menyebabkan mereka selalu berada dalam ketakutan dan kegelisahan. Inilah yang menyebabkan Allah memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Hanya nerakalah tempat kembali yang layak bagi mereka. Padahal, neraka adalah tempat kembali yang paling buruk. | null | 1. Allah memperingatkan semua orang yang beriman agar selalu waspada terhadap orang-orang kafir dan munafik dan jangan mengikuti ajakan atau bujukan mereka yang bisa mengakibatkan bahaya yang sangat besar.
2. Setiap orang mukmin harus mengikuti perintah Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya, karena Dialah Pelindung satu-satunya dan Dialah sebaik-baik penolong.
3. Pertolongan Allah kepada orang yang benar-benar beriman kepada-Nya, pasti akan datang, karena Allah adalah Mahakuasa memasukkan rasa takut dan gentar ke dalam hati orang-orang kafir, sehingga mereka tidak berdaya. |
445 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 152 | 69 | 8 | 4 | 1 | وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّٰهُ وَعْدَهٗٓ اِذْ تَحُسُّوْنَهُمْ بِاِذْنِهٖ ۚ حَتّٰىٓ اِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِى الْاَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَآ اَرٰىكُمْ مَّا تُحِبُّوْنَ ۗ مِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرِيْدُ الْاٰخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۚ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ | Wa laqad ṣadaqakumullāhu wa‘dahū iż taḥussūnahum bi'iżnih(ī), ḥattā iżā fasyiltum wa tanāza‘tum fil-amri wa ‘aṣaitum mim ba‘di mā arākum mā tuḥibbūn(a), minkum may yurīdud-dun-yā wa minkum may yurīdul-ākhirah(ta), ṡumma ṣarafakum ‘anhum liyabtaliyakum, wa laqad ‘afā ‘ankum, wallāhu żū faḍlin ‘alal-mu'minīn(a). | Sungguh, Allah benar-benar telah memenuhi janji-Nya kepadamu ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu (dalam keadaan) lemah, berselisih dalam urusan itu,125) dan mengabaikan (perintah Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai.126) Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian, Allah memalingkan kamu dari mereka127) untuk mengujimu. Sungguh, Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin. | 125, 126, 127 | 125) Berselisih dalam urusan Nabi berarti melaksanakan perintah Nabi Muhammad saw. agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditetapkan dalam keadaan bagaimanapun.
126) Yakni kemenangan dan harta rampasan.
127) Maksudnya adalah bahwa kaum muslim tidak berhasil mengalahkan mereka. | Setelah Rasulullah dan para sahabat kembali dari Perang Uhud, timbul pertanyaan antara mereka mengenai sebab kegagalan dalam Perang Uhud, padahal Allah sudah menjanjikan kemenangan. Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu sebagaimana yang terjadi pada saat awal Perang Uhud, yaitu ketika kamu membunuh pemegang panji mereka, orang kafir dan tujuh orang lainnya dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah, dan takut karena ada sebagian pasukan yang lari dari medan perang, sehingga mendahulukan meraih harta rampasan perang atas ketaatan kepada Rasulullah Muhammad dan berselisih dalam urusan berebut harta rampasan perang itu dan mengabaikan perintah Rasul agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditetapkan, walau dalam situasi bagaimanapun. Peristiwa tersebut terjadi setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai, yaitu kemenangan dan harta rampasan perang. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia berupa harta rampasan perang dan di antara kamu ada pula orang yang menghendaki akhirat dengan menaati perintah Rasulullah, seperti komandan pasukan pemanah, yaitu Abdullah bin Jubair. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka dengan menggagalkan kemenangan yang sudah hampir diraih untuk mengujimu siapa yang kuat imannya dan siapa yang lemah. Tetapi ketahuilah Dia benar-benar telah memaafkan kesalahan kamu dalam Perang Uhud. Dan Allah mempunyai karunia yang banyak yang diberikan kepada orang-orang mukmin yang beriman dengan sebenar-benarnya. | Allah telah memenuhi segala apa yang telah dijanjikan kepada hambanya yang beriman, di mana mereka telah sampai kepada suatu tahap kemenangan dengan menghancurkan kekuatan musuh yang jauh lebih banyak jumlah dan persiapannya. Tetapi karena mereka kurang sabar, kurang patuh dan kurang disiplin terhadap komando Muhammad yang memerintahkan agar setiap regu, terutama regu pemanah jangan meninggalkan tempatnya masing-masing sebelum ada perintah, tetapi banyak di antara mereka yang melanggarnya, bahkan mereka berselisih karena menghendaki harta dunia, yakni mengejar harta rampasan perang, maka terjadilah apa yang terjadi, musuh kembali menjadi kuat, karena telah merebut tempat-tempat strategis, akhirnya kaum Muslimin menjadi lemah, sehingga mengalami penderitaan disebabkan perbuatan dan tingkah laku mereka sendiri, sebagai ujian dari Allah terhadap keimanan, kesabaran dan kedisiplinan mereka.
Pada akhir ayat ini, Allah menerangkan apa yang telah terjadi dan mereka telah menyesali kesalahan-kesalahan itu, dan Allah telah mengampuni mereka, karena Allah selalu memberikan karunia-Nya kepada orang-orang mukmin.
Para ahli tafsir menguraikan apa yang dimaksud dengan janji Allah yang disebutkan dalam ayat ini sebagai berikut:
1. Janji Allah akan menolong kaum mukminin dalam Perang Uhud dengan mengirimkan bala bantuan sebanyak lima ribu malaikat, kalau mereka sabar dan bertakwa.
2. Janji Allah akan memberi kemenangan yang disampaikan oleh Nabi kepada regu pemanah selama mereka tidak meninggalkan tempatnya. Tetapi rupanya banyak yang meninggalkan tempat.
3. Janji Allah akan menolong setiap orang mukmin yang bersabar dan bertakwa yang banyak disebutkan dalam beberapa ayat dan surah dalam Al-Qur’an
Kalau kita perhatikan tiga pendapat tersebut di atas, tidaklah bertentangan satu dengan yang lain, hanya tinjauannya dari segi yang berlainan. Pendapat yang pertama meninjau dari segi historisnya dan hubungan ayat 152 ini dengan ayat 125. Pendapat yang kedua meninjau dari segi kenyataan historis tentang pelanggaran mereka terhadap taktik perang, yang telah diperintahkan oleh Rasulullah kepada mereka, pendapat yang ketiga meninjau secara umum, karena di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjanjikan bantuan dan pertolongan kepada orang yang beriman, sabar dan bertakwa kepadanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu menerangkan bahwa jika kaum Muslimin mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, pasti Allah memenangkan dan menolong mereka, sedang pada ayat ini Allah menepati janji-Nya dengan memenangkan kaum Muslimin pada permulaan Perang Uhud. Kemudian mereka kalah karena tidak mengikuti perintah dan petunjuk Nabi. | SEBAB KELEMAHAN DAN KEGAGALAN UMAT ISLAM
DALAM PERANG UHUD | Kosakata: Taḥussūn تَحُسُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3:152)
Taḥussūn, dari kata dasar ḥassa, yaḥussu ḥassan, yang berarti “membunuh” atau “membinasakan”. Akar katanya dari al-hāssah yaitu “daya” atau “kekuatan” yang bisa mengenal dan mengetahui benda-benda. al-ḥawwās adalah “panca indera”, jika dikatakan “Aṣabtu hāssatahu” artinya “aku melukai inderanya”. Perbuatan ini terkadang membuahkan kematian. Akhirnya kata “taḥussūn” bisa diartikan “membunuh”. Kata ini terdapat dalam Surah Āli ‘Imrān/3:152, mengenai pasukan Muslimin dalam Perang Uhud. Allah telah memenuhi janji-Nya ketika Muslimin dapat membunuh dan membinasakan sebagian pasukan musuh yang jauh lebih besar. Mereka datang hendak menyerang kota Medinah, sehingga pihak Quraisy tidak berhasil mengalahkan dan menaklukkan Muslimin. | Menurut riwayat al-Wāḥidī dari Muhammad bin Ka‘ab bahwa sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut, “Setelah Nabi Muhammad saw dengan sahabat-sahabatnya kembali ke Medinah dari Perang Uhud, timbullah pertanyaan di antara mereka mengenai sebab-sebab mereka menderita kegagalan, padahal Allah telah menjanjikan kemenangan,” maka turunlah ayat ini. | null |
446 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 153 | 69 | 8 | 4 | 1 | ۞ اِذْ تُصْعِدُوْنَ وَلَا تَلْوٗنَ عَلٰٓى اَحَدٍ وَّالرَّسُوْلُ يَدْعُوْكُمْ فِيْٓ اُخْرٰىكُمْ فَاَثَابَكُمْ غَمًّا ۢبِغَمٍّ لِّكَيْلَا تَحْزَنُوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَآ اَصَابَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ | Iż tuṣ‘idūna wa lā talwūna ‘alā aḥadiw war-rasūlu yad‘ūkum fī ukhrākum fa aṡābakum gammam bigammil likailā taḥzanū ‘alā mā fātakum wa lā mā aṣābakum, wallāhu khabīrum bimā ta‘malūn(a). | (Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedangkan Rasul (Muhammad) memanggilmu dari belakang. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan128) agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. | 128 | 128) Kesedihan kaum muslim disebabkan ketidaktaatan mereka terhadap perintah Rasul yang berujung kekalahan pada Perang Uhud. | Setelah dijelaskan bahwa Allah memaafkan kesalahan mereka dalam Perang Uhud, lalu disebutkan kesalahan yang dimaksud. Ingatlah ketika sebagian kamu lari meninggalkan pertempuran dan tidak menoleh kepada siapa pun akibat rasa takut yang berlebihan, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawan-mu yang lain bertahan di medan perang memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, yaitu kabar wafatnya Rasulullah, luka kamu, gugurnya sahabat-sahabat kamu, dan kegagalan meraih kemenangan dalam perang, agar kamu tidak bersedih hati lagi terhadap apa yang luput dari kamu, yaitu kemenangan dan harta rampasan perang, dan terhadap apa yang menimpamu, yakni luka kamu dan gugurnya sahabat-sahabat kamu. Dan Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan. | Kejadian-kejadian yang penting di barisan kaum Muslimin dalam Perang Uhud, yaitu: sebab-sebab kegagalan mereka, ketika sebagian besar dari mereka lari, sedang Rasul memanggil mereka dari belakang agar jangan berbuat demikian dan kembali ke pasukan masing-masing, tetapi mereka tidak mengindahkannya. Oleh karena itu, mereka ditimpa penderitaan yang cukup berat. Kalau mereka sadari apa yang telah mereka perbuat pada waktu itu, tentulah mereka tidak akan bersedih hati atau heran, mengapa mereka menjadi gagal dalam Perang Uhud, Allah Maha Mengetahui semua apa yang akan mereka perbuat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu menerangkan bahwa jika kaum Muslimin mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, pasti Allah memenangkan dan menolong mereka, sedang pada ayat ini Allah menepati janji-Nya dengan memenangkan kaum Muslimin pada permulaan Perang Uhud. Kemudian mereka kalah karena tidak mengikuti perintah dan petunjuk Nabi. | SEBAB KELEMAHAN DAN KEGAGALAN UMAT ISLAM
DALAM PERANG UHUD | Kosakata: Taḥussūn تَحُسُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3:152)
Taḥussūn, dari kata dasar ḥassa, yaḥussu ḥassan, yang berarti “membunuh” atau “membinasakan”. Akar katanya dari al-hāssah yaitu “daya” atau “kekuatan” yang bisa mengenal dan mengetahui benda-benda. al-ḥawwās adalah “panca indera”, jika dikatakan “Aṣabtu hāssatahu” artinya “aku melukai inderanya”. Perbuatan ini terkadang membuahkan kematian. Akhirnya kata “taḥussūn” bisa diartikan “membunuh”. Kata ini terdapat dalam Surah Āli ‘Imrān/3:152, mengenai pasukan Muslimin dalam Perang Uhud. Allah telah memenuhi janji-Nya ketika Muslimin dapat membunuh dan membinasakan sebagian pasukan musuh yang jauh lebih besar. Mereka datang hendak menyerang kota Medinah, sehingga pihak Quraisy tidak berhasil mengalahkan dan menaklukkan Muslimin. | null | null |
447 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 154 | 70 | 8 | 4 | 1 | ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطَۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۗ يَقُوْلُوْنَ هَلْ لَّنَا مِنَ الْاَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ اِنَّ الْاَمْرَ كُلَّهٗ لِلّٰهِ ۗ يُخْفُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ مَّا لَا يُبْدُوْنَ لَكَ ۗ يَقُوْلُوْنَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هٰهُنَا ۗ قُلْ لَّوْ كُنْتُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِيْنَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ اِلٰى مَضَاجِعِهِمْ ۚ وَلِيَبْتَلِيَ اللّٰهُ مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ | Ṡumma anzala ‘alaikum mim ba‘dil-gammi amanatan nu‘āsay yagsyā ṭā'ifatam minkum, wa ṭā'ifatun qad ahammathum anfusuhum yaẓunnūna billāhi gairal-ḥaqqi ẓanal-jāhiliyyah(ti), yaqūlūna hal lanā minal-amri min syai'(in), qul innal-amra kullahū lillāh(i), yukhfūna fī anfusihim mā lā yubdūna lak(a), yaqūlūna lau kāna lanā minal-amri syai'um mā qutilnā hāhunā, qul lau kuntum fī buyūtikum labarazal-lażīna kutiba ‘alaihimul-qatlu ilā maḍāji‘ihim, wa liyabtaliyallāhu mā fī ṣudūrikum wa liyumaḥḥiṣa mā fī qulūbikum, wallāhu ‘alīmum biżātiṣ-ṣudūr(i). | Setelah kamu ditimpa kesedihan, kemudian Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu,129) sedangkan segolongan lagi130) telah mencemaskan diri mereka sendiri. Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.131) Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, “Seandainya ada sesuatu yang dapat kami perbuat dalam urusan ini, niscaya kami tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Allah (berbuat demikian) untuk menguji yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui segala isi hati. | 129, 130, 131 | 129) Yakni orang-orang Islam yang kuat keyakinannya.
130) Yakni orang-orang Islam yang masih ragu-ragu.
131) Yang dimaksud dengan sangkaan jahiliah adalah menganggap bahwa apabila Nabi Muhammad saw. itu benar-benar utusan Allah Swt., tentu tidak akan terkalahkan atau terbunuh dalam peperangan. | Usai menjelaskan ampunan Allah atas kesalahan pasukan pemanah yang meninggalkan posisinya pada Perang Uhud, Allah lalu beralih menjelaskan pertolongan-Nya kepada pasukan muslim berupa kantuk walau dalam suasana duka. Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu berupa kantuk yang bisa menghilangkan kepenatan yang meliputi segolongan dari kamu yang kuat imannya, sedangkan segolongan lagi, yang imannya tidak kuat, telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah, bahwa kalau Nabi Muhammad itu benar-benar nabi dan rasul Allah, tentu dia tidak akan kalah dalam peperangan. Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat, yakni campur tangan kita, dalam urusan ini?” Mereka berkata demikian karena ingin lepas tanggung jawab dari kegagalan dalam Perang Uhud. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Dia yang menetapkan kemenangan atau kekalahan berdasarkan hukum kemasyarakatan yang berlaku. Mereka, orang-orang munafik, menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, Mereka berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, yakni seandainya Nabi mengikuti usul kita untuk menetap di Madinah, niscaya kita tidak akan dikalahkan dan teman-teman kita tidak akan dibunuh di sini.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Meskipun kamu ada di rumahmu,niscaya orang-orang yangtelah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar, juga ke tempat mereka terbunuh, karena waktu dan tempat kematian sudah ditetapkan Allah.” Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu, kuat atau lemahlah imanmu, dan untuk membersihkan berbagai macam dosa apa saja yang ada dalam hatimu, Dan Allah Maha Mengetahui isi hati walaupun tanpa melalui ujian. | Lanjutan peristiwa setelah mereka mengalami kesulitan dan penderitaan, maka Allah memberikan kepada segolongan mereka yang kuat iman dan kesabarannya perasaan kantuk untuk menenangkan mereka dari rasa ketakutan, lelah dan kegelisahan. Dengan demikian mereka dapat mengumpulkan kembali kekuatan mereka yang telah berkurang karena sengitnya pertempuran dan kehilangan semangat. Sedang segolongan lainnya tidak menerima nikmat kantuk ini, yaitu golongan yang lemah imannya bahkan mereka tetap merasa takut dan gelisah. Ayat ini mengutarakan bahwa pengikut-pengikut Nabi setelah selesai peperangan terbagi atas dua golongan.
Pertama: Golongan yang menyadari bahwa terpukulnya mereka dalam Perang Uhud disebabkan kekeliruan mereka berupa kurangnya disiplin terhadap komando Rasulullah selaku komandan pertempuran. Mereka tetap yakin dan percaya pada pertolongan Allah berupa kemenangan bagi orang-orang yang beriman. Karena meskipun pada kali ini mereka mengalami malapetaka, namun Allah tetap akan membela orang-orang yang beriman. Golongan inilah yang memperoleh nikmat kantuk itu.
Kedua: Golongan yang lemah imannya karena diliputi rasa kekhawatiran mereka belum begitu yakin kepada komando Rasulullah karena kemunafikan yang telah bersarang di hati mereka. Golongan kedua inilah yang menyangka yang bukan-bukan terhadap Allah dan Muhammad seperti sangkaan orang-orang jahiliah. Antara lain mereka menyangka kalau Muhammad benar-benar seorang Nabi dan Rasul, tentu ia dan sahabatnya tidak akan kalah dalam Perang Uhud. Mereka berkata untuk melepaskan tanggung jawab, “Apakah kita ada hak campur tangan dalam urusan ini?” Katakanlah hai Muhammad, “Semua urusan ini adalah di tangan Allah.”
Mereka banyak menyembunyikan hal-hal yang tidak mereka lahirkan kepadamu, mereka berkata, “Sekiranya ada hak campur tangan pada kita, niscaya kita tidak akan dikalahkan di sini.” Tetapi katakanlah kepada mereka andaikata mereka berada di dalam rumah masing-masing dengan tidak ikut berperang, tetapi kalau sudah ditakdirkan akan mati di luar rumah, maka mereka pasti akan mati juga di tempat yang sudah ditentukan. Semua kejadian ini adalah untuk menguji apa yang tersimpan di dalam dada kaum Muslimin dan untuk membersihkan hati mereka dari keraguan yang dibisikkan oleh setan, sehingga bertambah kuatlah keimanan dalam hati mereka. Allah Maha Mengetahui isi hati mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu menerangkan bahwa jika kaum Muslimin mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, pasti Allah memenangkan dan menolong mereka, sedang pada ayat ini Allah menepati janji-Nya dengan memenangkan kaum Muslimin pada permulaan Perang Uhud. Kemudian mereka kalah karena tidak mengikuti perintah dan petunjuk Nabi. | SEBAB KELEMAHAN DAN KEGAGALAN UMAT ISLAM
DALAM PERANG UHUD | Kosakata: Taḥussūn تَحُسُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3:152)
Taḥussūn, dari kata dasar ḥassa, yaḥussu ḥassan, yang berarti “membunuh” atau “membinasakan”. Akar katanya dari al-hāssah yaitu “daya” atau “kekuatan” yang bisa mengenal dan mengetahui benda-benda. al-ḥawwās adalah “panca indera”, jika dikatakan “Aṣabtu hāssatahu” artinya “aku melukai inderanya”. Perbuatan ini terkadang membuahkan kematian. Akhirnya kata “taḥussūn” bisa diartikan “membunuh”. Kata ini terdapat dalam Surah Āli ‘Imrān/3:152, mengenai pasukan Muslimin dalam Perang Uhud. Allah telah memenuhi janji-Nya ketika Muslimin dapat membunuh dan membinasakan sebagian pasukan musuh yang jauh lebih besar. Mereka datang hendak menyerang kota Medinah, sehingga pihak Quraisy tidak berhasil mengalahkan dan menaklukkan Muslimin. | null | null |
448 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 155 | 70 | 8 | 4 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۙ اِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطٰنُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوْا ۚ وَلَقَدْ عَفَا اللّٰهُ عَنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ ࣖ | Innal-lażīna tawallau minkum yaumal-taqal-jam‘ān(i), innamastazallahumusy-syaiṭānu biba‘ḍi mā kasabū, wa laqad ‘afallāhu ‘anhum, innallāha gafūrun ḥalīm(un). | Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu pada hari ketika dua pasukan bertemu,132) sesungguhnya mereka hanyalah digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat. Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. | 132 | 132) Yaitu pasukan kaum muslim dan pasukan kaum musyrik dalam Perang Uhud. | Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu, tidak ikut berperang atau lari dari medan perang, ketika terjadi pertemuan, yaitu pertempuran, antara dua pasukan itu, yakni pasukan mukmin dan pasukan kafir dalam Perang Uhud, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan, dosa, yang telah mereka perbuat, pada masa lampau, tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun atas segala dosa, Maha Penyantun tidak segera menghukum orang yang berbuat maksiat. | Sewaktu pertempuran yang menentukan dalam Perang Uhud ada sebagian dari Muslimin meninggalkan tempat pertahanan yang tidak boleh ditinggalkan terutama oleh barisan pemanah, tetapi mereka tinggalkan juga. Mereka merasa musuh sudah kalah sehingga mereka meninggalkan posisi dengan maksud untuk mendapatkan harta rampasan, akhirnya musuh menempati posisi mereka dan mereka kocar-kacir dan menderita karena serangan musuh yang bertubi-tubi. Meskipun demikian akhirnya mereka sadar dan menyesali kesalahan mereka, maka Allah mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun dengan membebaskan mereka dari hukuman di akhirat.
Peperangan yang terjadi dalam sejarah Islam di masa Nabi, tak ada satu pun yang dimulai oleh Muslimin. Sikap Nabi dan para sahabat dalam hal ini hanya defensif, mempertahankan diri, bukan ofensif, sesuai dengan prinsip-prinsip dalam Al-Qur’an, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah melampaui batas. Sungguh Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas” (al-Baqarah/2: 190). Tetapi bila pihak musuh mengajak damai, sambutlah segera (al-Anfāl/8: 61). Kita harus selalu siap menerima perdamaian jika kecenderungan ke arah perdamaian di pihak lain juga demikian. Tugas kita harus menjadi pelopor perdamaian, bukan menjadi pelopor peperangan. Tak ada faedahnya berperang hanya untuk berperang.
Begitulah yang terjadi dalam Perang Badar (Āli ‘Imrān/3: 13, 123) pada bulan Ramadan tahun kedua setelah hijrah. Kemudian dalam Perang Ahzab (Perang Parit, al-Aḥzāb/33:9) sekitar tahun ke-5 setelah hijrah, Musyrikin Mekah dengan kekuatan 10.000 orang, dengan bantuan Yahudi yang berkhianat setelah mengadakan perjanjian dengan Rasulullah. Tetapi mereka kemudian lari dan kembali ke Mekah membawa kegagalan besar. Lalu yang terakhir Perang Hunain tak lama setelah Pembebasan Mekah pada tahun ke-8.
Begitu juga dalam Perang Uhud (Āli Imrān/3:121) yang terjadi setahun setelah Perang Badar, pihak musuh yang datang jauh-jauh dari Mekah mau menyerang Medinah. Kedatangan mereka dengan kekuatan 3000 orang datang ke Medinah hendak membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Dalam perang inilah Muslimin dan Rasulullah mendapat cobaan berat.
Nabi Saw bermusyawarah dengan para sahabatnya, seperti yang sudah menjadi cara hidup Nabi yang selalu bermusyawarah. Sebagian mereka ingin bertahan di dalam kota, dengan alasan musuh tidak mengenal seluk-beluk kota. Bila musuh sudah memasuki kota, akan kita kepung dan kita serang. Rakyat juga akan menyerang dengan batu dari atap-atap rumah. Yang lain menghendaki menyongsong musuh di luar kota, sebab jika musuh sampai menginjakkan kaki ke kota Medinah, penduduk akan menjadi korban, dan mereka akan menganggap sudah mendapat kemenangan dan akan membuat mereka bertambah berani. Atas dasar keputusan dengan pertimbangan itu, kaum Muslimin berangkat ke luar kota di bawah pimpinan Rasulullah saw. Dalam perang ini tak ada yang menang dan tak ada yang kalah.
Dalam menghadapi ancaman tersebut, Rasulullah dengan pandangannya yang jauh, berani dan penuh tanggung jawab, segera memutuskan akan mengambil tempat di kaki Gunung Uhud, yang mengintari sebagian besar kota Medinah, sekitar tiga mil ke utara. Pada 7 Syawal tahun ketiga Hijri (Januari 625) waktu subuh, ia sudah mengadakan persiapan untuk menghadapi perang itu. Medinah terkenal dengan musim dinginnya yang luar biasa, tetapi prajurit Muslimin (700 sampai 1000 orang) subuh itu sudah siap. Di sebelah selatan mereka terdapat lembah yang curam dengan aliran air yang deras, sedang lorong-lorong bukit di belakang mereka ditempati oleh 50 orang pasukan pemanah untuk mencegah serangan musuh dari belakang. Pihak musuh sudah bersiap-siap hendak menyerang tembok Medinah, sedang pasukan Muslimin berada di belakang mereka. Pada mulanya pertempuran itu menguntungkan kaum Muslimin. Pihak musuh sudah porak-poranda, tetapi barisan pemanah Muslimin, yang tidak menaati perintah Nabi meninggalkan posnya. Mereka ikut mengejar dan memperebutkan rampasan perang.
Perintah itu ialah: Janganlah mengejar rampasan perang, dan jagalah disiplin kuat-kuat. Tidak sedikit musuh yang mati terbunuh, dan mereka sudah mulai mundur. Pada saat itu sebagian pasukan Muslimin, melanggar perintah, terus mengejar mereka karena tertarik oleh kemungkinan mendapatkan harta rampasan perang. Pihak musuh mengambil peluang yang telah ditinggalkan oleh pasukan pemanah, dan ketika itulah terjadi pertempuran satu lawan satu yang amat sengit, yang menurut laporan banyak menguntungkan pihak musuh. Sahabat-sahabat dari kaum Ansar banyak yang terbunuh.
Tetapi mereka tidak kenal mundur. Dalam pertempuran ini Hamzah, paman Rasulullah dari pihak bapak, terbunuh sebagai syahid. Rasulullah sendiri juga mendapat luka-luka di bagian kepala dan muka, sebuah giginya tanggal. Kalau tidak karena keteguhan hati, keberanian dan ketenangannya, niscaya pihak Muslimin akan menderita kekalahan besar. Meskipun Rasulullah dalam keadaan luka, begitu juga kaum Muslimin yang lain mengalami luka-luka, keesokan harinya mereka kembali ke medan pertempuran. Abu Sufyan dan pasukan Mekah-nya dengan hati-hati sekali segera menarik diri. Medinah dapat diselamatkan. Kaum Muslimin dapat belajar dari peristiwa ini: keimanan, kesetiaan dan ketabahan. (Diringkaskan dari Tafsir Al-Qur’an A. Yusuf Ali). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat yang lalu menerangkan bahwa jika kaum Muslimin mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, pasti Allah memenangkan dan menolong mereka, sedang pada ayat ini Allah menepati janji-Nya dengan memenangkan kaum Muslimin pada permulaan Perang Uhud. Kemudian mereka kalah karena tidak mengikuti perintah dan petunjuk Nabi. | SEBAB KELEMAHAN DAN KEGAGALAN UMAT ISLAM
DALAM PERANG UHUD | Kosakata: Taḥussūn تَحُسُّوْنَ (Āli ‘Imrān/3:152)
Taḥussūn, dari kata dasar ḥassa, yaḥussu ḥassan, yang berarti “membunuh” atau “membinasakan”. Akar katanya dari al-hāssah yaitu “daya” atau “kekuatan” yang bisa mengenal dan mengetahui benda-benda. al-ḥawwās adalah “panca indera”, jika dikatakan “Aṣabtu hāssatahu” artinya “aku melukai inderanya”. Perbuatan ini terkadang membuahkan kematian. Akhirnya kata “taḥussūn” bisa diartikan “membunuh”. Kata ini terdapat dalam Surah Āli ‘Imrān/3:152, mengenai pasukan Muslimin dalam Perang Uhud. Allah telah memenuhi janji-Nya ketika Muslimin dapat membunuh dan membinasakan sebagian pasukan musuh yang jauh lebih besar. Mereka datang hendak menyerang kota Medinah, sehingga pihak Quraisy tidak berhasil mengalahkan dan menaklukkan Muslimin. | null | 1. Allah telah memenuhi janjinya untuk menolong kaum Muslimin dalam Perang Uhud, sehingga mereka telah sampai kepada suatu tahap kemenangan. Tetapi oleh karena pasukan pemanah kurang sabar, kurang disiplin, berselisih pendapat dan tidak taat kepada komando Rasul lalu meninggalkan tempatnya, maka kaum Muslimin menderita.
2. Malapetaka itu terjadi tatkala mereka lari meninggalkan pasukannya meskipun dipanggil kembali oleh Rasulullah saw, tetapi mereka tidak mengindahkannya. Akhirnya mereka mengalami penderitaan yang cukup berat.
3. Kekalahan itu diberikan oleh Allah untuk menguji iman.
4. Allah menurunkan rahmat-Nya kepada golongan yang kuat imannya berupa terlelap sejenak, agar pikiran mereka tenang, menghilangkan segala macam ketakutan, kegelisahan dan kelelahan. Sedangkan segolongan lainnya tidak merasakan nikmat kantuk ini.
5. Pasukan Muslimin dalam Perang Uhud ada yang lari karena telah digelincirkan oleh setan, sehingga mereka meninggalkan garis pertahanan.
6. Sekalipun demikian, setelah mereka sadar kembali dan menyesali perbuatannya, Allah mengampuni mereka, dan Allah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. |
449 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 156 | 70 | 8 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقَالُوْا لِاِخْوَانِهِمْ اِذَا ضَرَبُوْا فِى الْاَرْضِ اَوْ كَانُوْا غُزًّى لَّوْ كَانُوْا عِنْدَنَا مَا مَاتُوْا وَمَا قُتِلُوْاۚ لِيَجْعَلَ اللّٰهُ ذٰلِكَ حَسْرَةً فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَاللّٰهُ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ | Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā takūnū kal-lażīna kafarū wa qālū li'ikhwānihim iżā ḍarabū fil-arḍi au kānū guzzal lau kānū ‘indanā mā mātū wa mā qutilū, liyaj‘alallāhu żālika ḥasratan fī qulūbihim, wallāhu yuḥyī wa yumīt(u), wallāhu bimā ta‘malūna baṣīr(un). | Wahai orang-orang yang beriman, janganlah seperti orang-orang yang kufur dan berbicara tentang saudara-saudaranya, apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, “Seandainya mereka tetap bersama kami, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” (Allah membiarkan mereka bersikap demikian) karena Allah hendak menjadikan itu (kelak) sebagai penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. | null | null | Usai menjelaskan peristiwa Perang Uhud, Allah lalu menjabarkan tuntunan yang harus diikuti oleh orang yang beriman. Wahai orangorang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir, yakni orang munafik yang mengatakan kepada saudara-saudaranya seketurunan maupun seiman, apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau pergi berperang, “Sekiranya mereka tetap bersama kita, tidak ikut berperang, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” Akibat perkataan yang demikian itu, Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan yang besar di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan siapa yang dikehendaki-Nya sesuai dengan ketetapan-Nya, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan, yang kamu tampakkan maupun yang kamu sembunyikan. | Tentang semangat berjihad pada orang-orang yang beriman yang sudah tertanam, Allah melarang mereka menganut kepercayaan seperti kepercayaan orang-orang kafir yang berkata mengenai teman-temannya yang mati sewaktu dalam perjalanan atau berperang. “Kalau mereka, orang-orang mukmin itu tetap bersama kita, tidak pergi berperang, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.”
Kepercayaan dan perkataan itu, bukan saja tidak benar, tetapi juga menimbulkan rasa penyesalan yang sangat dalam, padahal soal hidup dan mati adalah di tangan Allah. Dialah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk-makhluk-Nya menurut waktu, tempat dan sebab yang telah ditetapkan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu telah diperlihatkan kepada orang-orang mukmin penderitaan seperti yang terjadi dalam Perang Uhud karena tidak sabar menghadapi godaan setan, sehingga sampai meninggalkan tempat-tempat yang penting untuk memperebutkan harta rampasan. Ayat ini memperingatkan kembali terhadap godaan-godaan setan yang telah membikin rusak kepercayaan dan keyakinan orang-orang yang beriman sehingga mereka menjadi kafir. | MENANAMKAN SEMANGAT BERJIHAD | Kosakata: Guzza غُزًّى (Āli ‘Imrān/3: 156)
Secara etimologis, guzza adalah bentuk jamak dari kata gāzi berarti “orang yang berperang”. Asal katanya al-gazwu artinya keluar untuk memerangi musuh. Dalam ayat 156 Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk tidak meniru perilaku orang-orang kafir. Misalnya, orang-orang beriman dilarang meniru ucapan mereka yang justru memojokkan orang-orang yang berperang di jalan Allah. Dalam benak orang-orang kafir itu perang tidak akan mendatangkan apa-apa, kecuali kematian. Sebab itu, menghindari perang menjadi jalan kehidupan dan menghindari kematian. Tentu, ini ucapan yang tidak dapat diterima, sehingga Allah melarang orang beriman untuk meniru apa yang mereka lakukan. Pergi berperang atau tidak, bukan penyebab kematian karena penentu kematian adalah Allah (Qāf/50: 43). | null | null |
450 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 157 | 70 | 8 | 4 | 1 | وَلَىِٕنْ قُتِلْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ | Wa la'in qutiltum fī sabīlillāhi au muttum lamagfiratum minallāhi wa raḥmatun khairum mimmā yajma‘ūn(a). | Sungguh, jika kamu gugur di jalan Allah atau mati,133) pastilah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) daripada apa (harta rampasan) yang mereka kumpulkan. | 133 | 133) Maksudnya adalah meninggal di jalan Allah Swt. bukan karena peperangan. | Setelah diberikan tuntunan secara umum, ayat ini memberikan penegasaan kepada orang-orang yang beriman, dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau mati dengan sebab apa pun, sungguh, pastilah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik bagimu daripada apa, yakni harta rampasan, yang mereka, orang-orang kafir kumpulkan. | Kemudian ayat itu menerangkan bahwa tidak ada hal yang perlu ditakuti oleh orang yang beriman apabila mereka berjihad di jalan Allah, kerena andaikata mereka gugur atau mati, niscaya mereka akan memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah. Itu adalah jauh lebih baik bagi mereka daripada harta rampasan perang atau kekayaan duniawi yang fana ini. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu telah diperlihatkan kepada orang-orang mukmin penderitaan seperti yang terjadi dalam Perang Uhud karena tidak sabar menghadapi godaan setan, sehingga sampai meninggalkan tempat-tempat yang penting untuk memperebutkan harta rampasan. Ayat ini memperingatkan kembali terhadap godaan-godaan setan yang telah membikin rusak kepercayaan dan keyakinan orang-orang yang beriman sehingga mereka menjadi kafir. | MENANAMKAN SEMANGAT BERJIHAD | Kosakata: Guzza غُزًّى (Āli ‘Imrān/3: 156)
Secara etimologis, guzza adalah bentuk jamak dari kata gāzi berarti “orang yang berperang”. Asal katanya al-gazwu artinya keluar untuk memerangi musuh. Dalam ayat 156 Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk tidak meniru perilaku orang-orang kafir. Misalnya, orang-orang beriman dilarang meniru ucapan mereka yang justru memojokkan orang-orang yang berperang di jalan Allah. Dalam benak orang-orang kafir itu perang tidak akan mendatangkan apa-apa, kecuali kematian. Sebab itu, menghindari perang menjadi jalan kehidupan dan menghindari kematian. Tentu, ini ucapan yang tidak dapat diterima, sehingga Allah melarang orang beriman untuk meniru apa yang mereka lakukan. Pergi berperang atau tidak, bukan penyebab kematian karena penentu kematian adalah Allah (Qāf/50: 43). | null | null |
451 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 158 | 71 | 8 | 4 | 1 | وَلَىِٕنْ مُّتُّمْ اَوْ قُتِلْتُمْ لَاِلَى اللّٰهِ تُحْشَرُوْنَ | Wa la'im muttum au qutiltum la'ilallāhi tuḥsyarūn(a). | Sungguh, jika kamu mati atau gugur, pastilah kepada Allah kamu dikumpulkan. | null | null | Dan sungguh, sekiranya kamu mati di rumah atau di mana pun, atau gugur dalam peperangan, pastilah kepada Allah kamu dikumpulkan untuk diberi balasan sesuai amal yang kamu kerjakan. | Semua orang akan mati atau gugur dengan sebab apa saja, baik karena meninggal di dalam peperangan dalam bepergian atau di tempatnya sendiri. Mereka pasti akan dikembalikan kepada Allah dan akan diperhitungkan segala amal perbuatannya di akhirat nanti. Kalau jahat dibalas dengan siksa neraka dan kalau baik dibalas dengan masuk surga.
Oleh karena itu orang mukmin hendaklah memilih dan menempuh jalan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah, agar memperoleh ampunan dan rahmat-Nya. Untuk itu, janganlah seorang Muslim merasa enggan berjihad di jalan Allah, untuk mendekatkan diri kepada-Nya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat yang lalu telah diperlihatkan kepada orang-orang mukmin penderitaan seperti yang terjadi dalam Perang Uhud karena tidak sabar menghadapi godaan setan, sehingga sampai meninggalkan tempat-tempat yang penting untuk memperebutkan harta rampasan. Ayat ini memperingatkan kembali terhadap godaan-godaan setan yang telah membikin rusak kepercayaan dan keyakinan orang-orang yang beriman sehingga mereka menjadi kafir. | MENANAMKAN SEMANGAT BERJIHAD | Kosakata: Guzza غُزًّى (Āli ‘Imrān/3: 156)
Secara etimologis, guzza adalah bentuk jamak dari kata gāzi berarti “orang yang berperang”. Asal katanya al-gazwu artinya keluar untuk memerangi musuh. Dalam ayat 156 Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk tidak meniru perilaku orang-orang kafir. Misalnya, orang-orang beriman dilarang meniru ucapan mereka yang justru memojokkan orang-orang yang berperang di jalan Allah. Dalam benak orang-orang kafir itu perang tidak akan mendatangkan apa-apa, kecuali kematian. Sebab itu, menghindari perang menjadi jalan kehidupan dan menghindari kematian. Tentu, ini ucapan yang tidak dapat diterima, sehingga Allah melarang orang beriman untuk meniru apa yang mereka lakukan. Pergi berperang atau tidak, bukan penyebab kematian karena penentu kematian adalah Allah (Qāf/50: 43). | null | 1. Allah menyuruh orang beriman agar mempunyai keberanian untuk berkorban dan berjihad di jalan Allah.
2. Orang-orang mukmin dilarang menganut kepercayaan seperti kepercayaan orang-orang kafir, yang mendasarkan segala kejadian hanya kepada sebab-sebab saja tanpa mengingat kekuasaan Allah, yang berhak menentukan segala bentuk kematian.
3. Di dalam berjihad di jalan Allah, orang mukmin tidak perlu takut, karena apabila mereka mati atau gugur dalam jihad, pasti akan memperoleh ampunan dan rahmat Allah. |
452 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 159 | 71 | 8 | 4 | 1 | فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ | Fabimā raḥmatim minallāhi linta lahum, wa lau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍū min ḥaulik(a), fa‘fu ‘anhum wastagfir lahum wa syāwirhum fil-amr(i), fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh(i), innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn(a). | Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. | null | null | Setelah memberi kaum mukmin tuntunan secara umum, Allah lalu memberi tuntunan secara khusus dengan menyebutkan karuniaNya kepada Nabi Muhammad. Maka berkat rahmat yang besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka yang melakukan pelanggaran dalam Perang Uhud. Sekiranya engkau bersikap keras, buruk perangai, dan berhati kasar, tidak toleran dan tidak peka terhadap kondisi dan situasi orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah, hapuslah kesalahan-kesalahan mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad untuk melaksanakan hasil musyawarah, maka bertawakallah kepada Allah, dan akuilah kelemahan dirimu di hadapan Allah setelah melakukan usaha secara maksimal. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. | Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum Muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.
Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum Muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum Muslimin selain Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang peristiwa Perang Uhud dan dampak yang ditimbulkannya. Pada ayat ini Allah memuji akhlak Nabi Muhammad yang tinggi dalam memimpin masyarakat Islam. | AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW | Kosakata: Linta لِنْتَ (Āli ‘Imrān/3: 159)
Secara etimologis, linta terambil dari akar kata al-lin yang berarti “lemah-lembut”, lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukan bagi benda-benda yang bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal-hal yang maknawi seperti akhlak. Linta berarti “kamu lemah-lembut”. Ayat 159 ini menjelaskan, hanyalah karena rahmat Allah, Rasulullah dapat memiliki sikap lemah-lembut dan tidak kasar terhadap para pengikutnya (para Sahabat) meskipun mereka melakukan kesalahan dalam Perang Uhud, dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit, hal ini menyebabkan kegagalan di pihak kaum Muslimin. Dengan sikap ini, orang-orang yang ada di sekelilingnya tidak akan menjauh dan akan semakin dekat dengannya. | null | null |
453 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 160 | 71 | 8 | 4 | 1 | اِنْ يَّنْصُرْكُمُ اللّٰهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۚ وَاِنْ يَّخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِهٖ ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ | Iy yanṣurkumullāhu falā gāliba lakum, wa iy yakhżulkum faman żal-lażī yanṣurukum mim ba‘dih(ī), wa ‘alallāhi falyatawakkalil-mu'minūn(a). | Jika Allah menolongmu, tidak ada yang (dapat) mengalahkanmu dan jika Dia membiarkanmu (tidak memberimu pertolongan), siapa yang (dapat) menolongmu setelah itu? Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. | null | null | Ayat sebelumnya diakhiri dengan perintah bertawakal kepada Allah, satu-satunya penentu keberhasilan dan kegagalan. Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada siapa pun dan apa pun yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu, tidak memberi pertolongan, maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Pasti tidak ada. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal, mengakui kelemahan diri di hadapan Allah setelah melakukan usaha secara maksimal. | Apabila Allah hendak menolong pasukan Muslimin, maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalanginya sebagaimana Allah menolong pasukan Muslimin pada Perang Badar karena mereka berserah diri kepada Allah. Demikian pula apabila Allah hendak menghina atau hendak menimpakan malapetaka kepada mereka maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalang-halanginya, apa yang terjadi dalam Perang Uhud akibat kurang patuh dan tidak disiplin terhadap komando Rasul. Oleh karena itu, setiap mukmin hendaklah bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum Muslimin selain Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang peristiwa Perang Uhud dan dampak yang ditimbulkannya. Pada ayat ini Allah memuji akhlak Nabi Muhammad yang tinggi dalam memimpin masyarakat Islam. | AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW | Kosakata: Linta لِنْتَ (Āli ‘Imrān/3: 159)
Secara etimologis, linta terambil dari akar kata al-lin yang berarti “lemah-lembut”, lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukan bagi benda-benda yang bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal-hal yang maknawi seperti akhlak. Linta berarti “kamu lemah-lembut”. Ayat 159 ini menjelaskan, hanyalah karena rahmat Allah, Rasulullah dapat memiliki sikap lemah-lembut dan tidak kasar terhadap para pengikutnya (para Sahabat) meskipun mereka melakukan kesalahan dalam Perang Uhud, dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit, hal ini menyebabkan kegagalan di pihak kaum Muslimin. Dengan sikap ini, orang-orang yang ada di sekelilingnya tidak akan menjauh dan akan semakin dekat dengannya. | null | 1. Allah memuji akhlak Nabi Muhammad saw, dan sifat-sifatnya yang selalu bersikap lemah lembut dan tidak bersikap keras terhadap para pengikutnya serta memaafkan dan memintakan ampun bagi mereka atas kesalahan-kesalahan mereka.
2. Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar bermusyawarah dalam segala urusan. Di dalam melaksanakan hasil-hasil musyawarah, agar bertawakal kepada Allah.
3. Apabila seseorang akan memperoleh pertolongan Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi. Begitu juga sebaliknya, siapa yang mendapat kemurkaan Allah tidak seorang pun yang dapat membelanya. |
454 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 161 | 71 | 8 | 4 | 1 | وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّغُلَّ ۗوَمَنْ يَّغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ | Wa mā kāna linabiyyin ay yagull(a), wa may yaglul ya'ti bimā galla yaumal-qiyāmah(ti), ṡumma tuwaffā kullu nafsim mā kasabat wa hum lā yuẓlamūn(a). | Tidak layak seorang nabi menyelewengkan (harta rampasan perang). Siapa yang menyelewengkan (-nya), niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang diselewengkannya itu. Kemudian, setiap orang akan diberi balasan secara sempurna sesuai apa yang mereka lakukan dan mereka tidak dizalimi. | null | null | Ketika pasukan pemanah dalam Perang Uhud melihat ganimah yang ditinggalkan oleh pasukan kafir, mereka bergegas turun dari bukit untuk mengambilnya. Sebagian mereka mengira dan khawatir Nabi Muhammmad tidak membagikan ganimah kepada mereka. Lalu Allah menegaskan bahwa tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang atau yang lainnya. Barang siapa berkhianat, dalam urusan apa pun, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa dosa apa yang dikhianatkannya itu, dia akan sangat tersiksa karenanya. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya ketika di dunia, dan mereka tidak dizalimi walau sedikit pun. | Dalam Perang Badar ada selembar selimut merah dari barang rampasan hilang sebelum dibagi-bagi. Sebagian dari orang munafik mengatakan bahwa selimut itu mungkin diambil oleh Rasulullah saw atau pasukan pemanah.
Tidak pantas dan tidak mungkin Rasulullah saw berbuat khianat mengambil barang ganīmah (rampasan dalam peperangan). Hal itu bertentangan dengan sifat-sifat kemaksuman Nabi (terpeliharanya dari perbuatan yang tercela), akhlaknya yang tinggi yang menjadi contoh utama. Barang siapa berbuat khianat serupa itu maka ia pada hari kiamat akan datang membawa barang hasil pengkhianatannya dan tidak akan disembunyikannya. Setiap orang akan menerima balasan atas amal perbuatannya baik atau buruk, dan dalam hal balasan itu ia tidak akan teraniaya. Seperti orang yang berbuat baik dikurangi pahalanya atau orang yang berbuat buruk ditambah siksaannya.
Yang dimaksud dengan gulul pada ayat 161 ialah mengambil secara sembunyi-sembunyi milik orang banyak. Jadi pengambilan itu sifatnya semacam mencuri. Seorang rasul sifatnya antara lain amanah, dapat dipercaya. Karena itu sangat tidak mungkin Rasulullah saw berbuat gulul bahkan dalam masalah gulul ini Rasulullah saw pernah bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَمِلَ لَنَا مِنْكُمْ عَمَلاً فَكَتَمَ مَخِيْطًا فَمَا فَوْقَهُ فَهُوَ غُلٌّ يَأْتِي بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ (رواه مسلم)
“Wahai sekalian manusia! Barang siapa di antaramu mengerjakan sesuatu untuk kita, kemudian ia menyembunyikan sehelai barang jahitan atau lebih dari itu, maka perbuatan itu gulul (korupsi) harus dipertanggungjawabkan nanti pada hari Kiamat.” (Riwayat Muslim).
Umar bin Khattab pernah meriwayatkan:
عَنْ عُمَرَ ابْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ اَقْبَلَ نَفَرٌ مِنْ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوْا: فُلاَنٌ شَهِيْدٌ وَفُلاَنٌ شَهِيْدٌ حَتَّى مَرُّوْا عَلَى رَجُلٍ فَقَالُوْا: فُلاَنٌ شَهِيْدٌ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَلاَّ اِنِّي رَأَيْتُهُ فِى النَّارِ فِي بُرْدَةٍ غَلَّهَا اَوْ عَبَاءَةٍ، ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَاابْنَ الْخَطَّابِ اِذْهَبْ فَنَادِ فِى النَّاسِ اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ الْمُؤْمِنُوْنَ. قَالَ فَخَرَجْتُ فَنَادَيْتُ اَلاَ اِنَّهُ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ اِلاَّ الْمُؤْمِنُوْنَ (رواه مسلم)
“Dari Umar bin al-Khattab berkata, “Setelah selesai perang Khaibar beberapa sahabat menghadap Rasulullah saw seraya mengatakan, Si A mati syahid, si B mati syahid sampai mereka menyebut si C mati syahid. Rasul menjawab, “Tidak, saya lihat si C ada di neraka, karena ia mencuri selimut atau sehelai baju.” Kemudian Rasul bersabda, ‘Hai Umar pergilah engkau lalu umumkan kepada orang banyak bahwa si C tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang mukmin. Umar berkata, lalu aku keluar, maka aku menyeru, ‘ ketahuilah bahwa si C tidak akan masuk surga kecuali orang-orang mukmin.” (Riwayat Muslim). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat-ayat yang terdahulu menerangkan pentingnya jihad fī sabīlillāh dan semua orang yang mati karena berjihad itu akan kembali kepada Allah dan akan diterima Allah dengan baik serta ditempatkan-Nya di tempat yang layak. Pada ayat ini dijelaskan lagi hukum-hukum jihad, di antaranya masalah pengkhianatan dan pencurian dalam pembagian harta rampasan karena ingin segera memperoleh jatah. | RASULULLAH TERPELIHARA DARI
SIFAT-SIFAT TERCELA | Kosakata: Yaglul يَغْلُلْ(Āli ‘Imrān/3: 161)
Arti kata dasarnya al-gall adalah “mengambil sesuatu dengan cara sembunyi-sembunyi.” Asalnya terambil dari kata agalla al-jāzir, ketika tukang daging menguliti binatang sembelihan, dia mencuri daging dari binatang tersebut dan menyembunyikannya di sela-sela kulit yang dilipatnya. Dari kata ini muncul ungkapan “al-gillu fi al-ṣudūr” artinya menyembunyikan kebenaran di hati. Penghianatan dengan cara mengambil harta rampasan perang disebut al-gulul. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Perang Uhud, ketika para sahabat melihat harta rampasan perang sebagian mereka mengambilnya, sebab ketika Perang Badar Rasulullah membolehkan mereka mengambil harta tersebut. Maksudnya untuk menggalakan para sahabat berjuang di medan perang. Sahabat yang mengambil harta rampasan perang, menyangka apa yang terjadi pada Perang Uhud berkenaan dengan rampasan perang sama dengan yang terjadi pada Perang Badar padahal hukumnya berbeda, karena ayat yang mengatur pembagian harta rampasan perang telah turun.
Ayat 161 ini menjelaskan bahwa Rasul tidak mungkin berkhianat menyembunyikan harta rampasan perang seperti apa yang mungkin dilakukan oleh sebagian sahabat, karena akhlak Rasulullah berbeda dengan akhlak sahabatnya. Ayat ini sekaligus merupakan peringatan keras bagi para pejuang yang ikut berperang untuk tidak berkhianat mengambil barang rampasan perang tanpa seizin Rasul, karena hal itu tidak diridai Allah. | null | null |
455 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 162 | 71 | 8 | 4 | 1 | اَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللّٰهِ كَمَنْۢ بَاۤءَ بِسَخَطٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ | Afamanittaba‘a riḍwānallāhi kamam bā'a bisakhaṭim minallāhi wa ma'wāhu jahannam(u), wa bi'sal-maṣīr(u), | Apakah orang yang mengikuti (jalan) rida Allah sama dengan orang yang kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah (neraka) Jahanam? Itulah seburuk-buruk tempat kembali. | null | null | Di akhirat tidak ada sedikit pun perbuatan aniaya. Semua akan mendapat balasan amal perbuatannya secara adil. Maka adakah orang yang mengikuti keridaan Allah, sungguh-sungguh menjalankan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya, sama dengan orang yang kembali dengan membawa kemurkaan besar dari Allah dan tempatnya di neraka Jahanam? Pasti tidak sama. Neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat kembali. | Orang yang mencari keridaan Allah dengan beribadah dan beramal saleh tidak sama dengan orang yang memperoleh murka Allah, karena berbuat maksiat, melanggar larangan-larangan-Nya dan meninggalkan kewajibannya. Orang yang memperoleh murka Allah itu tempatnya di neraka jahanam, dan itu adalah tempat kembali yang terjelek.
Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat yang dirangkaikan menyebut dua golongan yang berbeda yang memang sifat-sifat mereka berbeda dan berlawanan misalnya ayat:
۞ اَفَمَنْ يَّعْلَمُ اَنَّمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ اَعْمٰىۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِۙ ١٩ (الرّعد)
Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? ... (ar-Ra‘d/13:19).
اَفَمَنْ وَّعَدْنٰهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيْهِ كَمَنْ مَّتَّعْنٰهُ مَتَاعَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ ٦١ (القصص)
Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya, dengan orang yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup duniawi…(al-Qaṣaṣ/28:61).
Kedua golongan itu masing-masing mempunyai tingkatan, karena pada hari Kiamat nanti yang merupakan hari pembalasan, kedua golongan itu akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Orang yang banyak berbuat baik akan tinggi tingkatannya dan orang yang banyak kejahatannya akan berada di tingkat yang paling rendah. Tingkatan golongan manusia yang tertinggi biasa disebut ar-rāfi’ul a‘lā, yaitu tingkat yang dicapai oleh Nabi Muhammad saw, dan yang terendah disebut ad-darkul asfal. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia di sisi Allah apakah ia baik ataukah jelek, adalah bertingkat-tingkat kebaikan dan kejelekannya. Allah Maha Mengetahui akan tingkat-tingkat amal perbuatan mereka dan memberi balasan sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat-ayat yang terdahulu menerangkan pentingnya jihad fī sabīlillāh dan semua orang yang mati karena berjihad itu akan kembali kepada Allah dan akan diterima Allah dengan baik serta ditempatkan-Nya di tempat yang layak. Pada ayat ini dijelaskan lagi hukum-hukum jihad, di antaranya masalah pengkhianatan dan pencurian dalam pembagian harta rampasan karena ingin segera memperoleh jatah. | RASULULLAH TERPELIHARA DARI
SIFAT-SIFAT TERCELA | Kosakata: Yaglul يَغْلُلْ(Āli ‘Imrān/3: 161)
Arti kata dasarnya al-gall adalah “mengambil sesuatu dengan cara sembunyi-sembunyi.” Asalnya terambil dari kata agalla al-jāzir, ketika tukang daging menguliti binatang sembelihan, dia mencuri daging dari binatang tersebut dan menyembunyikannya di sela-sela kulit yang dilipatnya. Dari kata ini muncul ungkapan “al-gillu fi al-ṣudūr” artinya menyembunyikan kebenaran di hati. Penghianatan dengan cara mengambil harta rampasan perang disebut al-gulul. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Perang Uhud, ketika para sahabat melihat harta rampasan perang sebagian mereka mengambilnya, sebab ketika Perang Badar Rasulullah membolehkan mereka mengambil harta tersebut. Maksudnya untuk menggalakan para sahabat berjuang di medan perang. Sahabat yang mengambil harta rampasan perang, menyangka apa yang terjadi pada Perang Uhud berkenaan dengan rampasan perang sama dengan yang terjadi pada Perang Badar padahal hukumnya berbeda, karena ayat yang mengatur pembagian harta rampasan perang telah turun.
Ayat 161 ini menjelaskan bahwa Rasul tidak mungkin berkhianat menyembunyikan harta rampasan perang seperti apa yang mungkin dilakukan oleh sebagian sahabat, karena akhlak Rasulullah berbeda dengan akhlak sahabatnya. Ayat ini sekaligus merupakan peringatan keras bagi para pejuang yang ikut berperang untuk tidak berkhianat mengambil barang rampasan perang tanpa seizin Rasul, karena hal itu tidak diridai Allah. | null | null |
456 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 163 | 71 | 8 | 4 | 1 | هُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌ ۢبِمَا يَعْمَلُوْنَ | Hum darajātun ‘indallāh(i), wallāhu baṣīrum bimā ya‘malūn(a). | Mereka bertingkat-tingkat di sisi Allah. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. | null | null | Kedudukan mereka itu, yakni orang yang mengikuti keridaan Allah dan menghuni surga bertingkat-tingkat di sisi Allah, sesuai dengan tingkat ketakwaan mereka, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan, ucapkan, dan sembunyikan. | Segenap makhluk Allah yang tampak dibagi kepada 3 macam jenis, ialah jenis nabātāt (tumbuh-tumbuhan), jenis ḥayawānāt (binatang) dan jenis jamādāt (benda-benda mati).
Jenis nabātāt ialah jenis tumbuh-tumbuhan baik yang tumbuh pada tanah atau air maupun yang tumbuh di tempat-tempat lain, misalnya pada dahan atau batang-batang kayu. Jenis hayawānāt ialah jenis makhluk yang hidup bernyawa. Jenis jamādāt ialah selain dari jenis nabātāt dan hayawānāt. Makhluk jenis hayawānāt ada yang untuk kepentingan hidupnya dikaruniai akal dan pengertian, misalnya manusia dan ada yang tidak ialah jenis nabātāt. Manusia semestinya dengan mempergunakan akal pikiran dan pengertiannya dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang bermanfaat dan yang mudarat.
Kemudian ia dapat memilih mana yang baik untuk kemaslahatan dirinya. Tetapi karena manusia itu juga diberi hawa nafsu, bila ia tidak pandai-pandai mengendalikannya, akan lebih banyak mengajak kepada keburukan dan kejahatan. Oleh karena itu jika manusia dalam mengarungi bahtera hidup dan kehidupannya tanpa pimpinan dan tuntunan seorang rasul, maka akan mengalami kekacauan, kerusakan dan kehancuran.
Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah Nabi Adam. Artinya: setiap zaman fatrah (zaman vakum antara seorang rasul dengan rasul sesudahnya) manusia di bumi ini selalu mengalami kekacauan, keributan dan kehancuran, maka diutusnya seorang rasul adalah merupakan nikmat dan kebahagiaan bagi masyarakat manusia. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat-ayat yang terdahulu menerangkan pentingnya jihad fī sabīlillāh dan semua orang yang mati karena berjihad itu akan kembali kepada Allah dan akan diterima Allah dengan baik serta ditempatkan-Nya di tempat yang layak. Pada ayat ini dijelaskan lagi hukum-hukum jihad, di antaranya masalah pengkhianatan dan pencurian dalam pembagian harta rampasan karena ingin segera memperoleh jatah. | RASULULLAH TERPELIHARA DARI
SIFAT-SIFAT TERCELA | Kosakata: Yaglul يَغْلُلْ(Āli ‘Imrān/3: 161)
Arti kata dasarnya al-gall adalah “mengambil sesuatu dengan cara sembunyi-sembunyi.” Asalnya terambil dari kata agalla al-jāzir, ketika tukang daging menguliti binatang sembelihan, dia mencuri daging dari binatang tersebut dan menyembunyikannya di sela-sela kulit yang dilipatnya. Dari kata ini muncul ungkapan “al-gillu fi al-ṣudūr” artinya menyembunyikan kebenaran di hati. Penghianatan dengan cara mengambil harta rampasan perang disebut al-gulul. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Perang Uhud, ketika para sahabat melihat harta rampasan perang sebagian mereka mengambilnya, sebab ketika Perang Badar Rasulullah membolehkan mereka mengambil harta tersebut. Maksudnya untuk menggalakan para sahabat berjuang di medan perang. Sahabat yang mengambil harta rampasan perang, menyangka apa yang terjadi pada Perang Uhud berkenaan dengan rampasan perang sama dengan yang terjadi pada Perang Badar padahal hukumnya berbeda, karena ayat yang mengatur pembagian harta rampasan perang telah turun.
Ayat 161 ini menjelaskan bahwa Rasul tidak mungkin berkhianat menyembunyikan harta rampasan perang seperti apa yang mungkin dilakukan oleh sebagian sahabat, karena akhlak Rasulullah berbeda dengan akhlak sahabatnya. Ayat ini sekaligus merupakan peringatan keras bagi para pejuang yang ikut berperang untuk tidak berkhianat mengambil barang rampasan perang tanpa seizin Rasul, karena hal itu tidak diridai Allah. | null | null |
457 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 164 | 71 | 8 | 4 | 1 | لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ | Laqad mannallāhu ‘alal-mu'minīna iż ba‘aṡa fīhim rasūlam min anfusihim yatlū ‘alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa yu‘allimuhumul-kitāba wal-ḥikmah(ta), wa in kānū min qablu lafī ḍalālim mubīn(in). | Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata. | null | null | Usai menjelaskan anugerah-Nya berupa tingkatan penghuni surga, dalam ayat ini Allah menyebut anugerah-Nya kepada kaum mukmin di dunia. Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yakni dari jenis manusia dan dari bangsa Arab; dialah Nabi Muhammad yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, baik dalam bentuk wahyu yang diturunkan maupun yang terbentang di alam raya, menyucikan jiwa mereka dari berbagai penyakit hati, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Al-Qur’an dan hikmah, yakni sunah atau kemahiran melakukan hal yang bermanfaat dan menolak mudarat, meskipun sebelumnya, yakni sebelum pengutusan Nabi Muhammad, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata, yakni dalam kekafiran. | Allah benar-benar memberi keuntungan dan nikmat kepada semua orang mukmin umumnya dan kepada orang-orang yang beriman bersama-sama Rasulullah khususnya, karena Allah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, sehingga mereka mudah memahami tutur katanya dan dapat menyaksikan tingkah lakunya untuk diikuti dan dicontoh amal-amal perbuatannya. Nabi Muhammad langsung membacakan ayat-ayat kebesaran Allah menyucikan mereka dalam amal dan iktikad, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Adapun yang dimaksud al-Kitab adalah suatu kompendium semua pengetahuan yang diwahyukan (revealed knowledge), sedangkan al-Hikmah adalah mencakup semua pengetahuan perolehan (acquired knowledge). Jika dihubungkan dengan keberadaan kalam dan falsafah, maka kalam lebih berat ke al-Kitab sedangkan falsafah lebih berat ke al-Hikmah, meskipun kedua-duanya mengagungkan satu dengan lainnya dengan tingkat keserasian tertentu yang tinggi. Keduanya bertemu dalam kesamaan iman dan kedalaman rasa keagamaan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Ayat-ayat yang terdahulu menerangkan pentingnya jihad fī sabīlillāh dan semua orang yang mati karena berjihad itu akan kembali kepada Allah dan akan diterima Allah dengan baik serta ditempatkan-Nya di tempat yang layak. Pada ayat ini dijelaskan lagi hukum-hukum jihad, di antaranya masalah pengkhianatan dan pencurian dalam pembagian harta rampasan karena ingin segera memperoleh jatah. | RASULULLAH TERPELIHARA DARI
SIFAT-SIFAT TERCELA | Kosakata: Yaglul يَغْلُلْ(Āli ‘Imrān/3: 161)
Arti kata dasarnya al-gall adalah “mengambil sesuatu dengan cara sembunyi-sembunyi.” Asalnya terambil dari kata agalla al-jāzir, ketika tukang daging menguliti binatang sembelihan, dia mencuri daging dari binatang tersebut dan menyembunyikannya di sela-sela kulit yang dilipatnya. Dari kata ini muncul ungkapan “al-gillu fi al-ṣudūr” artinya menyembunyikan kebenaran di hati. Penghianatan dengan cara mengambil harta rampasan perang disebut al-gulul. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Perang Uhud, ketika para sahabat melihat harta rampasan perang sebagian mereka mengambilnya, sebab ketika Perang Badar Rasulullah membolehkan mereka mengambil harta tersebut. Maksudnya untuk menggalakan para sahabat berjuang di medan perang. Sahabat yang mengambil harta rampasan perang, menyangka apa yang terjadi pada Perang Uhud berkenaan dengan rampasan perang sama dengan yang terjadi pada Perang Badar padahal hukumnya berbeda, karena ayat yang mengatur pembagian harta rampasan perang telah turun.
Ayat 161 ini menjelaskan bahwa Rasul tidak mungkin berkhianat menyembunyikan harta rampasan perang seperti apa yang mungkin dilakukan oleh sebagian sahabat, karena akhlak Rasulullah berbeda dengan akhlak sahabatnya. Ayat ini sekaligus merupakan peringatan keras bagi para pejuang yang ikut berperang untuk tidak berkhianat mengambil barang rampasan perang tanpa seizin Rasul, karena hal itu tidak diridai Allah. | null | 1. Seorang Nabi mempunyai sifat benar, jujur dan terpelihara dari berbuat kesalahan. Mustahil ia berkhianat terhadap barang-barang rampasan perang.
2. Orang yang berkhianat terhadap milik orang banyak betapapun kecil dan rendah harganya, kelak pada hari kiamat pasti akan mempertang-gungjawabkan perbuatannya itu.
3. Orang yang diridai Allah tidak sama dengan orang yang dimurkai-Nya. Mereka menurut pandangan Allah, apakah baik atau jelek adalah bertingkat-tingkat yakni tingkat tinggi, menengah, dan rendah, sesuai dengan kebaikan dan kejelekannya.
4. Kedatangan Rasul saw adalah untuk membimbing manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini adalah suatu karunia dari Allah yang sangat besar.
|
458 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 165 | 71 | 8 | 4 | 1 | اَوَلَمَّآ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَدْ اَصَبْتُمْ مِّثْلَيْهَاۙ قُلْتُمْ اَنّٰى هٰذَا ۗ قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اَنْفُسِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ | Awa lammā aṣābatkum muṣībatun qad aṣabtum miṡlaihā, qultum annā hāżā, qul huwa min ‘indi anfusikum, innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un). | Apakah ketika kamu ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah memperoleh (kenikmatan) dua kali lipatnya (pada Perang Badar), kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. | null | null | Setelah dijelaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad adalah karunia Allah yang sangat besar bagi umat manusia, lalu dijelaskan tentang adanya kemenangan dan kekalahan dalam peperangan sesuai dengan ketaatan terhadap hukum kemasyarakatan. Dan mengapa kamu heran ketika ditimpa musibah kegagalan pada Perang Uhud dengan gugurnya 70 orang dari pasukan mukmin, padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar, kini kamu berkata, “Dari mana datangnya kekalahan ini?” Katakanlah, “Itu dari kesalahan dirimu sendiri karena kamu meninggalkan tuntunan Rasulullah agar pasukan pemanah tidak meninggalkan tempat hingga peperangan selesai.” Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. | Ayat ini masih ada hubungannya dengan ayat tentang kisah Perang Uhud. Pada waktu Perang Uhud 70 dari pasukan Muslimin gugur sebagai syuhada. Di antara mereka ada yang berkata dari manakah dan sebab apakah kita mengalami musibah sedemikian besar? Sedangkan pasukan Muslimin pada Perang Badar telah memperoleh kemenangan besar dengan menjadikan musuh lari kocar-kacir dan dapat menewaskan 70 orang musuh dan menawan 70 orang lagi.
Terhadap pertanyaan itu Rasulullah dapat perintah untuk menjawab bahwa malapetaka itu adalah karena kesalahan mereka sendiri. Pasukan pemanah oleh Rasulullah diperintahkan bertahan di atas bukit dan tidak boleh meninggalkannya sebelum ada perintah dari beliau. Tetapi mereka telah melanggar perintah itu dan turun meninggalkan bukit untuk ikut mengambil barang ganimah. Dari atas bukit yang ditinggalkan pasukan pemanah itulah musuh menyerbu tentara Islam, sehingga akhirnya mereka mengalami kekalahan. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah ayat yang lalu menceritakan sebagian sifat orang-orang munafik, mereka menuduh Nabi Muhammad saw curang dalam membagi harta rampasan, ayat ini menerangkan bahwa mereka melontarkan lagi tuduhan-tuduhan kepada orang-orang mukmin yang turut berperang bersama Rasulullah saw.
Sabab Nuzul
Umar bin Khaṭṭab dalam menerangkan sebab turun ayat ini berkata, “Pasukan Muslim mendapat malapetaka dalam Perang Uhud setelah kemenangan mereka dalam Perang Badar. Mereka banyak menderita kerugian, di antaranya 70 orang mati syahid, sahabat-sahabat Nabi ada yang lari, geraham Nabi pecah, topi baja yang ada di kepala Nabi hancur dan mengalir darah dari kepala Nabi ke dahinya, lalu turunlah ayat ini. | BEBERAPA SIFAT ORANG-ORANG MUNAFIK | Kosakata: Muṣībah مُصِيْبَةٌ (Āli ‘Imrān/3:165)
Secara etimologis, muṣībah berarti “sesuatu yang menimpa” atau “yang mengenai”. Akar katanya adalah ṣ-w-b (ص- و- ب) artinya “sesuatu yang benar, tepat, memperoleh apa yang diminta”. Ungkapan musibah digunakan untuk sesuatu yang tidak diinginkan yang menimpa seseorang. Melalui ayat 165 Allah menyatakan bahwa bencana yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud merupakan musibah (ujian atau cobaan). Musibah ini datang dari dalam diri kaum muslim sendiri akibat ketidakpatuhan mereka pada perintah pemimpin mereka untuk tidak meninggalkan posisi yang sudah ditentukan bagi mereka sebelum perang berakhir. | null | null |
459 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 166 | 72 | 8 | 4 | 1 | وَمَآ اَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِ فَبِاِذْنِ اللّٰهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِيْنَۙ | Wa mā aṣābakum yaumal-taqal-jam‘āni fa bi'iżnillāhi wa liya‘lamal-mu'minīn(a). | Apa yang menimpa kamu pada hari ketika dua pasukan bertemu terjadi atas izin Allah dan agar Dia mengetahui siapa orang (yang benar-benar) beriman | null | null | Selain kelalaian yang membuat umat Islam terpukul mundur pada Perang Uhud, masih ada faktor lain yang menyebabkannya. Dan apa yang menimpa kamu berupa kekalahan ketika terjadi pertemuan antara dua pasukan yaitu kaum muslim dengan kaum musyrik pada Perang Uhud, semua itu adalah dengan izin atau takdir Allah, sebagai ujian bagi umat Islam dan agar Allah menguji siapa orang yang benar-benar beriman dan tulus dalam berjuang di jalan Allah, dan siapa di antara mereka yang tidak tulus dalam berjuang. | Kemenangan yang diperoleh tentara Islam dalam Perang Badar, karena izin dan pertolongan Allah. Kekalahan itu pada lahirnya merupakan nasib buruk, dan sebaliknya kemenangan merupakan nasib baik bagi para syuhada serta pelajaran bagi Muslimin. Allah berfirman:
مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا ٧٩ (النساۤء)
Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. …. (an-Nisā’/4:79).
Adanya kemenangan dan kekalahan itu dalam permulaan peperangan baik bagi pasukan Muslimin maupun yang lain adalah suatu hal yang lumrah, tetapi pada akhirnya pasukan Muslimin yang akan menang. Yang demikian itu dimaksudkan antara lain, untuk menguji keteguhan iman dan ketabahan masing-masing agar orang-orang mukmin lebih tebal keimanannya sehingga dapat dibedakan dari umat yang lain. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah ayat yang lalu menceritakan sebagian sifat orang-orang munafik, mereka menuduh Nabi Muhammad saw curang dalam membagi harta rampasan, ayat ini menerangkan bahwa mereka melontarkan lagi tuduhan-tuduhan kepada orang-orang mukmin yang turut berperang bersama Rasulullah saw.
Sabab Nuzul
Umar bin Khaṭṭab dalam menerangkan sebab turun ayat ini berkata, “Pasukan Muslim mendapat malapetaka dalam Perang Uhud setelah kemenangan mereka dalam Perang Badar. Mereka banyak menderita kerugian, di antaranya 70 orang mati syahid, sahabat-sahabat Nabi ada yang lari, geraham Nabi pecah, topi baja yang ada di kepala Nabi hancur dan mengalir darah dari kepala Nabi ke dahinya, lalu turunlah ayat ini. | BEBERAPA SIFAT ORANG-ORANG MUNAFIK | Kosakata: Muṣībah مُصِيْبَةٌ (Āli ‘Imrān/3:165)
Secara etimologis, muṣībah berarti “sesuatu yang menimpa” atau “yang mengenai”. Akar katanya adalah ṣ-w-b (ص- و- ب) artinya “sesuatu yang benar, tepat, memperoleh apa yang diminta”. Ungkapan musibah digunakan untuk sesuatu yang tidak diinginkan yang menimpa seseorang. Melalui ayat 165 Allah menyatakan bahwa bencana yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud merupakan musibah (ujian atau cobaan). Musibah ini datang dari dalam diri kaum muslim sendiri akibat ketidakpatuhan mereka pada perintah pemimpin mereka untuk tidak meninggalkan posisi yang sudah ditentukan bagi mereka sebelum perang berakhir. | null | null |
460 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 167 | 72 | 8 | 4 | 1 | وَلِيَعْلَمَ الَّذِيْنَ نَافَقُوْا ۖوَقِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَوِ ادْفَعُوْا ۗ قَالُوْا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا لَّاتَّبَعْنٰكُمْ ۗ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَىِٕذٍ اَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْاِيْمَانِ ۚ يَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُوْنَۚ | Wa liya‘lamal-lażīna nāfaqū, wa qīla lahum ta‘ālau qātilū fī sabīlillāhi awidfa‘ū, qālū lau na‘lamu qitālal lattaba‘nākum, hum lil-kufri yauma'iżin aqrabu minhum lil-īmān(i), yaqūlūna bi'afwāhihim mā laisa fī qulūbihim, walllāhu a‘lamu bimā yaktumūn(a). | dan mengetahui orang-orang yang munafik. Dikatakan kepada mereka, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).” Mereka menjawab, “Seandainya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikutimu.” Mereka pada hari itu lebih dekat pada kekufuran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya. Allah lebih mengetahui segala sesuatu yang mereka sembunyikan. | null | null | Dan panggilan untuk berjuang itu selain untuk menguji keimanan umat Islam, juga untuk menguji orang-orang yang munafik sehingga dapat diketahui kemunafikannya dengan nyata. Kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah dirimu, keluargamu, dan harta kekayaanmu serta negerimu.” Mereka berkata dengan nada mengejek Nabi dan orang-orang mukmin yang ikut berjuang, “Sekiranya kami mengetahui bagaimana cara berperang menghadapi musuh yang cukup banyak dengan pasukan yang banyak pula, sehingga dengan jumlah itu kita dapat mengalahkan mereka, tentulah kami mengikuti kamu. Tetapi jika jumlah kita lebih sedikit, itu berarti kita membinasakan diri sendiri, karena itu sebaiknya kita mundur. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan karena tujuan mereka berperang semata-mata hanya ingin mendapatkan ganimah, bukan untuk mengharap imbalan dari Allah. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka secara rinci dan detail tentang kemunafikan mereka. | Demikian juga agar orang-orang munafik dapat diketahui kemunafikannya dengan nyata. Pada waktu Perang Uhud jumlah tentara Islam 1.000 orang kemudian ditengah jalan 300 orang yang tergolong munafikin di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay telah kembali ke Medinah. Maka Perang Uhud merupakan pemisah antara tentara yang benar-benar beriman dan yang setengah-setengah imannya, yakni golongan munafik.
Kaum munafikin pada waktu diajak berperang fī sabīlillāh menegakkan agama Allah, mempertahankan hak dan keadilan dan menolak kebatilan dan kemungkaran guna mencari rida Allah atau berperang untuk menjaga diri dan mempertahankan tanah tumpah darahnya, mereka menjawab, “Jika kami mengetahui bahwa kita dapat dan mampu berperang pasti kami mengikuti kaum Muslimin.” Tetapi mereka menilai bahwa kaum Muslimin berperang pada waktu itu semata-mata menjerumuskan diri dalam kebinasaan. Sebenarnya mereka lebih cenderung kepada kekafiran daripada keimanan dan apa yang mereka katakan bukan sebenarnya apa yang ada dalam hati mereka. Allah mengetahui kemunafikan yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah ayat yang lalu menceritakan sebagian sifat orang-orang munafik, mereka menuduh Nabi Muhammad saw curang dalam membagi harta rampasan, ayat ini menerangkan bahwa mereka melontarkan lagi tuduhan-tuduhan kepada orang-orang mukmin yang turut berperang bersama Rasulullah saw.
Sabab Nuzul
Umar bin Khaṭṭab dalam menerangkan sebab turun ayat ini berkata, “Pasukan Muslim mendapat malapetaka dalam Perang Uhud setelah kemenangan mereka dalam Perang Badar. Mereka banyak menderita kerugian, di antaranya 70 orang mati syahid, sahabat-sahabat Nabi ada yang lari, geraham Nabi pecah, topi baja yang ada di kepala Nabi hancur dan mengalir darah dari kepala Nabi ke dahinya, lalu turunlah ayat ini. | BEBERAPA SIFAT ORANG-ORANG MUNAFIK | Kosakata: Muṣībah مُصِيْبَةٌ (Āli ‘Imrān/3:165)
Secara etimologis, muṣībah berarti “sesuatu yang menimpa” atau “yang mengenai”. Akar katanya adalah ṣ-w-b (ص- و- ب) artinya “sesuatu yang benar, tepat, memperoleh apa yang diminta”. Ungkapan musibah digunakan untuk sesuatu yang tidak diinginkan yang menimpa seseorang. Melalui ayat 165 Allah menyatakan bahwa bencana yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud merupakan musibah (ujian atau cobaan). Musibah ini datang dari dalam diri kaum muslim sendiri akibat ketidakpatuhan mereka pada perintah pemimpin mereka untuk tidak meninggalkan posisi yang sudah ditentukan bagi mereka sebelum perang berakhir. | null | null |
461 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 168 | 72 | 8 | 4 | 1 | اَلَّذِيْنَ قَالُوْا لِاِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوْا لَوْ اَطَاعُوْنَا مَا قُتِلُوْا ۗ قُلْ فَادْرَءُوْا عَنْ اَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ | Al-lażīna qālū li'ikhwānihim wa qa‘adū lau aṭā‘ūnā mā qutilū, qul fadra'ū ‘an anfusikumul-mauta in kuntum ṣādiqīn(a). | (Mereka itu adalah) orang-orang yang berbicara tentang saudara-saudaranya (yang ikut berperang dan terbunuh), sedangkan mereka sendiri tidak turut berperang, “Seandainya mereka mengikuti kami, tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah, “Cegahlah kematian itu dari dirimu jika kamu orang-orang benar.” | null | null | Bukan hanya iman yang tidak berbekas dalam hati, solidaritas pun lenyap dari hati kaum munafik itu. Mereka itu adalah orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dari kaum muslim maupun golongan munafik lainnya, dan mereka tidak turut pergi berperang, “Sekiranya mereka mengikuti kita dan mendengarkan saran kita untuk tidak berperang, tentulah mereka tidak terbunuh dalam pertempuran itu.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang menganggap mampu menampik kematian, “Cegahlah kematian itu dari diri kamu sehingga dia tidak datang menjemput kalian, jika kamu orang yang benar sanggup menolak datangnya kematian atau menunda kematian seseorang.” Ketika orang-orang munafik tidak mampu menolak dan menunda datangnya kematian, Allah menegaskan tentang posisi kaum muslim yang gugur dalam peperangan sebagai syuhada. | Orang-orang munafik itu tidak ikut berperang dan berkata kepada teman-temannya yang telah terbunuh dalam Perang Uhud, “Sekiranya mereka mengikuti kami tinggal di Medinah saja tanpa ikut berperang, niscaya mereka tidak akan mati terbunuh.”
Katakanlah kepada mereka ya Muhammad, “Tolaklah kematian dirimu jika kamu benar.” Sebenarnya mereka tidak akan dapat menolak kematian meskipun mereka tinggal saja di rumah atau berlindung dalam suatu benteng yang kokoh. Pada waktunya orang pasti akan mati. Adapun sebab-sebab kematian mungkin berbeda-beda. Allah berfirman:
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ
Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh… (an-Nisā’/4:78). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah ayat yang lalu menceritakan sebagian sifat orang-orang munafik, mereka menuduh Nabi Muhammad saw curang dalam membagi harta rampasan, ayat ini menerangkan bahwa mereka melontarkan lagi tuduhan-tuduhan kepada orang-orang mukmin yang turut berperang bersama Rasulullah saw.
Sabab Nuzul
Umar bin Khaṭṭab dalam menerangkan sebab turun ayat ini berkata, “Pasukan Muslim mendapat malapetaka dalam Perang Uhud setelah kemenangan mereka dalam Perang Badar. Mereka banyak menderita kerugian, di antaranya 70 orang mati syahid, sahabat-sahabat Nabi ada yang lari, geraham Nabi pecah, topi baja yang ada di kepala Nabi hancur dan mengalir darah dari kepala Nabi ke dahinya, lalu turunlah ayat ini. | BEBERAPA SIFAT ORANG-ORANG MUNAFIK | Kosakata: Muṣībah مُصِيْبَةٌ (Āli ‘Imrān/3:165)
Secara etimologis, muṣībah berarti “sesuatu yang menimpa” atau “yang mengenai”. Akar katanya adalah ṣ-w-b (ص- و- ب) artinya “sesuatu yang benar, tepat, memperoleh apa yang diminta”. Ungkapan musibah digunakan untuk sesuatu yang tidak diinginkan yang menimpa seseorang. Melalui ayat 165 Allah menyatakan bahwa bencana yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud merupakan musibah (ujian atau cobaan). Musibah ini datang dari dalam diri kaum muslim sendiri akibat ketidakpatuhan mereka pada perintah pemimpin mereka untuk tidak meninggalkan posisi yang sudah ditentukan bagi mereka sebelum perang berakhir. | null | 1. Sesuatu yang wajar bahwa dalam berperang kadang-kadang mendapat kemenangan dan kadang-kadang mengalami kekalahan. Jadi tidak mustahil jika dalam suatu peperangan tentara Islam pernah mengalami kekalahan.
2. Orang-orang mukmin dalam peperangan, karena mencari dan mengharap keridaan Allah tidak khawatir bila mengalamai kekalahan, sebab meskipun kalah, mereka akan mendapat pahala dan syahid. Karena itu pada zaman Rasulullah saw para sahabat merasa sedih dan menangis bila tidak diajak pergi berperang. |
462 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 169 | 72 | 8 | 4 | 1 | وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ | Wa lā taḥsabannal-lażīna qutilū fī sabīlillāhi amwātā(n), bal aḥyā'un 'inda rabbihim yurzaqūn(a). | Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.134) | 134 | 134) Maksudnya adalah hidup di alam yang lain, bukan di alam dunia. Mereka mendapatkan berbagai kenikmatan di sisi Allah Swt. Hanya Allahlah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup di alam lain itu. | Dan jangan sekali-kali kamu sekalian mengira bahwa orang-orang yang gugur sebagai syuhada di jalan Allah itu mati dalam arti tidak dapat bergerak kesana kemari dan tidak tahu keadaan orang yang ditinggalkan. Tetapi sebenarnya mereka itu hidup dengan kehidupan lain di sisi Tuhannya di alam barzakh, bahkan dapat bergerak dan mengetahui keadaan orang yang ditinggalkan. Mereka mendapat rezeki berupa kehidupan istimewa yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya dan kedudukan mulia dari sisi Allah. | Orang-orang yang telah terbunuh sebagai syuhada dalam perang fī sabīlillāh, janganlah dikira mereka mati, sebagaimana anggapan orang- orang munafik, tetapi mereka masih hidup di sisi Allah, mendapat rezeki dan nikmat yang berlimpah.
Bagaimana keadaan hidup mereka seterusnya, hanyalah Allah yang mengetahui. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Nabi saw bersabda
اَلشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ اِلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَ عَشِيًّا (رواه الحاكم واحمد والطبراني عن ابن عبّاس)
Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau. Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore. (Riwayat al-Ḥākim, Aḥmad dan aṭ-Ṭabrānī dari Ibnu ‘Abbās).
Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw:
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم)
“Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid..” (Riwayat Muslim) | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | Orang-orang yang telah terbunuh sebagai syuhada dalam perang fī sabīlillāh, janganlah dikira mereka mati, sebagaimana anggapan orang- orang munafik, tetapi mereka masih hidup di sisi Allah, mendapat rezeki dan nikmat yang berlimpah.
Bagaimana keadaan hidup mereka seterusnya, hanyalah Allah yang mengetahui. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Nabi saw bersabda
اَلشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ اِلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَ عَشِيًّا (رواه الحاكم واحمد والطبراني عن ابن عبّاس)
Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau. Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore. (Riwayat al-Ḥākim, Aḥmad dan aṭ-Ṭabrānī dari Ibnu ‘Abbās).
Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw:
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم)
“Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid..” (Riwayat Muslim) | null |
463 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 170 | 72 | 8 | 4 | 1 | فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ ۙ اَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ | Fariḥīna bimā ātāhumullāhu min faḍlih(ī), wa yastabsyirūna bil-lażīna lam yalḥaqū bihim min khalfihim, allā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a). | Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka,135) yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. | 135 | 135) Maksudnya adalah teman-temannya yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah. | Mereka yang gugur sebagai syuhada bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya berupa kenikmatan surga, dan mereka bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang melanjutkan perjuangan, yang belum menyusul mereka sebagai syuhada. Mereka pun berharap agar kaum muslim yang masih hidup juga memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah. Diberitakan bahwa tidak ada kekhawatiran pada mereka sedikit pun tentang huru-hara hari kiamat dan mereka tidak bersedih hati akibat dosa-dosa yang dahulu pernah mereka khawatirkan, sebab Allah telah mengampuni kesalahan mereka. | Para syuhada Perang Uhud setelah menikmati karunia Tuhan, mereka berkata, “Mudah-mudahan teman-teman kami mengetahui kenikmatan ini.” Kemudian dijawab oleh Allah, “Akulah yang menyampaikan hal ini kepada mereka.” Para syuhada itu bergembira atas nikmat dan kemurahan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Dan mereka berharap terhadap kawan-kawan mereka seperjuangan yang tidak gugur dalam perang fī sabīlillāh sekiranya mereka dapat pula memperoleh kemurahan dan nikmat Allah yang serupa dengan apa yang mereka peroleh. Bagi mereka ini tidak ada kekhawatiran dan kesusahan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | null | null |
464 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 171 | 72 | 8 | 4 | 1 | ۞ يَسْتَبْشِرُوْنَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍۗ وَاَنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ | Yastabsyirūna bini‘matim minallāhi wa faḍl(in), wa annallāha lā yuḍī‘u ajral-mu'minīn(a). | Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah dan bahwa sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang mukmin, | null | null | Bahkan mereka, para syuhada, bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah berupa kebahagiaan hakiki, ketenangan jiwa, kehidupan yang menyenangkan dan abadi. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman, karena Allah tidak menggugurkan atau mengurangi amal perbuatan seseorang, selama dia benar-benar beriman dan ikhlas dalam beramal. | Orang mukmin dan mujahidin bergembira atas nikmat dari Allah sebagai pahala amal mereka dan atas tambahan karunia yang lain. Sungguh Allah tidak akan mengurangi pahala yang telah ditentukan bagi para mukmin dan mujahidin. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | null | null |
465 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 172 | 72 | 8 | 4 | 1 | اَلَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِ مِنْۢ بَعْدِ مَآ اَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۖ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا اَجْرٌ عَظِيْمٌۚ | Al-lażīnastajābū lillāhi war-rasūli mim ba‘di mā aṣābahumul-qarḥ(u), lil-lażīna aḥsanū minhum wattaqau ajrun ‘aẓīm(un). | (yaitu) orang-orang yang memenuhi (seruan) Allah dan Rasul setelah mereka menderita luka-luka (dalam Perang Uhud). Orang-orang yang berbuat kebaikan dan bertakwa di antara mereka akan mendapat pahala yang sangat besar, | null | null | Orang-orang yang betul-betul disebut pejuang yaitu orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul dengan sepenuh hati, bahkan setelah mereka mendapat luka dalam Perang Uhud berupa bencana dan musibah kekalahan, mereka tetap teguh pendirian dan tidak surut dalam melaksanakan perintah Allah. Orang-orang yang berbuat kebajikan dengan selalu memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya dan bertakwa di antara mereka mendapat pahala yang besar berupa kenikmatan dan kebahagiaan abadi, dan diangkat derajatnya di sisi Allah. | Orang mukmin memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya untuk tetap berada di jalan Allah meskipun mereka telah mendapat luka. Mereka yang berbuat baik dan takwa akan memperoleh pahala yang besar. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | null | null |
466 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 173 | 72 | 8 | 4 | 1 | اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ | Al-lażīna qāla lahumun-nāsu innan-nāsa qad jama‘ū lakum fakhsyauhum fa zādahum īmānā(n), wa qālū ḥasbunallāhu wa ni‘mal-wakīl(u). | (yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” | null | null | Orang-orang yang mendapat pahala besar adalah orang-orang yang menaati Allah dan Rasul. Mereka memenuhi perintah Allah untuk berjuang yang ketika ada sekelompok orang-orang munafik yang loyal kepada kaum musyrikin mengatakan kepadanya dengan nada mengejek dan meniupkan rasa ketakutan terhadap orang-orang mukmin,”Orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu dengan jumlah pasukan yang lebih besar dan persiapan lebih matang, karena itu takutlah kepada mereka.” Ternyata ucapan mereka itu tidak membuat orang-orang mukmin gentar dan takut, justru menambah kuat iman mereka dan mereka menjawab dengan teguh dan mantap, “Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dalam melawan setiap musuh dan Dia sebaik-baik pelindung yang selalu melindungi dari setiap penyerang, dan membela dari setiap penyerbu, karena kami adalah tentara Allah.” | Turunnya ayat ini berhubungan dengan Abu Sufyan panglima perang kaum musyrikin Mekah dan tentaranya, yang sudah kembali dari Perang Uhud. Mereka setelah sampai di suatu tempat bernama Ruha, mereka menyesal dan bermaksud akan kembali lagi untuk melanjutkan perang. Berita ini sampai kepada Rasulullah, maka beliau memanggil kembali pasukan Muslimin untuk menghadapi Abu Sufyan dan tentaranya. Kata Rasulullah saw, “Jangan ada yang ikut perang hari ini kecuali mereka yang telah ikut kemarin, sedang tentara Islam pada waktu itu telah banyak yang luka-luka. Tapi akhirnya Allah swt menurunkan rasa takut pada hati kaum musyrikin dan selanjutnya mereka pulang kembali.
Para mujahidin ditakut-takuti oleh sebagian musuh (munafik), dengan menyatakan bahwa musuh telah menghimpun kekuatan baru guna menghadapi mereka. Tetapi para mujahidin tidak merasa gentar karena berita itu, bahkan bertambah imannya dan bertambah tinggi semangatnya untuk menghadapi musuh Allah itu dengan ucapan, “Allah tetap akan melindungi kami dan kepada Allah kami bertawakal.” | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | null | null |
467 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 174 | 73 | 8 | 4 | 1 | فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ | Fanqalabū bi ni‘matim minallāhi wa faḍlil lam yamsashum sū'(un), wattaba‘ū riḍwānallāh(i), wallahu żū faḍlin ‘aẓīm(in). | Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti (jalan) rida Allah. Allah mempunyai karunia yang besar. | null | null | Maka dengan bekal keimanan dan tekad yang kuat itu akhirnya mereka kembali pulang dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah berupa pahala kebaikan, kesejahteraan, dan kemuliaan, mereka tidak ditimpa suatu bencana atau suatu hal yang tidak mereka sukai, dan tidak berjumpa dengan seorang musuh dan mereka mengikuti keridaan Allah dengan mengikuti perintah-Nya. Allah mempunyai karunia yang besar yang diperuntukkan bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah, baik di dunia berupa kemenangan, maupun di akhirat kelak berupa kebahagiaan abadi. | Dengan keimanan dan tekad yang kuat itu akhirnya mereka dapat ke Medinah. Abu Sufyan dan tentaranya tidak jadi melakukan serangan terhadap mereka. Mereka sama sekali tidak mengalami panderitaan dan mereka tetap dalam keridaan Allah. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | null | null |
468 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 175 | 73 | 8 | 4 | 1 | اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ | Innamā żālikumusy-syaiṭānu yukhawwifu auliyā'ah(ū), falā takhāfūhum wa khāfūni in kuntum mu'minīn(a). | Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya.136) Oleh karena itu, janganlah takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang mukmin. | 136 | 136) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān (3): 28. | Ketahuilah, wahai kaum mukmin, sesungguhnya mereka hanyalah setan yang berusaha untuk menakut-nakuti kamu dengan teman-teman setianya menebarkan rasa takut dalam hati orang-orang beriman, karena itu janganlah kalian takut kepada mereka dan terpengaruh oleh ucapan mereka, tetapi takutlah kepada-Ku Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa, yang memiliki kekuatan tak terkalahkan, jika kamu orang-orang beriman dan yakin akan pertolongan-Ku. | Musuh-musuh yang munafik yang berusaha menakut-nakuti orang-orang mukmin merupakan setan yang mengajak teman-temannya agar jangan ikut berperang dan menakut-nakuti Muslimin dengan menyatakan bahwa jumlah musuh amat banyak dan mempunyai senjata lengkap. Allah memperingatkan agar para mujahidin itu jangan terpengaruh dan jangan ikut mereka, tetapi takutlah kepada Allah dan bersiaplah untuk berperang bersama Rasulullah saw jika kamu sekalian benar-benar beriman. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat lalu diterangkan kesombongan orang munafik dan kuatnya hasutan mereka kepada kawan-kawannya untuk tidak ikut berperang dan kekhawatiran mereka terhadap para syuhada dalam Perang Uhud, maka pada ayat ini diterangkan bagaimana kegembiraan dan kebahagiaan para mujahidin dan para syuhada fī sabīlillāh ketika mendengar berita tentang para sahabat lainnya yang akan masuk surga bersama mereka dan atas semua kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. | PAHALA ORANG YANG MATI SYAHID | Kosakata: Yastabsyirūn يَسْتَبْشِرُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 170)
Kata yastabsyirūn berasal dari kata kerja basyara-yabsyiru atau basyira-yabsyaru, yang artinya “senang” atau “menjadi gembira”. Dengan demikian yastabsyirūn maknanya adalah “mereka bergembira”. Pada mulanya akar kata dari kalimat ini (b-sy-r/ ب- ش- ر) yang artinya “munculnya sesuatu dengan baik dan mudah”. Kata yang berasal dari akar kata yang sama adalah al-basyrah artinya “kulit manusia”, sedangkan manusia disebut al-basyar. Al-bisyra artinya gembira atau bahagia, karena kegembiraan ini memancar pada kulit dan bersinar di wajah orang yang gembira sehingga kegembiraan disebut al-bisyarah, karena membuat wajah orang yang mendapat berita gembira, cerah berseri-seri dan menarik. Lawan bisyarah adalah niẓarah yaitu “kabar buruk” atau “peringatan” (Ibnu Faris). Dalam kaitan dengan ayat ini, yastabsyirūn menunjukkan pada perasaan yang ada pada para syuhada (pahlawan) yang telah gugur itu, yaitu kegembiraan yang berkaitan dengan teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Artinya mereka mengetahui bahwa teman-teman mereka kelak akan pula menyusul menjadi pahlawan. Pada sisi lain, penjelasan ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang keadaan teman-teman tersebut, sekaligus membuktikan bahwasanya ada kehidupan di alam barzakh yang merupakan persinggahan sementara, sambil menunggu kedatangan hari akhir, yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Kata ini kemudian terulang pada ayat berikutnya, dan ini menunjukkan adanya kegembiraan yang mereka nikmati. Selain itu, pengulangan ini juga merupakan isyarat bahwa kegembiraan itu mencakup diri mereka, teman-teman sejawat, dan siapa pun yang mukmin, walau selain mereka dan teman sejawat mereka. | null | 1. Para mujahidin fī sabīlillāh yang tewas sebagai syuhada tetap hidup di sisi Allah, mendapat nikmat dan karunia yang telah ditentukan untuk mereka.
2. Para syuhada itu memperoleh surga dari Allah dan mereka mengharapkan, teman seperjuangan mereka yang tidak gugur terus berjuang dengan mereka juga memperoleh nikmat serupa.
3. Para mujahidin pada waktu itu meskipun mereka telah mengalami luka tetapi masih sanggup memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya untuk melanjutkan peperangan.
4. Para Mujahidin tidak mempan untuk ditakut-takuti.
5. Iman dan tekad yang kuat akan dibalas Allah dengan kemenangan. |
469 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 176 | 73 | 8 | 4 | 1 | وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْكُفْرِۚ اِنَّهُمْ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ اَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِى الْاٰخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۚ | Wa lā yaḥzunkal-lażīna yusāri‘ūna fil-kufr(i), innahum lay yaḍurrullāha syai'ā(n), yurīdullāhu allā yaj‘ala lahum ḥaẓẓan fil-ākhirati wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm(un). | Janganlah engkau (Nabi Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan cepat melakukan kekufuran. Sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah. Allah tidak akan memberi bagian (pahala) kepada mereka di akhirat dan mereka akan mendapat azab yang sangat besar. | null | null | Setelah menjelaskan pujian kepada orang-orang mukmin yang giat memenuhi panggilan Rasul, pada ayat ini Allah mengecam tindakan orang-orang munafik yang bergegas dalam kekufuran sehingga menimbulkan rasa cemas di hati Rasulullah. Karenanya Allah menghibur Nabi. Dan janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, dirisaukan oleh tingkah laku orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, yang tenggelam dalam kesesatan dan terus-menerus dalam penyimpangan. Sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah, akan tetapi tindakan mereka pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberi bagian pahala kepada mereka di akhirat berupa kenikmatan dan surga, dan mereka akan mendapat azab yang besar berupa siksa yang pedih di akhirat sebagai balasan atas kejahatan yang mereka lakukan. | Nabi Muhammad saw ketika melihat keadaan kaum Muslimin dalam Perang Uhud, beliau merasa sedih dan cemas. Ketika itulah ayat ini turun untuk menghibur Nabi saw, “Wahai Muhammad janganlah merasa sedih dan cemas, melihat perbuatan sebagian pengikutmu yang munafik yang bersama-sama orang kafir menghimpun segala usaha dan kekuatan untuk membela kekafiran. Pada hakikatnya bukanlah engkau yang diperangi dan dianiaya mereka, tetapi Allah-lah yang mereka perangi. Tentulah mereka tidak akan berdaya menentang Allah.”
Maksud mereka akan mencelakakan dan memberi mudarat kepada kaum Muslimin, tetapi pada hakikatnya mereka sendirilah yang celaka. Allah tidak akan memberikan ampunan kepada mereka di akhirat. Mereka akan mendapat azab yang amat pedih dan tidak terkira besarnya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang peristiwa Perang Uhud. Sedangkan dalam ayat ini dijelaskan tentang kegagalan orang musyrik untuk mengalahkan kaum Muslimin dan kesedihan Rasulullah atas ketidak-disiplinan kaum Muslimin dalam peperangan sehingga banyak berguguran para syuhada. Ayat ini erat hubungannya dengan peristiwa musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud, sebagaimana yang disebutkan pada ayat yang lalu. | ALLAH MENENTERAMKAN HATI MUHAMMAD | Kosakata: Numlī نُمْلِيْ (Āli ‘Imrān/3:178)
Kata numlī merupakan fi‘il muḍāri‘ (kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang) yang bentuk masa lalunya adalah amlā, kata dasarnya imlā’ yang maknanya secara bahasa adalah “memanjangkan umur dan waktu”, “memberi kenikmatan yang lama”, dan “memberi tangguh”. Dalam ayat ini numlī diartikan sebagai memberi tangguh, yaitu “pemberian kesempatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu dengan bebas sehingga mencapai batas akhirnya”. Dalam konteks Perang Uhud, kata numlī diartikan sebagai membiarkan orang-orang kafir bersenang-senang dengan kemenangan semu yang diperoleh, dan karena mereka berhasil membunuh sahabat-sahabat Nabi. Selain itu, kata ini juga bermakna membiarkan mereka hidup sehingga dalam masa yang lebih panjang akan menjadikan mereka lebih banyak pula dalam berbuat dosa, sehingga hal itu bukan berakibat baik bagi mereka, tetapi justru sebaliknya, yaitu azab yang pedih. | null | null |
470 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 177 | 73 | 8 | 4 | 1 | اِنَّ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ لَنْ يَّضُرُّوا اللّٰهَ شَيْـًٔاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ | Innal-lażīnasytarawul-kufra bil-īmāni lay yaḍurrullāha syai'ā(n), wa lahum ‘ażābun alīm(un). | Sesungguhnya orang-orang yang membeli kekufuran dengan iman sedikit pun tidak merugikan Allah dan akan mendapat azab yang sangat pedih. | null | null | Sesungguhnya orang-orang munafik yang membeli kekafiran dengan iman, tindakan buruk mereka sedikit pun tidak merugikan Allah melainkan dampak buruknya kembali kepada mereka sendiri, dan mereka akan mendapat azab yang pedih akibat kemunafikan dan kekafiran yang mereka perbuat. | Setelah Allah membuka kedok orang-orang yang membantu dan memihak orang-orang kafir yang menentang kaum Muslimin, dan menegaskan bahwa mereka pada hakikatnya menentang dan memerangi Allah, maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa hal itu juga berlaku untuk setiap orang yang lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan. Mereka tidak memberi mudarat kepada Allah sedikitpun, dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka tidak akan dapat melakukannya, karena Allah membela Islam. Justru mereka akan mendapat hukuman yang berat di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang peristiwa Perang Uhud. Sedangkan dalam ayat ini dijelaskan tentang kegagalan orang musyrik untuk mengalahkan kaum Muslimin dan kesedihan Rasulullah atas ketidak-disiplinan kaum Muslimin dalam peperangan sehingga banyak berguguran para syuhada. Ayat ini erat hubungannya dengan peristiwa musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud, sebagaimana yang disebutkan pada ayat yang lalu. | ALLAH MENENTERAMKAN HATI MUHAMMAD | Kosakata: Numlī نُمْلِيْ (Āli ‘Imrān/3:178)
Kata numlī merupakan fi‘il muḍāri‘ (kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang) yang bentuk masa lalunya adalah amlā, kata dasarnya imlā’ yang maknanya secara bahasa adalah “memanjangkan umur dan waktu”, “memberi kenikmatan yang lama”, dan “memberi tangguh”. Dalam ayat ini numlī diartikan sebagai memberi tangguh, yaitu “pemberian kesempatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu dengan bebas sehingga mencapai batas akhirnya”. Dalam konteks Perang Uhud, kata numlī diartikan sebagai membiarkan orang-orang kafir bersenang-senang dengan kemenangan semu yang diperoleh, dan karena mereka berhasil membunuh sahabat-sahabat Nabi. Selain itu, kata ini juga bermakna membiarkan mereka hidup sehingga dalam masa yang lebih panjang akan menjadikan mereka lebih banyak pula dalam berbuat dosa, sehingga hal itu bukan berakibat baik bagi mereka, tetapi justru sebaliknya, yaitu azab yang pedih. | null | null |
471 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 178 | 73 | 8 | 4 | 1 | وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ خَيْرٌ لِّاَنْفُسِهِمْ ۗ اِنَّمَا نُمْلِيْ لَهُمْ لِيَزْدَادُوْٓا اِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ | Wa lā yaḥsabannal-lażīna kafarū annamā numlī lahum khairul li'anfusihim, innamā numlī lahum liyazdādū iṡmā(n), wa lahum ‘ażābum muhīn(un). | Jangan sekali-kali orang-orang kafir mengira bahwa sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepadanya137) baik bagi dirinya. Sesungguhnya Kami memberinya tenggang waktu hanya agar dosa mereka makin bertambah dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan. | 137 | 137) Maksudnya adalah jangan mengira bahwa usia yang panjang bagi orang kafir itu baik. Jika tidak digunakan untuk beramal saleh, makin panjang usia, makin buruk baginya. | Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka dengan memperpanjang umur dan tidak segera memberi hukuman atau menimpakan malapetaka kepada mereka, itu lebih baik baginya. Jika mereka mengerjakan amal saleh yang akan menyucikan dan membersihkan mereka dari sifat-sifat yang jelek, hal itulah yang akan bermanfaat bagi mereka. Akan tetapi, sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka dengan penundaan siksaan dan memberi tempo kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah lantaran mereka belum sadar dan sehingga dengan demikian di akhirat mereka akan mendapat azab yang menghinakan di dalam neraka Jahanam. | Janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka bahwa dibiarkannya mereka berumur panjang adalah baik bagi diri mereka. Tidaklah demikian halnya, kecuali kalau mereka bermartabat dan mengerjakan amal saleh yang akan menyucikan dan membersihkan mereka dari hal-hal yang keji dan sifat-sifat yang jelek.
Hal-hal yang semacam itulah yang akan bermanfaat bagi mereka dan bagi manusia lainnya. Tetapi kenyataannya, mereka tetap saja berbuat maksiat dan dosa. Dengan demikian mereka membinasakan diri mereka sendiri, sehingga mereka mendapat azab yang menghinakan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang peristiwa Perang Uhud. Sedangkan dalam ayat ini dijelaskan tentang kegagalan orang musyrik untuk mengalahkan kaum Muslimin dan kesedihan Rasulullah atas ketidak-disiplinan kaum Muslimin dalam peperangan sehingga banyak berguguran para syuhada. Ayat ini erat hubungannya dengan peristiwa musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud, sebagaimana yang disebutkan pada ayat yang lalu. | ALLAH MENENTERAMKAN HATI MUHAMMAD | Kosakata: Numlī نُمْلِيْ (Āli ‘Imrān/3:178)
Kata numlī merupakan fi‘il muḍāri‘ (kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang) yang bentuk masa lalunya adalah amlā, kata dasarnya imlā’ yang maknanya secara bahasa adalah “memanjangkan umur dan waktu”, “memberi kenikmatan yang lama”, dan “memberi tangguh”. Dalam ayat ini numlī diartikan sebagai memberi tangguh, yaitu “pemberian kesempatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu dengan bebas sehingga mencapai batas akhirnya”. Dalam konteks Perang Uhud, kata numlī diartikan sebagai membiarkan orang-orang kafir bersenang-senang dengan kemenangan semu yang diperoleh, dan karena mereka berhasil membunuh sahabat-sahabat Nabi. Selain itu, kata ini juga bermakna membiarkan mereka hidup sehingga dalam masa yang lebih panjang akan menjadikan mereka lebih banyak pula dalam berbuat dosa, sehingga hal itu bukan berakibat baik bagi mereka, tetapi justru sebaliknya, yaitu azab yang pedih. | null | null |
472 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 179 | 73 | 8 | 4 | 1 | مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَآ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِيْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ ۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ | Mā kānallāhu liyażaral-mu'minīna ‘alā mā antum ‘alaihi ḥattā yamīzal-khabīṡa minaṭ-ṭayyib(i), wa mā kānallāhu liyuṭli‘akum ‘alal-gaibi wa lākinnallāha yajtabī mir rusulihī may yasyā'(u), fa āminū billāhi wa rusulih(ī), wa in tu'minū wa tattaqū fa lakum ajrun ‘aẓīm(un). | Allah tidak akan membiarkan orang-orang mukmin dalam keadaan sebagaimana kamu sekarang ini,138) (tetapi Allah akan mengujinya) sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik.139) Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib,140) tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya.141) Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, kamu akan mendapat pahala yang sangat besar. | 138, 139, 140, 141 | 138) Maksudnya adalah campur baurnya kaum muslim dengan kaum munafik.
139) Dalam Perang Uhud, Allah Swt. membedakan antara orang baik (umat Islam) dan orang yang buruk (kaum munafik).
140) Di antara yang gaib adalah pengetahuan tentang keimanan dan kemunafikan seseorang.
141) Di antara orang yang Allah Swt. kehendaki untuk dapat mengetahui kemunafikan dalam hati seseorang adalah Nabi Muhammad saw. | Salah satu sunatullah bagi hamba-Nya ialah bahwa Dia tidak membiarkan orang-orang mukmin tetap di dalam kesulitan sebagaimana halnya pada Perang Uhud Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dengan keimanan yang mantap dan tulus sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, bercampur baur antara orang-orang mukmin yang betul-betul ikhlas dan jujur dengan orang munafik sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya dengan diberi pengetahuan mampu melihat isi hati manusia, sehingga dapat mengetahui siapa orang-orang yang betul-betul beriman dan siapa di antara mereka yang munafik atau kafir. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan menaati perintah Rasulullah dan berjuang di jalan Allah. Jika kamu beriman dan bertakwa kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan, maka kamu akan mendapat pahala yang besar dari sisi-Nya bersama para kekasih Allah di dalam surga yang penuh kenikmatan. | Salah satu sunatullah kepada hamba-Nya yang tidak dapat diubah-ubah ialah bahwa Dia tidak akan membiarkan orang-orang mukmin tetap di dalam kesulitan sebagaimana halnya pada Perang Uhud. Allah akan memisahkan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik, dan akan memperbaiki keadaan orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Di dalam keadaan sulit dan susah, dapat dinilai dan dibedakan antara orang-orang yang kuat imannya dengan orang-orang yang lemah imannya. Kaum Muslimin diuji sampai di mana iman dan kesungguhan mereka menghadapi kaum kafir.
Setelah kaum Muslimin mengalami kesulitan dalam Perang Uhud karena dipukul mundur oleh musuh, dan mereka hampir-hampir patah semangat, di kala itulah diketahui bahwa di antara kaum Muslimin ada orang-orang munafik yang menyeleweng, berpihak kepada musuh. Orang-orang yang lemah imannya mengalami kebingungan. Berlainan halnya dengan orang-orang yang kuat imannya, kesulitan yang dihadapinya itu mendorong mereka untuk menambah kekuatan iman dan semangat mereka.
Hal-hal yang gaib dan hikmah yang tersembunyi dalam peristiwa ini, tidak diperlihatkan, kecuali kepada orang-orang tertentu, seperti kepada rasul yang telah dipilih oleh Allah. Di antara rasul-rasul, Nabi Muhammad saw. dipilih oleh Allah dengan memberikan keistimewaan kepadanya berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga dia dapat menentukan siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir.
عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ ٢٦ اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًاۙ ٢٧ (الجن)
Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu, kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya. (al-Jinn/72: 26-27).
Sesudah diterangkan celaan-celaan kaum munafikin atas kenabian Muhammad saw setelah Perang Uhud dan menjelaskan bahwa peristiwa Uhud itu banyak mengandung iktibar, maka orang-orang mukmin diperintahkan agar tetap beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan kepada Nabi Muhammad saw yang membenarkan rasul-rasul sebelumnya. Jika mereka beriman kepadanya terutama mengenai hal-hal yang gaib dan bertakwa kepada Allah dengan menjauhi larangan-larangan-Nya, mematuhi segala perintah-perintah-Nya, maka mereka akan memperoleh pahala yang amat besar.
Di dalam Al-Qur’an sering disusulkan kata takwa sesudah kata iman sebagaimana halnya kata zakat sesudah kata salat. Itu menunjukkan bahwa iman itu barulah sempurna jika disertai dengan takwa, sebagaimana halnya salat barulah sempurna jika zakat dikeluarkan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang peristiwa Perang Uhud. Sedangkan dalam ayat ini dijelaskan tentang kegagalan orang musyrik untuk mengalahkan kaum Muslimin dan kesedihan Rasulullah atas ketidak-disiplinan kaum Muslimin dalam peperangan sehingga banyak berguguran para syuhada. Ayat ini erat hubungannya dengan peristiwa musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud, sebagaimana yang disebutkan pada ayat yang lalu. | ALLAH MENENTERAMKAN HATI MUHAMMAD | Kosakata: Numlī نُمْلِيْ (Āli ‘Imrān/3:178)
Kata numlī merupakan fi‘il muḍāri‘ (kata kerja bentuk sekarang dan yang akan datang) yang bentuk masa lalunya adalah amlā, kata dasarnya imlā’ yang maknanya secara bahasa adalah “memanjangkan umur dan waktu”, “memberi kenikmatan yang lama”, dan “memberi tangguh”. Dalam ayat ini numlī diartikan sebagai memberi tangguh, yaitu “pemberian kesempatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu dengan bebas sehingga mencapai batas akhirnya”. Dalam konteks Perang Uhud, kata numlī diartikan sebagai membiarkan orang-orang kafir bersenang-senang dengan kemenangan semu yang diperoleh, dan karena mereka berhasil membunuh sahabat-sahabat Nabi. Selain itu, kata ini juga bermakna membiarkan mereka hidup sehingga dalam masa yang lebih panjang akan menjadikan mereka lebih banyak pula dalam berbuat dosa, sehingga hal itu bukan berakibat baik bagi mereka, tetapi justru sebaliknya, yaitu azab yang pedih. | null | 1. Nabi Muhammad saw dihibur oleh Allah swt agar jangan merasa sedih dan cemas atas pengkhianatan orang-orang yang menukar imannya dengan kekafiran. Mereka tidak akan dapat memberi mudarat kepada pembela-pembela agama Allah, dan tidak akan diberi ampun di akhirat nanti, bahkan mereka akan menerima azab yang besar dan pedih.
2. Dipanjangkannya umur orang-orang kafir, janganlah disangka bahwa itu baik sebagaimana anggapan mereka. Pemberian Allah kepada mereka dengan panjang umur, menyebabkan dosa mereka bertambah banyak dan akhirnya menerima azab yang menghinakan.
3. Allah tidak akan membiarkan orang yang beriman tetap di dalam keadaan sulit dan terdesak, Allah akan memisahkan orang baik yaitu orang yang beriman dari orang jahat yaitu orang munafik. Ini termasuk hal-hal yang gaib dan tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali orang-orang pilihan yang telah ditentukan Allah swt dari rasul-rasul-Nya. Barang siapa beriman dan bertakwa kepada Allah swt, maka ia akan memperoleh pahala yang besar dan banyak. |
473 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 180 | 73 | 8 | 4 | 1 | وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ࣖ | Wa lā yaḥsabannal-lażīna yabkhalūna bimā ātāhumullāhu min faḍlihī huwa khairal lahum, bal huwa syarrul lahum, sayuṭawwaqūna mā bakhilū bihī yaumal-qiyāmah(ti), wa lillāhi mīrāṡus-samāwāti wal-arḍ(i), wallāhu bimā ta‘malūna khabīr(un). | Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. | null | null | Setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah mendorong untuk berkorban jiwa, maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar berkorban harta benda untuk perjuangan. Ketika mendapat panggilan untuk berjuang di jalan Allah dengan jiwa raga dan harta, sebagian golongan ada yang tidak mau menerima panggilan tersebut, kemudian Allah mengecam tindakan mereka. Dan jangan sekali-kali orang-orang kaya dan berkecukupan yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya enggan menginfakkan hartanya di jalan Allah, atau untuk kepentingan sosial mengira bahwa kikir itu baik bagi mereka lantaran harta yang tidak mereka sumbangkan itu dapat mereka gunakan untuk melindungi mereka dari bencana, padahal kikir itu buruk bagi mereka karena dapat menghapus keberkahan rezeki dan membuat hati menjadi keras sehingga sulit menerima nasihat. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan di lehernya pada hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang selalu menyertainya di akhirat akibat kekikirannya. Sesungguhnya milik Allah-lah warisan yang ada di langit dan di bumi dari seluruh harta kekayaan yang dilimpahkan kepada hamba-Nya. Dia tidak membutuhkan infak dan sedekah mereka karena Dia adalah pemilik seluruh isi langit dan bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan sehingga tidak keliru dalam memberi imbalan atas perbuatan mereka. | Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka. Harta benda dan kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila dinafkahkan di jalan Allah, bahkan akan bertambah dan diberkahi. Tetapi kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit mereka dengan kuat. Nabi Muhammad saw bersabda:
مَنْ اَتَاهُ الله ُمَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ شُجَاعًا اَقْرَعَ لَهُ زَبِيْـبَتَانِ يُطَوِّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَقُوْلُ: اَنَا مَالُكَ اَنَا كَنْزُكَ ثُمَّ تَلاَ هٰذِهِ اْلاٰيَةَ (رواه البخاري والنسائي عن أبي هريرة)
Siapa yang telah diberi harta oleh Allah, kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan diperlihatkan hartanya berupa ular sawah yang botak, mempunyai dua bintik hitam di atas kedua matanya, lalu dikalungkan kepadanya di hari Kiamat nanti. Ular itu membuka rahangnya dan berkata, “Saya ini adalah hartamu, saya ini adalah simpananmu,” kemudian Nabi membaca ayat ini. (Riwayat al-Bukhārī dan al-Nasā'ī dari Abū Hurairah).
Sebenarnya segala apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah, diberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya sebagai titipan dan amanat. Sewaktu-waktu dapat dicabut dan dipindahkan ke tangan orang lain menurut kehendak-Nya. Jadi apakah alasan bagi mereka yang bakhil dan tidak mau mengeluarkan harta Allah untuk mencari rida-Nya? Apa saja yang dikerjakan seseorang, semuanya itu diketahui oleh Allah dan dibalas sesuai dengan amal dan niatnya. Nabi Muhammad saw bersabda:
اِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّـيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Bahwasanya amal itu tergantung dari niat, dan bahwasanya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Umar bin al-Khaṭṭāb). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pembahasan ayat-ayat yang terdahulu berkisar tentang dorongan untuk mengorbankan jiwa dalam berjuang di jalan Allah dan pahala yang akan diberikan kepada pejuang tersebut, yaitu penghormatan di sisi Allah di dalam surga. Ayat ini mendorong orang untuk berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah dan menjelaskan akibat dari kekikiran seseorang yang enggan membayar zakat dan infak. | BALASAN TERHADAP ORANG KIKIR
DAN PENDUSTA | Kosakata: Sayuṭawwaqūn سَيُطَوَّقُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 180)
Sayuṭawwaqūn artinya “dikalungkan” terambil dari kata al-ṭawq yaitu sesuatu yang dikalungkan di leher baik itu berupa tali pengikat yang akan membatasi gerak atau berupa kalung rantai emas atau perak yang dikalungkan di leher sebagai perhiasan. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang kikir dan enggan menafkahkan hartanya, kelak harta itu akan mencekik leher mereka. Kata Sayuṭawwaqūn dalam ayat ini digunakan sebagai tasybih (penyerupaan) dari terbatasnya gerak dan tersiksanya binatang yang dikalungi tali. Tersiksanya orang-orang yang kikir dengan dosa kekikiran yang dikalungkan di leher mereka di akhirat kelak. | null | null |
474 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 181 | 74 | 8 | 4 | 1 | لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ | Laqad sami‘allāhu qaulal-lażīna qālū innallāha faqīruw wa naḥnu agniyā'(u), sanaktubu mā qālū wa qatlahumul-ambiyā'a bigairi ḥaqq(in), wa naqūlu żūqū ‘ażābal-ḥarīq(i). | Sungguh, Allah benar-benar telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” Kami akan mencatat perkataan mereka dan pembunuhan terhadap nabi-nabi yang mereka lakukan tanpa hak (alasan yang benar). Kami akan mengatakan (kepada mereka pada hari Kiamat), “Rasakanlah azab yang membakar!” | null | null | Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka, niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersedekah. Ucapan mereka kemudian dijawab oleh Allah. Kami akan mencatat perkataan mereka yang sangat buruk dengan berbagai tuduhan yang dilontarkan kepada Allah dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak alasan yang benar lantaran para utusan Allah tersebut menyampaikan ajaran-ajaran Allah, dan Kami akan mengatakan kepada mereka, “Rasakanlah olehmu azab yang membakar!” Itu adalah akibat harta yang mereka timbun untuk kepentingan diri sendiri dan tidak mereka sedekahkan. | Ketika turun wahyu Allah:
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا
Barang siapa meminjami Allah (menginfakkan hartanya) dengan pinjaman yang baik …(al-Baqarah/2:245), maka datanglah seorang Yahudi kepada Rasulullah saw dan berkata, “Apakah Tuhanmu fakir? Lalu meminta-minta kepada hamba-Nya agar diberi pinjaman? Kami ini adalah orang-orang yang kaya.” Maka turunlah ayat ini. Sesungguhnya Allah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allah fakir dan kami ini kaya.” Dan percayalah bahwa kata-kata dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar itu akan dicatat, kemudian sebagai balasan, mereka akan diberi ganjaran azab yang setimpal. Pada waktu itulah Allah akan mengatakan kepada mereka, “Rasakanlah azab yang membakar ini sebagaimana pengikut-pengikut rasul telah merasakan pedihnya kata-katamu di dunia yang menusuk perasaan.” | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pembahasan ayat-ayat yang terdahulu berkisar tentang dorongan untuk mengorbankan jiwa dalam berjuang di jalan Allah dan pahala yang akan diberikan kepada pejuang tersebut, yaitu penghormatan di sisi Allah di dalam surga. Ayat ini mendorong orang untuk berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah dan menjelaskan akibat dari kekikiran seseorang yang enggan membayar zakat dan infak. | BALASAN TERHADAP ORANG KIKIR
DAN PENDUSTA | Kosakata: Sayuṭawwaqūn سَيُطَوَّقُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 180)
Sayuṭawwaqūn artinya “dikalungkan” terambil dari kata al-ṭawq yaitu sesuatu yang dikalungkan di leher baik itu berupa tali pengikat yang akan membatasi gerak atau berupa kalung rantai emas atau perak yang dikalungkan di leher sebagai perhiasan. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang kikir dan enggan menafkahkan hartanya, kelak harta itu akan mencekik leher mereka. Kata Sayuṭawwaqūn dalam ayat ini digunakan sebagai tasybih (penyerupaan) dari terbatasnya gerak dan tersiksanya binatang yang dikalungi tali. Tersiksanya orang-orang yang kikir dengan dosa kekikiran yang dikalungkan di leher mereka di akhirat kelak. | null | null |
475 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 182 | 74 | 8 | 4 | 1 | ذٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْكُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِۚ | Żālika bimā qaddamat aidīkum wa annallāha laisa biẓallāmil lil-‘abīd(i). | Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu (sendiri) dan sesungguhnya Allah (sama sekali) tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. | null | null | Azab yang menimpa orang-orang fasik dan munafik dari kalangan Yahudi dan semisal mereka, yang demikian itu menurut Allah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri membunuh para nabi, melanggar janji, kikir, memakan yang haram, berkata bohong, mengambil suap dan sebagainya, dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. Mereka yang beramal saleh dan memenuhi perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya akan menerima imbalan berupa kebahagiaan di surga, dan mereka yang ingkar akan menerima balasan siksa yang amat pedih di neraka. | Azab yang pedih yang berlaku atas mereka (kaum Yahudi) adalah akibat perbuatan mereka sendiri di dunia. Mereka mengatakan, bahwa Allah fakir. Mereka membunuh Nabi-nabi, melakukan perbuatan-perbuatan fasik, maksiat dan lain-lain.
Allah sekali-kali tidak akan menganiaya hamba-hamba-Nya. Allah memperlakukan hamba-hamba-Nya sesuai amal perbuatannya. Firman Allah
هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (ar-Raḥmān/55:60).
Kalau perbuatannya baik dibalas dengan surga, dan kalau perbuatannya buruk dibalas dengan neraka. Allah tidak akan memperlakukan orang yang berbuat maksiat sama dengan orang bertakwa, begitu juga orang-orang kafir tidak sama dengan orang mukmin.
اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ اجْتَرَحُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَوَاۤءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۗسَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ ࣖࣖ ٢١ (الجاثية)
Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu. (al-Jāṡiyah/45:21). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pembahasan ayat-ayat yang terdahulu berkisar tentang dorongan untuk mengorbankan jiwa dalam berjuang di jalan Allah dan pahala yang akan diberikan kepada pejuang tersebut, yaitu penghormatan di sisi Allah di dalam surga. Ayat ini mendorong orang untuk berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah dan menjelaskan akibat dari kekikiran seseorang yang enggan membayar zakat dan infak. | BALASAN TERHADAP ORANG KIKIR
DAN PENDUSTA | Kosakata: Sayuṭawwaqūn سَيُطَوَّقُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 180)
Sayuṭawwaqūn artinya “dikalungkan” terambil dari kata al-ṭawq yaitu sesuatu yang dikalungkan di leher baik itu berupa tali pengikat yang akan membatasi gerak atau berupa kalung rantai emas atau perak yang dikalungkan di leher sebagai perhiasan. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang kikir dan enggan menafkahkan hartanya, kelak harta itu akan mencekik leher mereka. Kata Sayuṭawwaqūn dalam ayat ini digunakan sebagai tasybih (penyerupaan) dari terbatasnya gerak dan tersiksanya binatang yang dikalungi tali. Tersiksanya orang-orang yang kikir dengan dosa kekikiran yang dikalungkan di leher mereka di akhirat kelak. | null | null |
476 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 183 | 74 | 8 | 4 | 1 | اَلَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ عَهِدَ اِلَيْنَآ اَلَّا نُؤْمِنَ لِرَسُوْلٍ حَتّٰى يَأْتِيَنَا بِقُرْبَانٍ تَأْكُلُهُ النَّارُ ۗ قُلْ قَدْ جَاۤءَكُمْ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِيْ بِالْبَيِّنٰتِ وَبِالَّذِيْ قُلْتُمْ فَلِمَ قَتَلْتُمُوْهُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ | Al-lażīna qālū innallāha ‘ahida ilainā allā nu'mina lirasūlin ḥattā ya'tiyanā biqurbānin ta'kuluhun-nār(u), qul qad jā'akum rusulum min qablī bil-bayyināti wa bil-lażī qultum falima qataltumūhum in kuntum ṣādiqīn(a). | (Mereka adalah) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami agar kami tidak beriman kepada seorang rasul sebelum dia mendatangkan kepada kami kurban yang dimakan api (yang datang dari langit).” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sungguh, beberapa rasul sebelumku telah datang kepadamu dengan (membawa) bukti-bukti yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan. Akan tetapi, mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar?” | null | null | Orang-orang yang mendapat laknat dan murka Allah yaitu orang-orang Yahudi yang mengatakan, dengan melontarkan perkataan bohong diatasnamakan Allah, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, agar kami tidak beriman kepada seorang rasul sebelum dia mendatangkan kepada kami kurban yang dimakan api sebagai tanda diterimanya kurban seseorang.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sungguh, beberapa orang rasul sebelumku telah datang kepadamu, dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, tetapi kamu tetap mendustakan mereka dan mengingkari semua yang diturunkan kepada mereka. Bahkan mengapa kamu membunuhnya jika kamu orangorang yang benar.” Padahal, kamu sebenarnya hanya mengada-ada terhadap Allah, berbohong atas nama agama-Nya, dan tidak taat pada perintah-Nya. | Beberapa orang Yahudi antara lain Ka’ab bin Asyraf, Malik bin aṣ-Ṡaif, Finḥaṣ bin ‘Azura dan beberapa orang lagi, mendatangi Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Muhammad! Engkau mengaku Rasul Allah dan Allah telah mewahyukan kepadamu Kitab, sedang di dalam Kitab Taurat (Imamat ix) kami dilarang oleh Allah mempercayai seorang rasul, sebelum ia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api. Kalau itu dapat kamu buktikan, maka kami akan mempercayaimu.” Maka turunlah ayat ini. Demikianlah kata Ibnu Abbas r.a.
Pengakuan orang-orang Yahudi tersebut di atas, sebenarnya omong kosong belaka, karena andaikata Nabi Muhammad saw membuktikannya mereka tetap tidak akan percaya. Permintaan mereka itu hanyalah alasan yang dicari-cari untuk tidak mempercayai Rasulullah saw. Untuk itu Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kedustaan mereka dengan kata-kata, “Telah datang kepadamu rasul-rasul sebelumku, seperti Zakaria, Yahya dan lainnya, membawa mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran mereka atas kenabiannya, dan membawa apa-apa yang kamu usulkan seperti mendatangkan korban yang dimakan api yang memang mempunyai sifat khusus, yaitu membakar. Karenanya pada masa lalu terdapat keyakinan bahwa api selalu dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai apakah kurban yang dipersembahkan diterima Tuhan atau tidak, bila terbakar berarti diterima, namun kamu tetap tidak percaya kepada mereka, bahkan membunuh mereka. Jadi dimana letak kebenaran kamu? Cobalah buktikan, jika kamu sungguh-sungguh orang yang benar. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pembahasan ayat-ayat yang terdahulu berkisar tentang dorongan untuk mengorbankan jiwa dalam berjuang di jalan Allah dan pahala yang akan diberikan kepada pejuang tersebut, yaitu penghormatan di sisi Allah di dalam surga. Ayat ini mendorong orang untuk berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah dan menjelaskan akibat dari kekikiran seseorang yang enggan membayar zakat dan infak. | BALASAN TERHADAP ORANG KIKIR
DAN PENDUSTA | Kosakata: Sayuṭawwaqūn سَيُطَوَّقُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 180)
Sayuṭawwaqūn artinya “dikalungkan” terambil dari kata al-ṭawq yaitu sesuatu yang dikalungkan di leher baik itu berupa tali pengikat yang akan membatasi gerak atau berupa kalung rantai emas atau perak yang dikalungkan di leher sebagai perhiasan. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang kikir dan enggan menafkahkan hartanya, kelak harta itu akan mencekik leher mereka. Kata Sayuṭawwaqūn dalam ayat ini digunakan sebagai tasybih (penyerupaan) dari terbatasnya gerak dan tersiksanya binatang yang dikalungi tali. Tersiksanya orang-orang yang kikir dengan dosa kekikiran yang dikalungkan di leher mereka di akhirat kelak. | null | null |
477 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 184 | 74 | 8 | 4 | 1 | فَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِّنْ قَبْلِكَ جَاۤءُوْ بِالْبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتٰبِ الْمُنِيْرِ | Fa in każżabūka faqad kużżiba rusulum min qablika jā'ū bil-bayyināti waz-zuburi wal-kitābil-munīr(i). | Maka, jika mereka mendustakanmu (Nabi Muhammad), sungguh rasul-rasul sebelummu pun telah didustakan. Mereka datang dengan (membawa) mukjizat-mukjizat yang nyata, zubur,142) dan Alkitab yang memberi penjelasan yang sempurna. | 142 | 142) Zubur adalah lembaran-lembaran kalam suci, seperti suhuf Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s. | Maka jika mereka mendustakan dan menolak risalah engkau, wahai Nabi Muhammad, serta berpaling dari agama, maka ketahuilah bahwa rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustaka pula, mereka membawa mukjizat-mukjizat atau bukti-bukti yang nyata, Zubur kitab samawi yang berisi hikmah-hikmah yang terang serta nasihat-nasihat yang memikat, dan Kitab samawi lainnya; Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, yang memberi penjelasan yang sempurna tentang hukum-hukum syariat. | Kalau mereka masih juga tetap mendustakan kamu, sekalipun kamu telah menunjukkan mukjizat-mukjizat yang nyata dan Kitab yang membimbing ke jalan yang benar, maka janganlah engkau gusar dan cemas atas kekerasan hati dan kekufuran mereka.
Hal yang seperti itu telah dialami pula oleh rasul-rasul sebelummu. Mereka telah diberi apa yang telah diberikan kepada kamu seperti mukjizat-mukjizat yang nyata. Allah telah mendatangkan Ṡuḥuf, yaitu lembaran-lembaran yang berisi wahyu yang diberikan kepada nabi-nabi sebelum kamu yang isinya mengandung hikmah dan juga telah mendatangkan Kitab yang memberikan penjelasan yang sempurna, berisi hukum syariat seperti Taurat, Injil dan Zabur. Mereka tetap sabar dan tabah menghadapi perbuatan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang mengingkari mereka. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pembahasan ayat-ayat yang terdahulu berkisar tentang dorongan untuk mengorbankan jiwa dalam berjuang di jalan Allah dan pahala yang akan diberikan kepada pejuang tersebut, yaitu penghormatan di sisi Allah di dalam surga. Ayat ini mendorong orang untuk berkorban dengan jiwa dan harta di jalan Allah dan menjelaskan akibat dari kekikiran seseorang yang enggan membayar zakat dan infak. | BALASAN TERHADAP ORANG KIKIR
DAN PENDUSTA | Kosakata: Sayuṭawwaqūn سَيُطَوَّقُوْنَ (Āli ‘Imrān/3: 180)
Sayuṭawwaqūn artinya “dikalungkan” terambil dari kata al-ṭawq yaitu sesuatu yang dikalungkan di leher baik itu berupa tali pengikat yang akan membatasi gerak atau berupa kalung rantai emas atau perak yang dikalungkan di leher sebagai perhiasan. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang kikir dan enggan menafkahkan hartanya, kelak harta itu akan mencekik leher mereka. Kata Sayuṭawwaqūn dalam ayat ini digunakan sebagai tasybih (penyerupaan) dari terbatasnya gerak dan tersiksanya binatang yang dikalungi tali. Tersiksanya orang-orang yang kikir dengan dosa kekikiran yang dikalungkan di leher mereka di akhirat kelak. | null | 1. Orang yang bakhil yang tidak mau menginfakkan apa yang telah diberikan Allah, diperingatkan agar jangan menyangka bahwa perbuatan itu baik, tetapi itu adalah buruk baginya. Harta yang tidak diinfakkan itu akan diwujudkan sebagai ular dan dikalungkan di lehernya kelak di hari kiamat.
2. Orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Allah fakir dan mereka adalah orang-orang yang kaya dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, semua itu dicatat dan diperhatikan oleh Allah dan mereka diancam dengan azab yang pedih.
3. Orang-orang Yahudi yang mendustakan Nabi Muhammad saw sekalipun beliau menunjukkan bukti-bukti yang benar, mereka tidak akan mempercayainya karena memang demikian sifat-sifat mereka. Rasul-rasul sebelumnya juga telah membawa bukti-bukti dan mukjizat yang nyata seperti kitab-kitab suci yang memberikan penjelasan yang sempurna dan membuktikan apa-apa yang mereka minta, tetapi mereka tetap mendustakan. |
478 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 185 | 74 | 8 | 4 | 1 | كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ | Kullu nafsin żā'iqatul-maut(i), wa innamā tuwaffauna ujūrakum yaumal-qiyāmah(ti), faman zuḥziḥa ‘anin-nāri wa udkhilal-jannata faqad fāz(a), wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā‘ul-gurūr(i). | Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. | null | null | Pada ayat lalu dijelaskan sikap orang-orang munafik yang menduga bahwa mereka dapat menghindar dari kematian. Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa kematian dialami oleh setiap makhluk dan bisa terjadi kapan saja. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati tanpa terkecuali. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan kamu dari amal perbuatan baik dan buruk yang kamu lakukan selama di dunia. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kebahagiaan hakiki bukanlah berupa kedudukan dan pangkat yang tinggi, harta yang melimpah, rumah dan istana yang mewah. Semua itu akan musnah. Karena itu, jangan jadikan seluruh perhatian kamu pada kehidupan kini dan sekarang, karena kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya setiap orang yang hanya mementingkan kebahagiaan sementara. | Setiap yang bernyawa akan merasakan mati dan di hari kiamat nanti disempurnakan balasan masing-masing yang baik dibalas dengan yang baik, yaitu surga dan yang buruk akan dibalas dengan yang buruk pula yaitu neraka, sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
اَلْقَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ اَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ (رواه الترمذي والطبراني)
Kubur itu merupakan taman dari taman-taman surga, atau merupakan jurang dari jurang-jurang neraka. (Riwayat at-Tirmiżi dan aṭ-Ṭabrānī).
Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, dialah yang berbahagia. Untuk mencapai kebahagiaan di atas, baiklah kita perhatikan sabda Rasulullah saw sebagai berikut:
مَنْ أَحَبَّ اَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْيُدْرِكْهُ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاٰخِرِ وَلْيَأْتِ اِلَى النَّاسِ مَا يُحِبُّ اَنْ يُؤْتَى اِلَيْهِ (رواه أحمد)
“Siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati di dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan agar ia berbuat kepada manusia seperti yang ia sukai diperbuat orang kepadanya.” (Riwayat Imam Aḥmad).
Kehidupan di dunia ini tiada lain kecuali kesenangan yang memperdayakan. Kesenangan yang dirasakan di dunia ini berupa makanan, minuman, pangkat, kedudukan dan sebagainya, pada umumnya memperdayakan manusia. Disangkanya itulah kebahagiaan, maka tenggelamlah ia dan asyik dengan kenikmatan dunia. Padahal kalau manusia kurang pandai mempergunakannya, maka kesenangan itu akan menjadi bencana yang menyebabkan kerugian di dunia dan di akhirat kelak mendapat azab yang pedih. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang tingkah laku orang kafir yang bersifat bakhil dan dusta, maka pada ayat ini, selain menghibur, juga untuk menenangkan hati Nabi, karena bagaimanapun juga kejahatan mereka, pada suatu waktu kejahatan itu akan berakhir. | SETIAP MAKHLUK HIDUP AKAN MATI | Kosakata: Al-Maut اَلْمَوْت(Āli ‘Imrān/3:185)
Kata al-maut merupakan bentuk masdar dari kata kerja māta-yamūtu, yang artinya “terpisahnya roh dari jasad atau kematian”, “tidur lelap” (al-An‘ām/6:61), “hilangnya kekuatan akal atau bodoh” (an-Naml/27:80), “bahaya maut” (Ibrahīm/14:17), “tidak tumbuh kembang”. Dalam kaitan ayat ini al-maut berarti “kematian”, yaitu keadaan yang dialami setiap makhluk yang bernyawa. Kematian merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia di dunia, dan sekaligus juga tahap awal untuk menuju kehidupan di akhirat. Pada ayat ini kata al-maut diawali dengan kata żā’iqah, yang artinya merasakan atau mencicipi, yaitu mencicipi kematian, dan ini dapat diartikan sebagai mukadimah sesuatu yang akan dirasakan setelah kematian. Ketika itu, semua manusia yang mati akan mendapat balasan baik atau buruk, sesuai dengan perbuatannya. Namun demikian, semua yang diterima setelah kematian belum merupakan balasan yang tuntas dari seluruh perbuatannya, sebab ketika itu apa yang terjadi hanya merupakan permulaan dari balasan yang sesungguhnya, yaitu yang terjadi di alam akhirat kelak. Sakit atau kenikmatan yang dialami saat kematian merupakan bagian kecil dari yang akan dialami di akhirat kelak. Bagi orang mukmin, kematian adalah suatu nikmat, karena sesaat sebelum datangnya kematian, malaikat akan menunjukkan tempatnya di surga. | null | null |
479 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 186 | 74 | 8 | 4 | 1 | ۞ لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ | Latublawunna fī amwālikum wa anfusikum, wa latasma‘unna minal-lażīna ūtul-kitāba min qablikum wa minal-lażīna asyrakū ażan kaṡīrā(n), wa in taṣbirū wa tattaqū fa inna żālika min ‘azmil-umūr(i). | Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan. | null | null | Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu dengan berbagai cobaan, ujian, dan musibah seperti kekurangan harta, malapetaka, dan lain-lain. Karena itu Allah menguji siapa pun di antara mereka yang tetap sabar dan istikamah dalam menjalankan perintah Allah, dan mereka yang tidak menerima dengan hati lapang dan sabar. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik berupa ejekan, pendustaan, penghalangan dalam beragama, perlawanan, dan pengkhianatan. Jika kamu bersabar dan bertakwa dalam menghadapi tindakan-tindakan mereka dan tetap teguh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. Hal itu karena orang-orang yang sabar, bertakwa, dan berbesar hati menerima setiap takdir yang berlaku akan meraih kemenangan yang gemilang atas tipu daya musuh. | Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw dan pengikutnya akan mendapat ujian sebagaimana mereka telah diuji dengan kesulitan di Perang Uhud. Mereka akan diuji lagi mengenai harta dan dirinya. “Sesungguhnya kamu akan diuji mengenai hartamu dan dirimu.” Kamu akan berkorban dengan hartamu menghadapi musuhmu untuk menjunjung tinggi derajat umatmu. Kamu akan meningkatkan perjuangan yang mengakibatkan hilangnya keluarga, teman-teman seperjuangan yang dicintai untuk membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang diberi kitab dan orang yang mempersekutukan Allah. Kamu akan mendengar dari mereka hal-hal yang menyakitkan hati, mengganggu ketenteraman jiwa seperti fitnah zina yang dilancarkan oleh mereka terhadap Siti Aisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabi saw ketika kembali dari satu peperangan, di suatu tempat karena mencari kalungnya yang hilang, kemudian datang Ṡafwān bin Mu‘aṭṭal menjemputnya. Orang-orang munafik menuduh Aisyah berzina dengan Ṡafwān. Satu fitnah yang sangat memalukan, dan menggemparkan masyarakat Medinah pada waktu itu, peristiwa itu dikenal dengan hadīṡul ifki (kabar bohong).
Demikian hebat fitnah yang dilancarkan dan demikian banyak gangguan yang menyakitkan hati yang ditujukan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar menghadapinya dan menerimanya dengan penuh takwa, maka semuanya itu tidak akan mempunyai arti dan pengaruh sama sekali, dan sesungguhnya sabar dan takwa itu adalah urusan yang harus diutamakan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang tingkah laku orang kafir yang bersifat bakhil dan dusta, maka pada ayat ini, selain menghibur, juga untuk menenangkan hati Nabi, karena bagaimanapun juga kejahatan mereka, pada suatu waktu kejahatan itu akan berakhir. | SETIAP MAKHLUK HIDUP AKAN MATI | Kosakata: Al-Maut اَلْمَوْت(Āli ‘Imrān/3:185)
Kata al-maut merupakan bentuk masdar dari kata kerja māta-yamūtu, yang artinya “terpisahnya roh dari jasad atau kematian”, “tidur lelap” (al-An‘ām/6:61), “hilangnya kekuatan akal atau bodoh” (an-Naml/27:80), “bahaya maut” (Ibrahīm/14:17), “tidak tumbuh kembang”. Dalam kaitan ayat ini al-maut berarti “kematian”, yaitu keadaan yang dialami setiap makhluk yang bernyawa. Kematian merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia di dunia, dan sekaligus juga tahap awal untuk menuju kehidupan di akhirat. Pada ayat ini kata al-maut diawali dengan kata żā’iqah, yang artinya merasakan atau mencicipi, yaitu mencicipi kematian, dan ini dapat diartikan sebagai mukadimah sesuatu yang akan dirasakan setelah kematian. Ketika itu, semua manusia yang mati akan mendapat balasan baik atau buruk, sesuai dengan perbuatannya. Namun demikian, semua yang diterima setelah kematian belum merupakan balasan yang tuntas dari seluruh perbuatannya, sebab ketika itu apa yang terjadi hanya merupakan permulaan dari balasan yang sesungguhnya, yaitu yang terjadi di alam akhirat kelak. Sakit atau kenikmatan yang dialami saat kematian merupakan bagian kecil dari yang akan dialami di akhirat kelak. Bagi orang mukmin, kematian adalah suatu nikmat, karena sesaat sebelum datangnya kematian, malaikat akan menunjukkan tempatnya di surga. | null | 1. Setiap makhluk hidup akan mengalami mati, dan nanti di akhirat ia akan menerima balasan perbuatannya.
2. Berbahagialah orang yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Semua kesenangan di dunia hanyalah sementara, dan kesenangan yang kekal adalah di akhirat.
3. Allah swt memperingatkan Nabi Muhammad saw dan umatnya bahwa mereka akan diuji dalam harta dan dirinya. Untuk menghadapi itu hendaklah ia tetap memelihara kesabaran dan ketakwaan. |
480 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 187 | 75 | 8 | 4 | 1 | وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ | Wa iż akhażallāhu mīṡāqal-lażīna ūtul-kitāba latubayyinunnahū lin-nāsi wa lā taktumūnah(ū), fa nabażūhu warā'a ẓuhūrihim wasytarau bihī ṡamanan qalīlā(n), fa bi'sa mā yasytarūn(a). | (Ingatlah) ketika Allah membuat perjanjian dengan orang-orang yang telah diberi Alkitab (dengan berfirman), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkan (isi Alkitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya.” Lalu, mereka melemparkannya (janji itu) ke belakang punggung mereka (mengabaikannya) dan menukarnya dengan harga yang murah. Maka, itulah seburuk-buruk jual beli yang mereka lakukan. | null | null | Pada ayat lalu dijelaskan gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi terhadap Nabi, pada ayat ini Allah menjelaskan kelengahan dan pengabaian mereka terhadap ajaran Taurat. Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji yang kuat berupa aturan-aturan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberi Kitab, berupa perintah, “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya, yakni isi Kitab itu, kepada manusia, tentang amar makruf nahi mungkar, halal dan haram sebagaimana termaktub dalam kitab suci yang diturunkan dari Allah. Dan diperintahkan pula janganlah kamu menyembunyikannya, yakni isi kandungan kitab suci tersebut, seperti berita kedatangan Nabi Muhammad, dan hukum-hukum syariat tentang halal dan haram. Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dengan tidak mengindahkan perintah-perintah Allah serta mengabaikan aturan-aturan yang telah ditetapkan dan bahkan mereka menjualnya dengan harga murah. Mereka mengubah ketentuan hukum yang telah ditetapkan Allah untuk kepentingan sekelompok orang berpengaruh demi mendapatkan imbalan duniawi. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan karena mereka rela menukar kemuliaan ilmu, agama, pujian di sisi Allah serta mahluk-Nya, dan kekekalan di surga yang penuh nikmat, dengan kesenangan duniawi yang fana. | Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan perantaraan nabinya masing-masing, bahwa mereka akan menerangkan isi Kitab kepada manusia dengan menjelaskan arti yang terkandung di dalamnya latar belakang diturunkannya dan tidak ada yang disembunyikan. Tetapi apa yang terjadi?
Mereka tidak ada perhatian sama sekali tentang janji-janji tersebut, malah mereka melemparkan janji itu ke belakang, menyembunyikan keterangan tentang Nabi Muhammad saw yang jelas tercantum di dalam Kitab mereka, yakni Ulangan xviii.18: “Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” Sifat-sifat dalam perjanjian lama ini hanya terdapat pada Nabi Muhammad. Bd. Yohanes xv. 26 dan xvi. 7 (lihat juga aṣ-Ṡaff/61:6). Mereka menukar rida Allah yang abadi dengan harga dan nilai yang sedikit yaitu kedudukan yang tidak kekal dan merusak. Alangkah keliru dan buruknya penukaran yang mereka lakukan itu. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang gangguan dan kecaman-kecaman kaum Yahudi terhadap Nabi Muhammad saw, dalam ayat ini Allah menjelaskan perbuatan mereka yang aneh-aneh dan tidak wajar, seperti melalaikan ajaran Taurat dan tidak melaksanakannya. | BEBERAPA KEBURUKAN AHLI KITAB | Kosakata: Nabażūhuنَبَذُوْهُ (Āli ‘Imrān/3: 187)
Kata nabaża-yanbiżu berarti “melemparkan”, “meremehkan”, “me-ngingkari”. Minuman yang berasal dari perasan anggur atau kurma disebut nabiż. Arti dari asal kata ini yaitu nabż adalah “membuang sesuatu yang tidak berguna seperti sandal yang rusak”. Dalam ayat ini, nabaża berarti melemparkan atau mengabaikan/meremehkan, sehingga nabażūhu maknanya “mereka melemparkannya”. Kata ini dikaitkan dengan sikap pemuka agama Yahudi, yaitu ketika mereka mengetahui keterangan-keterangan dari Kitab Taurat dan janji Allah, mereka menyembunyikan dan mengabaikannya. Sikap seperti ini muncul karena adanya rasa benci dan dengki terhadap Nabi Muhammad saw. Ungkapan nabażūhu warā’a ẓuhūrihim (melemparkan ke belakang punggung) merupakan kiasan dari pengabaian secara penuh. Kata melemparkan saja sudah cukup untuk menunjukkan pengabaian, apa lagi kalau pelemparan itu ke belakang punggung. | Dari Abu Said al-Khudri, ia berkata, bahwa ada beberapa orang munafik tidak mengikuti perang yang dilakukan oleh Rasulullah saw bahkan mereka bangga akan hal itu. Ketika Rasulullah kembali dari medan perang mereka beralasan dan bersumpah bahkan senang pujian atas sesuatu yang tidak mereka lakukan. Maka turunlah ayat ini. | null |
481 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 188 | 75 | 8 | 4 | 1 | لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَفْرَحُوْنَ بِمَآ اَتَوْا وَّيُحِبُّوْنَ اَنْ يُّحْمَدُوْا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوْا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ | Lā taḥsabannal-lażīna yafraḥūna bimā atau wa yuḥibbūna ay yuḥmadū bimā lam yaf‘alū falā taḥsabannahum bimafāzatim minal-‘ażāb(i), wa lahum ‘ażābun alīm(un). | Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa (perbuatan buruk) yang telah mereka kerjakan dan suka dipuji atas perbuatan (yang mereka anggap baik) yang tidak mereka lakukan, kamu jangan sekali-kali mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih. | null | null | Jangan sekali-kali kamu, wahai Rasulullah, meyakini dan mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan meskipun yang mereka lakukan itu perbuatan dosa atau maksiat sekali pun dan mereka suka dipuji dengan membanggakan diri atas perbuatan yang tidak mereka lakukan. Mereka, yakni orang-orang Yahudi, menutupi berita yang disampaikan Nabi, kemudian mereka menyampaikan berita itu kepada orang lain dengan mengatasnamakan dirinya, sehingga di mata orang lain merekalah yang paling paham tentang isi kitab suci. Apa yang mereka lakukan tersebut adalah demi mengharapkan pangkat dan kedudukan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, jangan sekalikali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab lantaran Allah telah menghapus pahala dari hasil usahanya dan membatalkan amalnya, karena mereka telah berbuat bohong. Mereka akan mendapat azab yang pedih akibat perbuatan dosa yang mereka lakukan. | Sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang oleh orang mukmin wajib dihindari, yaitu mereka selalu bergembira atas penyelewengan dan pengkhianatan yang dilakukannya. Mereka merasa bangga karena menganggap dirinya adalah tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ditaati. Mereka senang dipuji-puji bahwa mereka mengetahui secara mendalam semua isi Kitab, dan ahli dalam menafsirkannya, padahal mereka itu bukanlah ahlinya. Mereka berbuat demikian untuk mengalihkan perhatian orang-orang banyak dari kebenaran kepada apa yang dikehendaki pembesar-pembesar mereka dan orang awam walaupun salah.
Janganlah kaum Muslimin menyangka bahwa Ahli Kitab yang perbuatannya jelek dan mengelabui itu akan terlepas dari siksaan, bahkan mereka merasakan azab yang pedih. Kaum mukminin tidak perlu merasa sedih dan cemas atas penyelewengan mereka, tetapi hendaklah tetap menjelaskan yang hak dan jangan sekali-kali menyembunyikannya sedikit pun. Allah akan memenuhi apa yang menjadi keinginan kaum Muslimin dan melenyapkan hal-hal yang mungkar yang telah dilarang itu. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang gangguan dan kecaman-kecaman kaum Yahudi terhadap Nabi Muhammad saw, dalam ayat ini Allah menjelaskan perbuatan mereka yang aneh-aneh dan tidak wajar, seperti melalaikan ajaran Taurat dan tidak melaksanakannya. | BEBERAPA KEBURUKAN AHLI KITAB | Kosakata: Nabażūhuنَبَذُوْهُ (Āli ‘Imrān/3: 187)
Kata nabaża-yanbiżu berarti “melemparkan”, “meremehkan”, “me-ngingkari”. Minuman yang berasal dari perasan anggur atau kurma disebut nabiż. Arti dari asal kata ini yaitu nabż adalah “membuang sesuatu yang tidak berguna seperti sandal yang rusak”. Dalam ayat ini, nabaża berarti melemparkan atau mengabaikan/meremehkan, sehingga nabażūhu maknanya “mereka melemparkannya”. Kata ini dikaitkan dengan sikap pemuka agama Yahudi, yaitu ketika mereka mengetahui keterangan-keterangan dari Kitab Taurat dan janji Allah, mereka menyembunyikan dan mengabaikannya. Sikap seperti ini muncul karena adanya rasa benci dan dengki terhadap Nabi Muhammad saw. Ungkapan nabażūhu warā’a ẓuhūrihim (melemparkan ke belakang punggung) merupakan kiasan dari pengabaian secara penuh. Kata melemparkan saja sudah cukup untuk menunjukkan pengabaian, apa lagi kalau pelemparan itu ke belakang punggung. | null | null |
482 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 189 | 75 | 8 | 4 | 1 | وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ | Wa lillāhi mulkus-samāwāti wal-arḍ(i), wallāhu ‘alā kulli syai'in qadīr(un). | Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. | null | null | Dan milik Allah-lah seluruh kerajaan langit dan bumi dengan segala isinya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu terhadap ciptaan-Nya dengan memberinya kehidupan dan rezeki, mengatur, mematikan, membalas, dan menghitung setiap amal perbuatan manusia. | Kerajaan langit dan bumi dikuasai Allah, diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, tidaklah sulit bagi-Nya memberikan pertolongan dan memenangkan kaum Muslimin atas Ahli Kitab dan para musyrikin yang menyakiti mereka dengan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Dalam ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang gangguan dan kecaman-kecaman kaum Yahudi terhadap Nabi Muhammad saw, dalam ayat ini Allah menjelaskan perbuatan mereka yang aneh-aneh dan tidak wajar, seperti melalaikan ajaran Taurat dan tidak melaksanakannya. | BEBERAPA KEBURUKAN AHLI KITAB | Kosakata: Nabażūhuنَبَذُوْهُ (Āli ‘Imrān/3: 187)
Kata nabaża-yanbiżu berarti “melemparkan”, “meremehkan”, “me-ngingkari”. Minuman yang berasal dari perasan anggur atau kurma disebut nabiż. Arti dari asal kata ini yaitu nabż adalah “membuang sesuatu yang tidak berguna seperti sandal yang rusak”. Dalam ayat ini, nabaża berarti melemparkan atau mengabaikan/meremehkan, sehingga nabażūhu maknanya “mereka melemparkannya”. Kata ini dikaitkan dengan sikap pemuka agama Yahudi, yaitu ketika mereka mengetahui keterangan-keterangan dari Kitab Taurat dan janji Allah, mereka menyembunyikan dan mengabaikannya. Sikap seperti ini muncul karena adanya rasa benci dan dengki terhadap Nabi Muhammad saw. Ungkapan nabażūhu warā’a ẓuhūrihim (melemparkan ke belakang punggung) merupakan kiasan dari pengabaian secara penuh. Kata melemparkan saja sudah cukup untuk menunjukkan pengabaian, apa lagi kalau pelemparan itu ke belakang punggung. | null | 1. Orang-orang yang diberi Kitab telah diambil janjinya, agar isi Kitab itu diterangkan kepada manusia dan jangan sekali-kali disembunyikan. Tetapi mereka menyalahi janjinya, bahkan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Perbuatan mereka itu adalah buruk.
2. Kegembiraan Ahli Kitab atas pekerjaan yang telah mereka kerjakan dan kesenangan mereka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka kerjakan, mereka menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih. Allah yang menguasai langit dan bumi Mahakuasa menentukan segala sesuatu. |
483 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 190 | 75 | 8 | 4 | 1 | اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ | Inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri la'āyātil li'ulil-albāb(i). | Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, | null | null | Setelah menjelaskan keburukan-keburukan orang Yahudi dan menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah, pada ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal keagungan, kemuliaan, dan kebesaranNya. Sesungguhnya dalam penciptaan benda-benda angkasa, matahari, bulan, beserta planet-planet lainnya dan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit dan perputaran bumi pada porosnya yang terhampar luas untuk manusia, dan pergantian malam dan siang, pada semua fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal yakni orang yang memiliki akal murni yang tidak diselubungi oleh kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan. | Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw berkata: “Wahai Aisyah, saya pada malam ini beribadah kepada Allah.” Jawab Aisyah r.a. “Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya.” Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan. Maka bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudu, tidak jauh dari tempatnya lalu salat.
Pada waktu salat beliau menangis sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya, “Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah telah menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata, “Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya.”
Memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sabaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya bagi orang-orang yang berakal. Memikirkan terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur dengan menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual beriman. Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan tidaklah menciptakan semua fenomena itu dengan sia-sia. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Aṭ-Ṭabarī dan Ibnu Abi Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan berkata, “Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Pertanyaan itu dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya.”
Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu jadi emas untuk kami.” Maka berdoalah Nabi Muhammad saw kepada Allah dan turunlah ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, Hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. | FAEDAH SELALU INGAT KEPADA ALLAH DAN
MERENUNGKAN CIPTAANNYA | Kosakata: Ulul-Albāb اُولُو اْلاَلْبَابِ (Āli ‘Imrān/3: 190)
Istilah ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Yang pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawū (mereka yang mempunyai). Sedang yang kedua (al-albāb) merupakan bentuk jamak dari lub, yang artinya “inti sari” atau “saripati sesuatu”. Kacang misalnya, benda ini memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang yang diselubungi kulit itu disebut dengan lub. Ulul-albāb secara harfiyah bermakna “orang-orang yang mempunyai saripati istimewa dalam dirinya”, yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit, atau ide-ide yang sering kali memunculkan kerancuan-kerancuan dalam penalaran atau pendapat yang dicetuskan. Orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenungkan atau menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. | null | null |
484 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 191 | 75 | 8 | 4 | 1 | الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ | Al-lażīna yażkurūnallāha qiyāmaw wa qu‘ūdaw wa ‘alā junūbihim wa yatafakkarūna fi khalqis-samāwāti wal-arḍ(i), rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā(n), subḥānaka fa qinā ‘ażāban-nār(i). | (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka. | null | null | Orang-orang berakal yaitu orang-orang yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah, merenungkan keindahan ciptaan-Nya, kemudian dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah yang terbentang di jagat raya ini, seraya berzikir kepada Allah dengan hati, lisan, dan anggota tubuh. Mereka mengingat Allah sambil berdiri dan berjalan dengan melakukan aktivitas kehidupan. Mereka berzikir kepada-Nya seraya duduk di majelis-majelis zikir atau masjid, atau berzikir kepada-Nya dalam keadaan berbaring menjelang tidur dan saat istirahat setelah beraktivitas, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sebagai bukti kekuasaan Allah yang Mahaagung seraya berkata, “Ya Tuhan kami! Kami bersaksi bahwa tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia melainkan mempunyai hikmah dan tujuan di balik ciptaan itu semua. Mahasuci Engkau, kami bersaksi tiada sekutu bagi-Mu. Kami mohon kiranya Engkau melimpahkan taufik agar kami mampu beramal saleh dalam rangka menjalankan perintah-Mu, dan lindungilah kami dari murka-Mu sehingga kami selamat dari azab neraka. | Salah satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan dibanding makhluk lain, yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya. Ia selalu mengingat Allah di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan alam dan kekuasaan Allah.
Dengan berulang-ulang direnungkan hal-hal tersebut secara mendalam, sesuai dengan sabda Nabi saw, “Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah, dan jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat-Nya.
Akhirnya setiap orang yang berakal akan mengambil kesimpulan dan berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat. Mahasuci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan-bukan yang ditujukan kepada Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-orang yang tidak beriman.
Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, sungguh merupakan fenomena yang sangat kompleks, yang terus menerus menjadi obyek penelitian umat manusia, sejak awal lahirnya peradaban manusia.
Dalam beberapa surah, antara lain Surah al-A‘rāf/7 ayat 54, disebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi berlangsung dalam waktu enam masa (lihat pula Telaah Ilmiah Surah al-A‘rāf/7:54).
Begitu kompleksnya penciptaan langit dan bumi yang berlangsung dalam enam masa telah dijelaskan oleh Dr.Achmad Marconi (lihat: Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan Sains Modern, Pustaka Jaya, 2003) sebagai berikut: Kata ayyam adalah bentuk jamak dari yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan keadaan terangnya siang, ditafsirkan sebagai ‘masa’. Sedang bentuk jamaknya: ayyam, dapat berarti ‘beberapa hari’ dan bahkan dapat berarti ‘waktu yang lama’. Dilihat dari penggunaan kata ayyam pada ayat di atas menunjukkan sifat relatif waktu dengan memperbandingkan waktu manusia dengan waktu yang berlaku bagi gerak energi-materi alam semesta. Oleh Abdullah Yusuf Ali, (The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentary,1934), kata yaum (bentuk tunggal dari ayyam) disetarakan dengan kata dalam bahasa Inggris age atau aeon. Oleh Abdus Su‘ud, ahli tafsir abad ke-16, kata yaum disetarakan dengan pengertian “peristiwa” atau naubat. Lebih tepat bila kata yaum diterjemahkan sebagai “tahap” atau periode atau masa. Dengan demikian kalimat fī sittati ayyam dalam ayat-54 Surah al-A‘rāf/7 di atas, tepat untuk diterjemahkan sebagai ‘dalam enam masa’.
Marconi (2003) menjelaskan keenam masa tersebut adalah: Masa Pertama, Sejak ‘Dentuman Besar’ (Big Bang) dari Singularity, sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce), ruang-waktu mulai memisah. Namun Kontinuum Ruang-Waktu yang lahir masih berujud samar-samar, di mana energi-materi dan ruang-waktu tidak jelas bedanya. Masa Kedua, massa terbentuknya inflasi Jagad Raya, namun Jagad Raya ini masih belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Gaya Nuklir-Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental: quarks, antiquarks, dsb. Jagad Raya mulai mengembang. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Gaya Nuklir-Lemah mulai terpisah dari Gaya Elektromagnetik. Inti-inti atom seperti proton, netron, dan meson tersusun dari quark-quark ini. Masa ini dikenal sebagai masa pembentukan inti-inti atom (Nucleosyntheses). Ruang, waktu serta materi dan energi, mulai terlihat terpisah. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum terikat oleh inti-atom untuk membentuk atom yang stabil. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan Jagad Raya, terus mengembang dan mulai nampak transparan. Masa Keenam, Jagad raya terus mengembang, atom-atom mulai membentuk aggregat menjadi molekul-molekul, makro-molekul, kemudian membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata surya-tata surya, dan planet-planet.
Demikian pula silih bergantinya malam dan siang, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan ‘rotasi bumi’ (yaitu bumi berputar pada sumbunya), seraya ‘mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring’. Dalam fenomena fisika bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Jadi silih bergantinya malam dan siang terjadi karena adanya gerakan rotasi bumi yang berkitar mengelilingi sebuah bintang, yaitu matahari. Karena gerakannya miring, gerakan perkitaran bumi mengelilingi matahari juga memberikan dampak musim yang berbeda-beda, tergantung dari posisi tempat di bumi terhadap matahari. Selain itu rotasi bumi dalam berkitar mengelilingi matahari, distabilkan oleh bulan yang berputar mengelilingi bumi, dalam istilah astronomi, bulan memberikan rotational dynamic stability pada rotasi bumi yang berkitar mengelilingi matahari. Planet-planet lain yang juga mengelilingi matahari, memberikan pula rotational dinamic stability kepada perkitaran bumi terhadap matahari, Subhanallah! Terbukti bahwa eksistensi bulan sangat diperlukan agar precession (perkitaran) bumi pada sumbunya stabil. Bulan memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 10-100 tahun, sedang Venus dan Mars memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 100-500 tahun. Sedang planet Jupiter dan Saturnus, juga ikut memberikan rotational dynamic stability terhadap bumi kita ini, selain juga bertindak sebagai shield (perisai) bagi bumi terhadap hamburan meteor yang akan membentur bumi (komunikasi personal dengan Prof. Dr. Ir. Said D. Jenie, pakar Mekanika Benda Langit ITB)(lihat juga Telaah Ilmiah Surah al-An‘ām, ayat 96).
Jelaslah, begitu kompleksnya fenomena ciptaan Allah swt. tentang ‘Penciptaan Langit dan Bumi, serta silih bergantinya malam dan siang’ ini. Hanya para ilmuwan dan filosof yang sangat ulung dan tekun serta tawaḍu’, yang akan mampu menyingkap rahasia alam ini. Merekalah yang disebut sebagai Ulil Albāb pada ayat di atas. Penciptaan Langit dan Bumi sangat kompleks, dan baru ‘sedikit’ yang diketahui manusia tentang itu. Silih bergantinya malam pun juga sangat kompleks. Dalam era modern ini, ilmu pengetahuan telah mampu menyingkap bahwa bulan, planet Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus, semuanya memberikan pengaruh berupa rotational dynamic stability pada rotasi bumi dalam berkitar mengelilingi matahari itu. Mereka inilah (para ulil albāb) yang sampai kepada kesimpulan: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Aṭ-Ṭabarī dan Ibnu Abi Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan berkata, “Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Pertanyaan itu dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya.”
Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu jadi emas untuk kami.” Maka berdoalah Nabi Muhammad saw kepada Allah dan turunlah ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, Hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. | FAEDAH SELALU INGAT KEPADA ALLAH DAN
MERENUNGKAN CIPTAANNYA | Kosakata: Ulul-Albāb اُولُو اْلاَلْبَابِ (Āli ‘Imrān/3: 190)
Istilah ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Yang pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawū (mereka yang mempunyai). Sedang yang kedua (al-albāb) merupakan bentuk jamak dari lub, yang artinya “inti sari” atau “saripati sesuatu”. Kacang misalnya, benda ini memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang yang diselubungi kulit itu disebut dengan lub. Ulul-albāb secara harfiyah bermakna “orang-orang yang mempunyai saripati istimewa dalam dirinya”, yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit, atau ide-ide yang sering kali memunculkan kerancuan-kerancuan dalam penalaran atau pendapat yang dicetuskan. Orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenungkan atau menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. | null | null |
485 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 192 | 75 | 8 | 4 | 1 | رَبَّنَآ اِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ اَخْزَيْتَهٗ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ | Rabbanā innaka man tudkhilin-nāra faqad akhzaitah(ū), wa mā liẓ-ẓālimīna min anṣār(in). | Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim. | null | null | Mereka berdoa kepada Allah Sang Pencipta yang menghidupkan dan mematikan. Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka karena menyekutukan-Mu dan akibat keangkuhannya, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya dengan menimpakan azab yang pedih, dan tidak ada seorang penolong pun yang dapat memberikan pertolongan bagi orang yang zalim. Karena orang-orang zalim pantas mendapatkan murka dan siksaan dari Allah. | Ya Allah, Ya Tuhan kami, kami mohon dengan penuh khusyuk dan rendah hati, agar kami ini benar-benar dijauhkan dari api neraka, api yang akan membakar hangus orang-orang yang angkuh dan sombong di dunia ini, yang tidak mau menerima yang hak dan benar yang datang dari Engkau Pencipta seluruh alam. Kami tahu bahwa orang-orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, adalah orang-orang yang sungguh-sungguh telah Engkau hinakan karena kezaliman dan kekafiran yang telah mereka lakukan di dunia ini. Mereka terus-menerus merasakan siksa neraka itu, karena tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim dan kafir itu seorang penolong pun, yang dapat mengeluarkan mereka dari kepedihan siksa yang dialaminya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Aṭ-Ṭabarī dan Ibnu Abi Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan berkata, “Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Pertanyaan itu dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya.”
Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu jadi emas untuk kami.” Maka berdoalah Nabi Muhammad saw kepada Allah dan turunlah ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, Hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. | FAEDAH SELALU INGAT KEPADA ALLAH DAN
MERENUNGKAN CIPTAANNYA | Kosakata: Ulul-Albāb اُولُو اْلاَلْبَابِ (Āli ‘Imrān/3: 190)
Istilah ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Yang pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawū (mereka yang mempunyai). Sedang yang kedua (al-albāb) merupakan bentuk jamak dari lub, yang artinya “inti sari” atau “saripati sesuatu”. Kacang misalnya, benda ini memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang yang diselubungi kulit itu disebut dengan lub. Ulul-albāb secara harfiyah bermakna “orang-orang yang mempunyai saripati istimewa dalam dirinya”, yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit, atau ide-ide yang sering kali memunculkan kerancuan-kerancuan dalam penalaran atau pendapat yang dicetuskan. Orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenungkan atau menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. | null | null |
486 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 193 | 75 | 8 | 4 | 1 | رَبَّنَآ اِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُّنَادِيْ لِلْاِيْمَانِ اَنْ اٰمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاٰمَنَّا ۖرَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَبْرَارِۚ | Rabbanā innanā sami‘nā munādiyay yunādī lil-īmāni an āminū birabbikum fa āmannā, rabbanā fagfir lanā żunūbanā wa kaffir ‘annā sayyi'ātinā wa tawaffanā ma‘al-abrār(i). | Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru pada keimanan, yaitu ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,’ maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang selalu berbuat kebaikan. | null | null | Lalu mereka memohon lagi. Ya Tuhan kami, Pencipta dan Pemberi karunia! Sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, yaitu Nabi Muhammad dengan Al-Qur’an, mengajak seluruh umat untuk mengesakan-Mu, menaati perintah-Mu, dan menjauhi laranganMu, seraya menyeru, “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, pencipta alam semesta, dan pemberi karunia kepada seluruh hamba-Nya,” maka kami pun beriman dan mematuhi petunjuknya dan mengikuti jalannya. Oleh karena itu, Ya Tuhan kami, kiranya Engkau tutupi aib kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, yang telah kami lakukan akibat kelalaian kami, dan matikanlah kami dalam kebaikan, tetapkanlah kami pada kebenaran beserta orang-orang yang berbakti yaitu para pengikut rasul-rasul-Mu, di bawah naungan rida-Mu dalam keadaan memeluk agama Islam. | Setelah mengucapkan doa yang didasarkan kepada tafakur dan renungan tentang alam dan segala keajaibannya seperti tersebut di atas, maka disusul lagi dengan doa yang menggambarkan perhatian pada panggilan yang didengarnya. Ya Allah kami telah mendengar seruan Rasul-Mu, yang menyeru agar kami beriman kepada-Mu dan membenarkan firman-Mu, maka segera kami beriman, melakukan segala perintah-Mu, menjauhi segala larangan-Mu, sesuai dengan anjuran yang dibawa oleh Rasul-Mu.
Oleh karena itu ampunilah dosa-dosa yang telah kami lakukan dan hapuskanlah dari kami dosa-dosa kecil yang pernah kami perbuat, serta matikanlah kami di dalam keadaan ḥusnul-khātimah, bersama-sama dengan orang-orang baik yang banyak berbuat kebajikan. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Aṭ-Ṭabarī dan Ibnu Abi Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan berkata, “Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Pertanyaan itu dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya.”
Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu jadi emas untuk kami.” Maka berdoalah Nabi Muhammad saw kepada Allah dan turunlah ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, Hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. | FAEDAH SELALU INGAT KEPADA ALLAH DAN
MERENUNGKAN CIPTAANNYA | Kosakata: Ulul-Albāb اُولُو اْلاَلْبَابِ (Āli ‘Imrān/3: 190)
Istilah ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Yang pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawū (mereka yang mempunyai). Sedang yang kedua (al-albāb) merupakan bentuk jamak dari lub, yang artinya “inti sari” atau “saripati sesuatu”. Kacang misalnya, benda ini memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang yang diselubungi kulit itu disebut dengan lub. Ulul-albāb secara harfiyah bermakna “orang-orang yang mempunyai saripati istimewa dalam dirinya”, yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit, atau ide-ide yang sering kali memunculkan kerancuan-kerancuan dalam penalaran atau pendapat yang dicetuskan. Orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenungkan atau menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. | null | null |
487 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 194 | 75 | 8 | 4 | 1 | رَبَّنَا وَاٰتِنَا مَا وَعَدْتَّنَا عَلٰى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ | Rabbanā wa ātinā mā wa‘attanā ‘alā rusulika wa lā tukhzinā yaumal-qiyāmah(ti), innaka lā tukhliful-mī‘ād(a). | Ya Tuhan kami, anugerahilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji.” | null | null | Mereka pun berdoa lagi. Ya Tuhan kami Yang Mahabijaksana! Kami memohon kepada-Mu, berilah kami karunia sebagaimana apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu berupa pahala, ampunan, dan berada di dekat-Mu di surga yang penuh kenikmatan. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat di hadapan semua saksi pada hari berkumpulnya seluruh umat manusia dari setiap generasi. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji. Tidak ada ucapan yang lebih baik daripada ucapan-Mu. Kami menunggu apa yang telah Engkau janjikan dan kabarkan, sebagaimana yang telah Engkau sebutkan dalam kitab suci-Mu yang diturunkan melalui utusan-Mu . | Ya Tuhan kami! Kami telah melaksanakan segala perintah-Mu. Kami selalu mengingat-Mu setiap waktu dan setiap keadaan. Kami telah memenuhi seruan Rasul-Mu. Oleh karena itu, ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami apa-apa yang telah Engkau janjikan dengan perantaraan rasul-rasul. Engkau telah menjanjikan kekuasaan di dunia ini dengan firman Engkau:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, ….(an-Nūr/24:55).
Engkau telah menjanjikan kemenangan dan pertolongan bagi orang yang taat dan menjunjung tinggi agama Engkau, dengan firman-Mu:
اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ
…. Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu ….. (Muhammad/47:7).
Kemudian dalam ayat yang lain Allah berfirman:
وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,… (at-Taubah/9:72).
Hal-hal tersebut di atas merupakan kebahagiaan dunia dan akhirat yang sangat kami harapkan dan jangan sekali-kali Engkau hinakan kami pada hari kiamat sesuai dengan firman Engkau:
يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ
… Pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya… (at-Taḥrīm/66:8).
Semua ini kami mohon dengan segala kerendahan hati, untuk memantapkan pengamalan kami atas segala perintah-Mu, karena dengan demikian kami akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, dan bukan sekali-kali tidak ragu atas segala janji-Mu, karena kami percaya dengan penuh keyakinan bahwa Engkau tidak akan menyalahi janji sedikit pun. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Aṭ-Ṭabarī dan Ibnu Abi Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan berkata, “Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Pertanyaan itu dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya.”
Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu jadi emas untuk kami.” Maka berdoalah Nabi Muhammad saw kepada Allah dan turunlah ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, Hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. | FAEDAH SELALU INGAT KEPADA ALLAH DAN
MERENUNGKAN CIPTAANNYA | Kosakata: Ulul-Albāb اُولُو اْلاَلْبَابِ (Āli ‘Imrān/3: 190)
Istilah ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Yang pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawū (mereka yang mempunyai). Sedang yang kedua (al-albāb) merupakan bentuk jamak dari lub, yang artinya “inti sari” atau “saripati sesuatu”. Kacang misalnya, benda ini memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang yang diselubungi kulit itu disebut dengan lub. Ulul-albāb secara harfiyah bermakna “orang-orang yang mempunyai saripati istimewa dalam dirinya”, yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit, atau ide-ide yang sering kali memunculkan kerancuan-kerancuan dalam penalaran atau pendapat yang dicetuskan. Orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenungkan atau menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. | null | null |
488 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 195 | 76 | 8 | 4 | 1 | فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۚ فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الثَّوَابِ | Fastajāba lahum rabbuhum annī lā uḍī‘u ‘amala ‘āmilim minkum min żakarin au unṡā, ba‘ḍukum mim ba‘ḍ(in), fal-lażīna hājarū wa ukhrijū min diyārihim wa ūżū fī sabīlī wa qātalū wa qutilū la'ukaffiranna ‘anhum sayyi'ātihim wa la udkhilannahum jannātin tajrī min taḥtihal-anhār(u), ṡawābam min ‘indillāh(i), wallāhu ‘indahū ḥusnuṡ-ṡawāb(i). | Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka, orang-orang yang berhijrah, diusir dari kampung halamannya, disakiti pada jalan-Ku, berperang, dan terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai pahala dari Allah. Di sisi Allahlah ada pahala yang baik.” | null | null | Setelah mereka (Ulul Albab) memanjatkan pujian dan doa kepada Allah dengan tulus dan penuh harapan, maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dan mewujudkan harapannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal perbuatan atau usaha orang yang beramal serta pahala orang-orang yang berbuat kebajikan di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya memperoleh imbalan yang sama; tidak ada perbedaan antara keduanya, karena sebagian kamu adalah keturunan dari sebagian yang lain, sehingga kalian adalah bersaudara. Karenanya tidak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya di sisi Allah (Lihat: Surah an-Nahl/16: 97). Maka orang yang berhijrah meninggalkan negeri, keluarga, dan harta kekayaan mereka, yang karena mempertahankan keimanannya mereka diusir dari kampung halamannya, dan mereka yang disakiti lantaran berjuang pada jalan-Ku, mereka yang berperang atau berjuang dan yang terbunuh dalam perjuangan membela agamaKu pasti akan Aku hapus atau ampuni kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Ampunan serta kenikmatan-kenikmatan yang mereka peroleh adalah sebagai pahala atau imbalan dari Allah yang Maha Pemurah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik yang menyenangkan serta anugerah yang teragung. | Ummi Salamah pernah berkata, “Ya Rasulullah! Saya tidak mendengar Allah menyebut-nyebut perempuan sedikit pun yang berkenaan dengan hijrah.” Maka turunlah ayat ini. Atas ketekunan mereka beramal baik, penuh dengan keikhlasan yang dibarengi doa yang sungguh-sungguh, maka Allah memperkenankan permohonan mereka.
Dijelaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal seseorang yang taat dan tidak akan membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memberi pahala dan balasan, karena kedua jenis ini satu sama lain turun menurunkan, perempuan berasal dari laki-laki dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu barang siapa hijrah, baik laki-laki maupun perempuan, diusir dari kampung halamannya, disiksa karena ia tekun di jalan Allah, memerangi musuh-musuh Allah yang akhirnya mati syahid, tewas di medan perang, pasti Allah akan menghapuskan segala kesalahannya, mengampuni dosanya dan pasti pula akan masukkan ke dalam surga, merupakan pahala dan balasan dari Dia, sebagai perwujudan doa dari permohonan yang diperkenankan-Nya. Alangkah berbahagia mereka, memperoleh pahala dan balasan dari Allah, karena memang pahala dan balasan yang sebaik-baiknya ialah yang datang dari Allah swt. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Aṭ-Ṭabarī dan Ibnu Abi Ḥātim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan berkata, “Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Pertanyaan itu dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya.”
Sesudah itu mereka pergi mendatangi kaum Nasrani dan berkata, “Bagaimana halnya Isa?” Pertanyaan itu dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit Safa itu jadi emas untuk kami.” Maka berdoalah Nabi Muhammad saw kepada Allah dan turunlah ayat ini, mengajak agar mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, Hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. | FAEDAH SELALU INGAT KEPADA ALLAH DAN
MERENUNGKAN CIPTAANNYA | Kosakata: Ulul-Albāb اُولُو اْلاَلْبَابِ (Āli ‘Imrān/3: 190)
Istilah ulul-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulū dan al-albāb. Yang pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawū (mereka yang mempunyai). Sedang yang kedua (al-albāb) merupakan bentuk jamak dari lub, yang artinya “inti sari” atau “saripati sesuatu”. Kacang misalnya, benda ini memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang yang diselubungi kulit itu disebut dengan lub. Ulul-albāb secara harfiyah bermakna “orang-orang yang mempunyai saripati istimewa dalam dirinya”, yaitu orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit, atau ide-ide yang sering kali memunculkan kerancuan-kerancuan dalam penalaran atau pendapat yang dicetuskan. Orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenungkan atau menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. | null | 1. Kejadian langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam menunjukkan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal.
2. Orang yang berakal senantiasa mengingat Allah, baik waktu berdiri, duduk maupun pada waktu berbaring. Waktu mereka banyak dipergunakan untuk mengingat Allah, yang membawa kepada kesimpulan bahwa Allah Mahasuci dan Maha Pencipta alam semesta dengan penuh hikmah.
3. Atas permohonan yang keluar dari hati yang penuh keikhlasan dan keyakinan yang mantap sebagai hasil dari tafakur yang mendalam, Allah memperkenankan segala doa itu, dengan satu pernyataan bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. |
489 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 196 | 76 | 8 | 4 | 1 | لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى الْبِلَادِۗ | Lā yagurrannaka taqallubul-lażīna kafarū fil-bilād(i). | Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh bolak-balik perjalanan orang-orang yang kufur di seluruh negeri. | null | null | Jangan sekali-kali kamu, wahai Rasul, teperdaya atau tertipu oleh kegiatan orang-orang kafir yang bergerak dengan bebas kesana kemari di seluruh negeri dengan mengiming-imingi pangkat, harta, dan kenikmatan-kenikmatan sementara yang cepat sirna. | Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw namun dimaksudkan pula untuk umatnya, sebagaimana kita lihat banyak ayat yang menurut bunyinya ditujukan kepada Nabi saw, tetapi pada hakikatnya ditujukan pula kepada semua pengikutnya. Nabi Muhammad saw selama hidupnya tidak pernah teperdaya oleh bujukan dan tipuan siapa pun, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Qatadah, ia berkata, “Demi Allah mereka tidak pernah berhasil memperdayakan Nabi saw sampai beliau wafat.”
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin tidak boleh teperdaya oleh kehidupan mewah orang-orang kafir yang tujuan hidupnya hanyalah mencari kekayaan dunia semata.
Kaum Muslimin hendaklah tabah dan sabar menghadapi hal yang seperti ini dan tetap berjuang untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧ (القصص)
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (al-Qaṣaṣ/28:77). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah pada ayat-ayat yang lalu umat Islam dianjurkan untuk mengenal kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya, maka ayat-ayat ini menjelaskan bahwa yang takwa dan taat pada ajaran-Nya akan mendapat kebahagiaan abadi. Sedang mereka yang ingkar hanya akan mendapat kesenangan sementara. | KESENANGAN SEMENTARA BAGI ORANG KAFIR
DAN KEBAHAGIAAN ABADI BAGI ORANG MUKMIN | Kosakata: Taqallub تَقَلُّبُ (Āli ‘Imrān/3: 196)
Kata taqallub merupakan bentuk masdar dari kata kerja taqallaba-yataqallabu, yang artinya “berubah-ubah”, “bolak balik”, “berpindah-pindah”, “menikmati”. Dalam ayat ini taqallub berarti “berpindah-pindah atau bergerak”, yaitu kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu tempat ke tempat lain mengharuskan adanya kemampuan fisik dan materi, sebab aktivitas itu tentu memerlukan kedua hal tersebut. Lebih lagi kalau kebebasan bergerak itu berupa perpindahan dari satu profesi ke profesi lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam kaitan dengan ayat ini, kata tersebut dikaitkan dengan kegiatan orang kafir yang hendaknya jangan sampai menjadikan orang mukmin teperdaya atau terpengaruh, sebab apa yang mereka lakukan sebenarnya hanya merupakan kenikmatan sesaat saja. | null | null |
490 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 197 | 76 | 8 | 4 | 1 | مَتَاعٌ قَلِيْلٌ ۗ ثُمَّ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗوَبِئْسَ الْمِهَادُ | Matā‘un qalīl(un), ṡumma ma'wāhum jahannam(u), wa bi'sal-mihād(u). | (Semua itu hanyalah) kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah (neraka) Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat tinggal. | null | null | Semua yang ditawarkan orang-orang kafir berupa pangkat, harta benda, dan kemewahan itu hanyalah kesenangan sementara yang tidak bernilai jika dibanding dengan pahala Allah di surga kelak yang penuh kenikmatan dan abadi. Kemudian Allah menetapkan bagi orang-orang kafir tersebut tempat kembali mereka setelah mati, ialah neraka Jahanam agar mereka merasakan azab Allah. Neraka Jahanam itu adalah seburuk buruk tempat tinggal bagi orang-orang kafir dan mereka yang melakukan perbuatan keji selama di dunia. | Orang mukmin tidak perlu cemas, tidak perlu berkecil hati melihat kemewahan yang diperoleh orang kafir, musuh Tuhan itu, karena yang demikian adalah kesenangan yang tidak banyak berarti dibanding dengan pahala dan kesenangan yang disediakan untuk orang mukmin di akhirat nanti. Nabi Muhammad bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِى اْلاٰخِرَةِ اِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ اَحَدُكُمْ اُصْبُعَهُ فِى الْيَمِّ (رواه مسلم)
“Perbandingan hidup di dunia dengan hidup di akhirat hanyalah seperti jari tangan seseorang yang dimasukkan di dalam laut.” (Riwayat Muslim).
Air yang menempel di jari, itulah dunia, dan air laut itulah akhirat. Hidup di dunia hanya sementara, karena mereka bersenang-senang hanya selama hidup saja, kemudian setelah meninggal, mereka akan ditempatkan di tempat yang seburuk-buruknya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah pada ayat-ayat yang lalu umat Islam dianjurkan untuk mengenal kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya, maka ayat-ayat ini menjelaskan bahwa yang takwa dan taat pada ajaran-Nya akan mendapat kebahagiaan abadi. Sedang mereka yang ingkar hanya akan mendapat kesenangan sementara. | KESENANGAN SEMENTARA BAGI ORANG KAFIR
DAN KEBAHAGIAAN ABADI BAGI ORANG MUKMIN | Kosakata: Taqallub تَقَلُّبُ (Āli ‘Imrān/3: 196)
Kata taqallub merupakan bentuk masdar dari kata kerja taqallaba-yataqallabu, yang artinya “berubah-ubah”, “bolak balik”, “berpindah-pindah”, “menikmati”. Dalam ayat ini taqallub berarti “berpindah-pindah atau bergerak”, yaitu kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu tempat ke tempat lain mengharuskan adanya kemampuan fisik dan materi, sebab aktivitas itu tentu memerlukan kedua hal tersebut. Lebih lagi kalau kebebasan bergerak itu berupa perpindahan dari satu profesi ke profesi lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam kaitan dengan ayat ini, kata tersebut dikaitkan dengan kegiatan orang kafir yang hendaknya jangan sampai menjadikan orang mukmin teperdaya atau terpengaruh, sebab apa yang mereka lakukan sebenarnya hanya merupakan kenikmatan sesaat saja. | null | null |
491 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 198 | 76 | 8 | 4 | 1 | لٰكِنِ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا نُزُلًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّلْاَبْرَارِ | Lākinil-lażīnattaqau rabbahum lahum jannātun tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā nuzulam min ‘indillāh(i), wa mā ‘indallāhi khairul lil-abrār(i). | Akan tetapi, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapat surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya sebagai karunia dari Allah. Apa yang di sisi Allah itu lebih baik bagi orang-orang yang selalu berbuat baik. | null | null | Setelah menjelaskan imbalan bagi orang-orang kafir, berikutnya Allah menjelaskan imbalan yang diberikan kepada orang-orang yang bertakwa. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dengan melakukan amal perbuatan yang disukai-Nya dan meninggalkan yang dibenci-Nya, niscaya mereka akan mendapat tempat tinggal yang nyaman dan penuh kenikmatan, yaitu surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang begitu jernih, indah, dan sedap dipandang mata. Keindahan dan kenikmatan surga tersebut belum pernah mereka lihat dan belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka kekal di dalamnya dan mereka tidak merasa takut atau khawatir, karena hati mereka selalu diliputi kegembiraan. Itu semua adalah sebagai karunia dari Allah yang disediakan untuk mereka. Dan apa yang di sisi Allah berupa pahala dan anugerah yang abadi adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti daripada kekayaan, kebanggaan diri, dan kemegahan sebagaimana yang diperoleh orang-orang kafir selama di dunia. | Berbeda dengan kaum kafir yang akan ditempatkan di dalam neraka, maka di akhirat nanti orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang mengamalkan perintah-perintah Allah, meninggalkan segala larangan-Nya, akan ditempatkan di dalam surga, kekal untuk selama-lamanya.
Alangkah bahagianya mereka, karena apa yang di sisi Allah itu adalah yang sebaik-baiknya bagi orang yang berbakti. Jauh lebih baik daripada kesenangan dan kemewahan yang dirasakan orang-orang kafir di dunia, karena sifatnya terbatas, yaitu selama hidup di dunia saja. Rasulullah memberi contoh nyata seperti yang disampaikan Umar bin al-Khaṭṭāb r.a. berkata:
جِئْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاِذَا هُوَ فِيْ مَشْرَبَةٍ وَاِنَّهُ لَعَلَى حَصِيْرٍ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَهُ شَيْءٌ. وَتَحْتَ رَأْسِهِ وِسَادَةٌ مِنْ اُدْمٍ حَشْوُهَا لِيْفٌ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ فَرْطٌ مَصْبُوْرٌ وَعِنْدَ رَأْسِهِ اُهُبٌ مُعَلَّقَةٌ. فَرَأَيْتُ اَثَرَ الْحَصِيْرِ فِيْ جَنْبَيْهِ فَبَكَيْتُ فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمْ فِيْهِ، وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ، فَقَالَ: اَمَا تَرْضَى اَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلاٰخِرَةُ؟ (رواه البخاري ومسلم)
“Saya berkunjung kepada Rasulullah saw, waktu itu beliau berada dalam sebuah ruangan, tidur di atas tikar yang tidak beralas. Di bawah kepalanya bantal dari kulit kambing yang diisi dengan sabut. Pada kedua kakinya daun penyamak terkumpul. Di alas kepalanya, kulit kambing tergantung. Saya melihat bekas tikar pada dua lambungnya, maka saya menangis. Beliau berkata, “Apa yang menyebabkan engkau menangis?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, Kisra dan Kaisar selalu di dalam kesenangan, kemewahan dan serba cukup dan Engkau adalah Rasulullah dan dalam keadaan begini?” Rasulullah menjawab, “Apakah Engkau tidak senang, bahwa dunia ini bagi mereka dan akhirat bagi kita” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim). | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah pada ayat-ayat yang lalu umat Islam dianjurkan untuk mengenal kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya, maka ayat-ayat ini menjelaskan bahwa yang takwa dan taat pada ajaran-Nya akan mendapat kebahagiaan abadi. Sedang mereka yang ingkar hanya akan mendapat kesenangan sementara. | KESENANGAN SEMENTARA BAGI ORANG KAFIR
DAN KEBAHAGIAAN ABADI BAGI ORANG MUKMIN | Kosakata: Taqallub تَقَلُّبُ (Āli ‘Imrān/3: 196)
Kata taqallub merupakan bentuk masdar dari kata kerja taqallaba-yataqallabu, yang artinya “berubah-ubah”, “bolak balik”, “berpindah-pindah”, “menikmati”. Dalam ayat ini taqallub berarti “berpindah-pindah atau bergerak”, yaitu kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu tempat ke tempat lain mengharuskan adanya kemampuan fisik dan materi, sebab aktivitas itu tentu memerlukan kedua hal tersebut. Lebih lagi kalau kebebasan bergerak itu berupa perpindahan dari satu profesi ke profesi lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam kaitan dengan ayat ini, kata tersebut dikaitkan dengan kegiatan orang kafir yang hendaknya jangan sampai menjadikan orang mukmin teperdaya atau terpengaruh, sebab apa yang mereka lakukan sebenarnya hanya merupakan kenikmatan sesaat saja. | null | null |
492 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 199 | 76 | 8 | 4 | 1 | وَاِنَّ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَمَنْ يُّؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ خٰشِعِيْنَ لِلّٰهِ ۙ لَا يَشْتَرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ | Wa inna min ahlil-kitābi lamay yu'minu billāhi wa mā unzila ilaikum wa mā unzila ilaihim khāsyi‘īna lillāh(i), lā yasytarūna bi'āyātillāhi ṡamanan qalīlā(n), ulā'ika lahum ajruhum ‘inda rabbihim, innallāha sarī‘ul-ḥisāb(i). | Sesungguhnya di antara Ahlulkitab ada yang beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka. Mereka berendah hati kepada Allah dan tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka itu memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah Maha Cepat perhitungan-Nya. | null | null | Setelah menjelaskan w yang diberikan Allah kepada orang-orang mukmin, kemudian Allah menjelaskan golongan mukmin lain-nya yang mendapat imbalan yang sama. Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab dari golongan Yahudi dan Nasrani ada kelompok orang-orang yang beriman kepada Allah dengan tulus, dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kamu yaitu kitab suci Al-Qur’an dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka, yaitu kitab Taurat dan Injil. Mereka menghimpun antara keimanan kepada nabi-nabi mereka sendiri dan keimanan kepada Nabi Muhammad serta ajaran-ajaran yang dibawa para nabi dalam keadaan berendah hati kepada Allah dengan tunduk dan patuh mengamalkan syariat-Nya, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah, demi meraih kekayaan materi dan kemewahan, serta kedudukan yang sifatnya sementara. Mereka yang tunduk dan patuh mengamalkan syariat-Nya kelak akan memperoleh pahala di sisi Tuhannya sebagai imbalan atas amal perbuatan yang telah mereka lakukan dengan tulus di dunia. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya, mampu menghitung jumlah yang banyak dalam waktu singkat. | Jābir bin Abdullāh, Anas, Ibnu Abbas, Qatādah dan al-Ḥasan berkata bahwa ayat ini diturunkan tentang an-Najasyi, raja bangsa Habasyi yang telah masuk Islam ketika meninggal. Malaikat Jibril memberitahu Nabi saw, maka Nabi berkata kepada sahabatnya, “Marilah kita (salat gaib) untuk an-Najasyi itu.” Sebagian sahabat dengan penuh keheranan bertanya, “Kenapa kami disuruh salat untuk orang kafir di negeri Habsyi?” Maka turunlah ayat ini.
Tidaklah semua Ahli Kitab itu menyimpang dari ajaran Allah, berkhianat, mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, tetapi ada sebagian dari mereka seperti an-Najasyi, Abdullah bin Salam dan lain-lain, mempunyai sejarah gemilang dalam hidupnya. Mereka benar-benar beriman kepada Allah, percaya kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saw, begitu pula kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada nabi-nabi, mereka taat dan rendah diri kepada Allah, tidak menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, maksudnya tidak menyembunyikan apa yang mereka ketahui tentang kedatangan Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Mereka adalah Ahli Kitab yang baik dan lurus, baik ia Yahudi maupun ia Nasrani. Mereka akan memperoleh pahala di sisi Tuhan sebagaimana yang telah dijanjikan dengan firman-Nya:
اُولٰۤىِٕكَ يُؤْتَوْنَ اَجْرَهُمْ مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَيَدْرَءُوْنَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ٥٤ (القصص)
Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-Qur’an) disebabkan kesabaran mereka, …. (al-Qaṣaṣ/28:54)
Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya karena segala sesuatunya diketahui-Nya dengan jelas, baik pahala yang akan diberikan-Nya maupun orang yang berhak menerimanya. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| null | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah pada ayat-ayat yang lalu umat Islam dianjurkan untuk mengenal kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya, maka ayat-ayat ini menjelaskan bahwa yang takwa dan taat pada ajaran-Nya akan mendapat kebahagiaan abadi. Sedang mereka yang ingkar hanya akan mendapat kesenangan sementara. | KESENANGAN SEMENTARA BAGI ORANG KAFIR
DAN KEBAHAGIAAN ABADI BAGI ORANG MUKMIN | Kosakata: Taqallub تَقَلُّبُ (Āli ‘Imrān/3: 196)
Kata taqallub merupakan bentuk masdar dari kata kerja taqallaba-yataqallabu, yang artinya “berubah-ubah”, “bolak balik”, “berpindah-pindah”, “menikmati”. Dalam ayat ini taqallub berarti “berpindah-pindah atau bergerak”, yaitu kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu tempat ke tempat lain mengharuskan adanya kemampuan fisik dan materi, sebab aktivitas itu tentu memerlukan kedua hal tersebut. Lebih lagi kalau kebebasan bergerak itu berupa perpindahan dari satu profesi ke profesi lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam kaitan dengan ayat ini, kata tersebut dikaitkan dengan kegiatan orang kafir yang hendaknya jangan sampai menjadikan orang mukmin teperdaya atau terpengaruh, sebab apa yang mereka lakukan sebenarnya hanya merupakan kenikmatan sesaat saja. | null | null |
493 | 3 | اٰل عمرٰن | Āli ‘Imrān | Ali ‘Imran | Keluarga Imran | 200 | 50 | Madaniyah | 200 | 76 | 8 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ | Yā ayyuhal-lażīna āmanuṣbirū wa ṣābirū wa rabiṭū, wattaqullāha la‘allakum tufliḥūn(a). | Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. | null | null | Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu semua dalam taat kepada Allah dengan meninggalkan perbuatan maksiat dan segala larangan dengan cara menjauhinya serta bertobatlah, dan kuatkanlah kesabaranmu terhadap musibah yang menimpamu maupun tingkah laku orang yang mungkin terasa menyakitkan. Dan tetaplah bersiap siaga dalam menghadapi musuh-musuh di perbatasan negerimu dengan selalu komitmen di jalan Allah, dan bertakwalah kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar kamu termasuk orang-orang yang beruntung, yakni mendapatkan imbalan yang besar dan abadi, atas ketaatan dan kesabaran kalian. Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan orang mukmin dengan empat perintah, yaitu bersabar, memperteguh kesabaran, komitmen di jalan Allah, dan bertakwa. Empat hal ini akan mengantarkan seseorang memperoleh keberuntungan. | Setelah membicarakan berbagai macam hikmah dan hukum sejak awal surah ini, maka untuk menjaga dan memantapkan pelaksanaan hal-hal tersebut, surah ini (Āli ‘Imrān) ditutup dengan anjuran agar orang beriman, sabar dan tabah melakukan segala macam perintah Allah, mengatasi semua gangguan dan cobaan, menghindari segala larangan-Nya, terutama bersabar dan tabah menghadapi lawan-lawan dan musuh agama. Jangan sampai musuh-musuh agama itu lebih sabar dan tabah dari kita sehingga kemenangan berada di pihak mereka. Hendaklah orang mukmin selalu bersiap siaga dengan segala macam cara dan upaya, berjihad, menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan mengurangi kewibawaan dan kemurnian serta keagungan agama Islam. Dan sebagai sari patinya orang mukmin dianjurkan agar benar-benar bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa di mana saja mereka berada, karena dengan bekal takwa itulah segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik, diberkahi, dan diridai oleh Allah swt.
Demikianlah, barang siapa di antara orang-orang yang beriman melaksanakan 4 macam anjuran tersebut, pasti akan mendapat kemenangan dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat. | Surah ketiga adalah Āli ‘Imrān (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200 ayat. Surah ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Āli ‘Imrān, karena dalam surah ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran Nabi Isa a.s., yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa dengan Adam a.s., dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa.
Surah al-Baqarah dan surah Āli ‘Imrān dinamakan az-Zahrawāni (dua surah yang cemerlang), karena kedua surah ini mengungkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad saw, dan sebagainya.
Pokok-pokok isinya
1. Keimanan
Dalil-dalil yang membantah perkataan orang Nasrani yang mengakui Isa a.s., adalah salah satu dari oknum-oknum Tuhan yang tiga. Ketauhidan adalah dasar dari agama-agama yang dibawa para nabi.
2. Hukum-hukum
Asas musyawarah; mubāhalah dan hukum riba.
3. Kisah-kisah
Kisah keluarga Imran, Perang Badar dan Perang Uhud dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya.
4. Lain-lain
Dalam surah ini disebutkan beberapa golongan manusia dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat, sifat-sifat Allah, sifat-sifat orang yang bertakwa, agama Islam adalah agama yang diridai Allah, akibat menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan, pengambilan perjanjian para nabi oleh Allah; perumpamaan-perumpamaan peringatan kepada orang mukmin; Ka‘bah adalah rumah ibadah yang paling tua; faedah mengingat Allah dan merenungkan ciptaan-Nya.
| Surah Āli ‘Imrān mengandung dalil-dalil dan alasan-alasan untuk membantah kaum Yahudi yang menyembunyikan keterangan tentang Nabi Muhammad dan kaum Nasrani yang mempertuhankan Nabi Isa a.s., menerangkan Perang Badar dan malapetaka yang menimpa Muslimin di Uhud, dan sebab-sebab mereka menderita itu agar dapat dijadikan pelajaran bagi mereka. | HUBUNGAN ANTARA SURAH AL-BAQARAH
DENGAN SURAH ĀLI ‘IMRĀN
1. Dalam surah al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. langsung diciptakan Allah, sedang dalam surah Ali Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa a.s. yang kedua-duanya di luar kebiasaan.
2. Dalam surah al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surah Āli ‘Imrān dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.
3. Surah al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik, sedang surah Āli ‘Imrān menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.
4. Surah al-Baqarah diakhiri dengan menyebutkan permohonan kepada Allah agar diampuni atas kesalahan-kesalahan dan kealpaan dalam melaksanakan ketaatan, sedang surah Āli ‘Imrān disudahi dengan permohonan kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
5. Surah al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan pertolongannya, sedang surah Āli ‘Imrān dimulai dengan menyebutkan bahwa Tuhan yang mereka mintakan pertolongan tersebut, adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya. | Setelah pada ayat-ayat yang lalu umat Islam dianjurkan untuk mengenal kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya, maka ayat-ayat ini menjelaskan bahwa yang takwa dan taat pada ajaran-Nya akan mendapat kebahagiaan abadi. Sedang mereka yang ingkar hanya akan mendapat kesenangan sementara. | KESENANGAN SEMENTARA BAGI ORANG KAFIR
DAN KEBAHAGIAAN ABADI BAGI ORANG MUKMIN | Kosakata: Taqallub تَقَلُّبُ (Āli ‘Imrān/3: 196)
Kata taqallub merupakan bentuk masdar dari kata kerja taqallaba-yataqallabu, yang artinya “berubah-ubah”, “bolak balik”, “berpindah-pindah”, “menikmati”. Dalam ayat ini taqallub berarti “berpindah-pindah atau bergerak”, yaitu kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kebebasan bergerak atau berpindah-pindah dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu tempat ke tempat lain mengharuskan adanya kemampuan fisik dan materi, sebab aktivitas itu tentu memerlukan kedua hal tersebut. Lebih lagi kalau kebebasan bergerak itu berupa perpindahan dari satu profesi ke profesi lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam kaitan dengan ayat ini, kata tersebut dikaitkan dengan kegiatan orang kafir yang hendaknya jangan sampai menjadikan orang mukmin teperdaya atau terpengaruh, sebab apa yang mereka lakukan sebenarnya hanya merupakan kenikmatan sesaat saja. | null | 1. Allah memperingatkan kepada umat Muhammad saw, agar jangan terpengaruh dan teperdaya dengan keleluasaan orang-orang kafir bergerak, kemewahan hidup serta kemajuan dalam perdagangan dan perusahaan mereka, karena kesemuanya itu terbatas, hanya selama ia masih hidup. Apabila mereka meninggal dunia mereka akan dimasukkan ke dalam satu tempat yang paling buruk, yaitu neraka. Orang-orang yang bertakwa kepada Allah akan dimasukkan ke dalam surga
2. Tidak semua Ahli Kitab berkhianat dan kafir, tetapi ada di antara mereka yang beriman kepada Allah, kepada Al-Qur’an, Kitab-kitab Samawi sebelumnya, tidak menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, seperti Abdullah bin Salam dan lain-lain. Karena itu Allah swt memberi pahala berlipat ganda kepada mereka.
3. Sebagai penutup dari Surah Āli ‘Imrān, dianjurkan kepada orang-orang mukmin, empat macam sifat utama untuk memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan, yaitu:
a. Bersabar menghadapi segala kesulitan dalam melaksanakan perintah Allah.
b. Tabah menghadapi lawan-lawan dan musuh-musuh Islam sampai tercapai kemenangan.
c. Selalu siap siaga menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa umat dan agama.
d. Bertakwa kepada Allah swt. |
494 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 1 | 77 | 9 | 4 | 1 | يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا | Yā ayyuhan-nāsuttaqū rabbakumul-lażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa minhā zaujahā wa baṡṡa minhumā rijālan kaṡīraw wa nisā'ā(n), wattaqullāhal-lażī tasā'alūna bihī wal-arḥām(a), innallāha kāna ‘alaikum raqībā(n). | Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.143) Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. | 143 | 143) Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam a.s. dan Hawa tidak diciptakan melalui proses evolusi hayati seperti makhluk hidup lainnya, tetapi diciptakan secara khusus seorang diri, lalu diciptakanlah pasangannya dari dirinya. Mekanismenya tidak dapat dijelaskan secara sains. Selanjutnya, barulah anak-anaknya lahir dari proses biologis secara berpasangan-pasangan sesuai kehendak-Nya. | Setelah pada surah sebelumnya Allah menjelaskan bahwa kitab suci merupakan petunjuk jalan menuju kebahagiaan dan bahwa inti seluruh kegiatan adalah tauhid, pada surah ini Allah menjelaskan bahwa untuk meraih tujuan tersebut manusia perlu menjalin persatuan dan kesatuan, serta menanamkan kasih sayang antara sesama. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mensyukuri karunia dan tidak mengkufuri nikmat-Nya. Dialah Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu yaitu Adam, dan Allah menciptakan pasangannya yaitu Hawa dari diri-nya yakni dari jenis yang sama dengan Adam; dan dari keduanya, pasangan Adam dan Hawa, Allah memperkembangbiakkan menjadi beberapa keturunan dari jenis laki-laki dan perempuan yang banyak kemudian mereka berpasang-pasangan sehingga berkembang menjadi beberapa suku bangsa yang berlainan warna kulit dan bahasa (Lihat: Surah arRum/30: 22). Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta pertolongan antar sesama, dengan saling membantu, dan juga peliharalah hubungan kekeluargaan dengan tidak memutuskan tali silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu karena setiap tindakan dan perilaku kamu tidak ada yang samar sedikit pun dalam pandangan Allah. Menjalin persatuan dan menjaga ikatan kekeluargaan adalah dasar ketakwaan yang dapat mengantarkan manusia ke tingkat kesempurnaan. | Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia agar bertakwa kepada Allah, yang memelihara manusia dan melimpahkan nikmat karunia-Nya. Dialah Yang menciptakan manusia dari seorang diri yaitu Adam. Dengan demikian, menurut jumhur mufasir, Adam adalah manusia pertama yang dijadikan oleh Allah. Kemudian dari diri yang satu itu Allah menciptakan pula pasangannya yang biasa disebut dengan nama Hawa. Dari Adam dan Hawa berkembang biaklah manusia. Dalam Al-Qur’an penciptaan Adam disebut dari tanah liat (al-An‘ām/6:2; as-Sajdah/32:7; Ṣād/38:71 dan dalam beberapa ayat lagi). Dalam an-Nisā’/4:1 disebutkan "... dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari dirinya; ..." Kata-kata dalam Surah an-Nisā’ ayat pertama ini sering menimbulkan salah pengertian di kalangan awam, terutama di kalangan perempuan, karena ada anggapan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk Adam, yang sering dipertanyakan oleh kalangan feminis. Ayat itu hanya menyebut ... wa khalaqa minhā zaujahā, yang diterjemahkan dengan menciptakan pasangannya dari dirinya; lalu ada yang mengatakan bahwa perempuan itu diciptakan dari rusuk Adam, dan pernyataan yang terdapat dalam beberapa hadis ini ada yang mengira dari Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an nama Hawa pun tidak ada, yang ada hanya nama Adam. Nama Hawa (Eve) ada dalam Bibel ("Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup." (Kejadian iii. 20), (Hawwa’ dari kata bahasa Ibrani heva, dibaca: hawwah, yang berarti hidup). Pernyataan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki itu terdapat dalam Perjanjian Lama, Kitab Kejadian ii. 21 dan 22: "Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu."
Kemudian sekali lagi Allah memerintahkan kepada manusia untuk bertakwa kepada-Nya dan seringkali mempergunakan nama-Nya dalam berdoa untuk memperoleh kebutuhannya. Menurut kebiasaan orang Arab Jahiliah bila menanyakan sesuatu atau meminta sesuatu kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah. Allah juga memerintahkan agar manusia selalu memelihara silaturrahmi antara keluarga dengan membuat kebaikan dan kebajikan yang merupakan salah satu sarana pengikat silaturrahmi.
Ilmu Hayati Manusia (Human Biology) memberikan informasi kepada kita, bahwa manusia dengan kelamin laki-laki mempunyai sex-chromosome (kromosom kelamin) XY, sedang manusia dengan kelamin wanita mempunyai sex-chromosome XX. Ayat di atas menjelaskan bahwa “manusia diciptakan dari diri yang satu dan daripadanya Allah menciptakan istrinya”. Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa ‘diri yang satu itu’ tentu berjenis kelamin laki-laki, sebab kalimat berikutnya menyatakan, ‘daripadanya diciptakan istrinya’. Dari sudut pandang Human Biology hal itu sangatlah tepat, sebab sex-chromosome XY (laki-laki) dapat menurunkan kromosom XY atau XX; sedang kromosom XX (wanita) tidak mungkin akan membentuk XY, karena dari mana didapat kromosom Y? Jadi jelas bahwa laki-laki pada hakikatnya adalah penentu jenis kelamin dari keturunannya. Diri yang satu itu tidak lain adalah Adam. | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Pada akhir Surah Āli Imrān, Allah memerintahkan umat Islam untuk bertakwa, pada ayat ini yang merupakan awal surah selanjutnya (an-Nisā’), perintah bertakwa itu dipertegas kembali. | PERINTAH BERTAKWA DAN MEMPERERAT
HUBUNGAN SILATURAHMI
| Kosakata: Nafsun Wāḥidah نَفْسٌ وَاحِدَةٌ (an-Nisā’/4: 1)
Nafsun wāḥidah secara bahasa berarti “jiwa yang satu”. Mayoritas ulama memahami istilah ini dalam arti “Adam”. Pemahaman tersebut menjadikan kata zaujahā (pasangannya) adalah istri Adam a.s. yang biasa disebut dengan nama Hawa. Karena ayat ini menyatakan bahwa pasangan itu diciptakan dari nafsun wāḥidah, yaitu “Adam”, maka sebagian mufasir memahami bahwa istri Adam diciptakan dari Adam sendiri. Pemahaman ini melahirkan pandangan negatif terhadap perempuan dengan menyatakan bahwa perempuan adalah bagian dari laki-laki. Sebagian ulama lain memahami nafsun wāḥidah dalam arti jenis manusia laki-laki dan perempuan. Pemahaman demikian melahirkan pendapat bahwa pasangan Adam diciptakan dari jenis manusia juga, kemudian dari keduanya lahirlah manusia yang ada di bumi ini. | null | 1. Manusia wajib bertakwa kepada Allah dan wajib memelihara hubungan silaturahmi.
2. Manusia pertama yang dijadikan Allah adalah Adam.
3. Asal keturunan manusia adalah dari Adam dan Hawa. |
495 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 2 | 77 | 9 | 4 | 1 | وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى اَمْوَالِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا | Wa ātul-yatāmā amwālahum wa lā tatabaddalul-khabīṡa biṭ-ṭayyib(i), wa lā ta'kulū amwālahum ilā amwālikum, innahū kāna ḥūban kabīrā(n). | Berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka. Janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar. | null | null | Ayat berikut ini menjelaskan siapa yang harus dipelihara hak-haknya dalam rangka bertakwa kepada Allah. Dan berikanlah, wahai para wali atau orang yang diberi wasiat mengurus, kepada anak-anak yatim yang sudah dewasa lagi cerdas untuk mengelola harta mereka sendiri yang ada di dalam kekuasaanmu, dan janganlah kamu menukar harta anak yatim yang baik, lalu karena ketamakan kamu mengambil atau menukar harta mereka. Tindakan itu sama halnya menukar yang baik dengan yang buruk. Dan demikian pula, janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu dengan ikut memanfaatkan harta mereka demi kepentingan diri sendiri. Sungguh, tindakan menukar dan memakan itu adalah dosa yang besar. Jika kamu melakukan hal itu, kamu akan mendapat laknat dan murka dari Allah. | Ayat ini ditujukan kepada para penerima amanat agar memelihara anak yatim dan hartanya. Anak yatim ialah setiap anak yang ayahnya telah meninggal dunia, dan masih kecil (belum mencapai usia dewasa).
Orang yang diserahi amanat untuk menjaga harta anak yatim haruslah memelihara harta tersebut dengan cara yang baik. Tidak boleh ia mencampurkan harta anak yatim itu dengan hartanya sendiri, sehingga tidak dapat dibedakan lagi mana yang harta anak yatim dan mana yang harta sendiri. Juga tidak dibenarkan ia memakan harta tersebut untuk dirinya sendiri apabila ia dalam keadaan mampu. Apabila hal tersebut dilakukan juga maka berarti ia telah memakan harta anak yatim dengan jalan yang tak benar. Dalam keadaan ini ia akan mendapat dosa yang besar. Apabila anak yatim itu telah mencapai umur dewasa dan cerdik mampu mengatur dan menggunakan harta, hendaklah hartanya itu segera diserahkan kepadanya, sebagaimana akan diterangkan pada ayat 5 surah ini.
Para mufasir dalam menafsirkan perkataan “anak yatim” dalam ayat ini terdapat dua pendapat. Pendapat pertama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “anak yatim” di sini ialah yang belum balig, sebagai pendahulu ayat 5 surah ini, sejalan dengan penafsiran yang dikemukakan di atas. Pendapat kedua menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “anak yatim” di sini ialah yang sudah balig, sejalan dengan sebab turunnya ayat ini, riwayat Ibnu Abi Ḥātim dari Sa’īd bin Jubair bahwa seorang laki-laki dari suku Banu Gaṭafān menyimpan harta yang banyak milik anak yatim, yaitu anak saudara kandungnya. Ketika anak tersebut balig, dia meminta hartanya itu, tetapi pamannya tidak mau memberikannya. Hal ini diadukan kepada Nabi Muhammad saw, maka turunlah ayat ini.
Aṡ-Ṡa’labi meriwayatkan dari Ibnu Muqatil dan al-Kalbī bahwa paman anak itu tatkala mendengar ayat ini berkata, “Kami taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kami berlindung kepada Allah dari dosa besar.” | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Setelah ada perintah agar manusia selalu bertakwa kepada-Nya dengan memelihara dan melaksanakan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, serta menghubungkan silaturahmi, maka perintah dalam ayat ini dan ayat berikutnya agar memelihara dan menjaga hak anak yatim. | KEWAJIBAN MENJAGA HARTA ANAK YATIM | Kosakata: Ḥūb حُوْب(an-Nisā’/4:2)
Kata ḥūb merupakan bentuk maṣdar dari kata kerja ḥāba-yaḥūbu yang artinya “berdosa”. Dengan demikian, ḥūb dapat diartikan sebagai dosa, kebutuhan, kehinaan dan kelemahan. Hakikat ḥūb adalah kebutuhan yang memotivasi seseorang yang membutuhkan sesuatu untuk melakukan tindakan yang berdosa. Kata ḥūb bisa berarti “menghalau unta”. Dosa dikatakan ḥūb karena ia harus dihalau dan dijauhkan. Dalam kaitan dengan ayat ini, ḥūb dihubungkan dengan perbuatan memakan harta anak yatim tanpa cara atau sebab yang dapat dinilai sah atau mengganti harta itu dengan yang lebih rendah kualitasnya. Perbuatan demikian sering dilakukan oleh mereka yang dipercaya untuk menjaga atau mengelola harta anak yatim. Tindakan yang dianggap dosa itu diungkapkan dengan kata ta’kulū yang artinya “kamu semua makan”. Kata “makan” merupakan ungkapan yang dinilai sangat penting, karena hal itu merupakan kebutuhan paling pokok dan mendesak bagi manusia. Logikanya, bila kebutuhan yang sangat mendesak saja dilarang bila tidak disertai sebab yang dapat dibenarkan, apalagi kalau pengambilan atau penukaran itu bukan karena sebab yang tidak mendesak. | null | 1. Orang yang diserahi amanat untuk memelihara anak yatim dan hartanya wajib menjaganya dengan baik.
2. Haram memakan atau mencampurkan harta lain dengan harta anak yatim.
3. Wajib menyerahkan harta tersebut dengan cara yang baik kepada anak yatim bila ia telah dapat membelanjakan dan memelihara hartanya sendiri. |
496 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 3 | 77 | 9 | 4 | 1 | وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ | Wa in khiftum allā tuqsiṭū fil-yatāmā fankiḥū mā ṭāba lakum minan-nisā'i maṡnā wa ṡulāṡa wa rubā‘(a), fa in khiftum allā ta‘dilū fa wāḥidatan au mā malakat aimānukum, żālika adnā allā ta‘ūlū. | Jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat zalim. | null | null | Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ayat ini turun berkaitan dengan anak yatim yang berada dalam pemeliharaan seorang wali, di mana hartanya bergabung dengan harta wali dan sang wali tertarik dengan kecantikan dan harta anak yatim itu, maka ia ingin mengawininya tanpa memberinya mahar yang sesuai, lalu turunlah ayat ini. Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim yang berada di bawah kekuasaanmu, lantaran muncul keinginan kamu untuk tidak memberinya mahar yang sesuai bilamana kamu ingin menikahinya, maka urungkan niatmu untuk menikahinya, kemudian nikahilah perempuan merdeka lain yang kamu senangi dengan ketentuan batasan dua, tiga, atau empat orang perempuan saja. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil apabila menikahi lebih dari satu perempuan dalam hal memberikan nafkah, tempat tinggal, atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, maka nikahilah seorang perempuan saja yang kamu sukai atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki dari para tawanan perang. Yang demikian itu lebih dekat pada keadilan agar kamu tidak berbuat zalim terhadap keluarga. Karena dengan berpoligami banyak beban keluarga yang harus ditanggung, sehingga kondisi seperti itu dapat mendorong seseorang berbuat curang, bohong, bahkan zalim. | Allah menjelaskan seandainya kamu tidak dapat berlaku adil atau tak dapat menahan diri dari makan harta anak yatim itu, bila kamu menikahinya, maka janganlah kamu menikahinya dengan tujuan menghabiskan hartanya, melainkan nikahkanlah ia dengan orang lain. Dan kamu pilihlah perempuan lain yang kamu senangi satu, dua, tiga, atau empat, dengan konsekuensi kamu memperlakukan istri-istri kamu itu dengan adil dalam pembagian waktu bermalam (giliran), nafkah, perumahan serta hal-hal yang berbentuk materi lainnya. Islam membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Tetapi pada dasarnya satu istri lebih baik, seperti dalam lanjutan ayat itu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang.
Apabila kamu tidak dapat melakukan semua itu dengan adil, maka cukuplah kamu nikah dengan seorang saja, atau memperlakukan sebagai istri hamba sahaya yang kamu miliki tanpa akad nikah dalam keadaan terpaksa. Kepada mereka telah cukup apabila kamu penuhi nafkah untuk kehidupannya. Hal tersebut merupakan suatu usaha yang baik agar kamu tidak terjerumus kepada perbuatan aniaya. Hamba sahaya dan perbudakan dalam pengertian ayat ini pada saat sekarang sudah tidak ada lagi karena Islam sudah berusaha memberantas dengan berbagai cara. Ketika Islam lahir perbudakan di dunia Barat dan Timur sangat subur dan menjadi institusi yang sah seperti yang dapat kita lihat dalam sejarah lama, dan dilukiskan juga dalam beberapa bagian dalam Bibel: Orang merdeka dapat menjadi budak hanya karena: tak dapat membayar utang, mencuri, sangat papa (sehingga terpaksa menjual diri), budak Yahudi dan bukan Yahudi (Gentile) statusnya berbeda dan sebagainya.
Nabi Muhammad diutus pada permulaan abad ke-7 M. Saat ia mulai berdakwah, perbudakan di sekitarnya dan di Semenanjung Arab sangat subur dan sudah merupakan hal biasa. Sikapnya terhadap perbudakan, seperti dilukiskan dalam Al-Qur’an, sangat berbeda dengan sikap masyarakat pada umumnya. Ia mengajarkan perbudakan harus dihapus dan menghadapinya dengan sangat arif. Tanpa harus mengutuk perbudakan, ia mengajarkan agar budak diperlakukan dengan cara-cara yang manusiawi dan penghapusannya harus bertahap, tak dapat dengan sekaligus dan dengan cara radikal seperti dalam memberantas syirik dan paganisme. Dan tujuan akhirnya ialah menghapus perbudakan samasekali. Hal ini terlihat dalam beberapa ketentuan hukum Islam, seseorang dapat menghapus dosanya dengan memerdekakan seorang budak, yang juga menjadi ketentuan orang yang saleh dan bertakwa. Rasulullah telah memberi contoh nyata dengan memerdekakan seorang budak (Zaid) dan menempatkannya menjadi anggota keluarganya, diangkat sebagai anak angkatnya dan berstatus sama dengan status keluarga Quraisy.
Memang benar, rumah tangga yang baik dan harmonis dapat diwujudkan oleh pernikahan monogami. Adanya poligami dalam rumah tangga dapat menimbulkan banyak hal yang dapat mengganggu ketenteraman rumah tangga.
Manusia dengan fitrah kejadiannya memerlukan hal-hal yang dapat menyimpangkannya dari monogami. Hal tersebut bukanlah karena dorongan seks semata, tetapi justru untuk mencapai kemaslahatan mereka sendiri yang karenanya Allah membolehkan (menurut fuqaha) atau memberi hukum keringanan (rukhsah menurut ulama tafsir) kaum laki-laki untuk melakukan poligami (beristri lebih dari satu).
Adapun sebab-sebab yang membuat seseorang berpoligami adalah sebagai berikut:
a. Apabila dalam satu rumah tangga belum mempunyai seorang keturunan sedang istrinya menurut pemeriksaan dokter dalam keadaan mandul, padahal dari perkawinan diharapkan bisa mendapatkan keturunan, maka poligami merupakan jalan keluar yang paling baik.
b. Bagi kaum perempuan, masa berhenti haid (monopouse) lebih cepat datangnya, sebaliknya bagi seorang pria walau telah mencapai umur tua, dan kondisi fisiknya sehat ia masih membutuhkan pemenuhan hasrat seksualnya. Dalam keadaan ini apakah dibiarkan seorang pria itu berzina? Maka di sinilah dirasakan hikmah dibolehkanya poligami tersebut.
c. Sebagai akibat dari peperangan umpamanya jumlah kaum perempuan lebih banyak dari kaum laki-laki. Suasana ini lebih mudah menimbulkan hal-hal negatif bagi kehidupan masyarakat apabila tidak dibuka pintu poligami. Bahkan kecenderungan jumlah perempuan lebih banyak daripada jumlah lelaki saat ini sudah menjadi kenyataan, kendati tidak ada peperangan. | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Setelah dalam ayat yang lalu Allah menerangkan bahwa orang yang diserahi amanat harus menjaga dan memelihara anak yatim dan hartanya, maka pada ayat ini Allah menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang diserahi amanat tersebut seandainya ia ingin menikahi anak yatim di bawah pengawasannya itu, sedang ia tak dapat menahan diri dari menguasai hartanya setelah dinikahinya nanti atau merasa tidak dapat memberikan maharnya yang wajar. | POLIGAMI DAN KEHARUSAN BERLAKU ADIL | Kosakata: Ṣaduqāt صَدُقَاتِ (an-Nisā’/4: 4)
Kata ṣaduqāt adalah jamak dari kata ṣidaq, ṣudūqah, dan ṣadūqah yang berarti “mahar atau maskawin”. Pada asalnya kata dasar kalimat ini (ṣ-d-q/ ص د ق) berarti “kekuatan pada sesuatu”. Dikatakan syai’in ṣidq karena kekuatan kebenaran tersebut. Sebaliknya al-każb atau kebohongan, tidak ada kekuatan sama sekali. Maskawin dinamai ṣadaq karena hal tersebut mengisyaratkan adanya keseriusan dan kebenaran keinginan dari seseorang yang meminang. Mahar adalah nama pemberian yang wajib diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya jika akan melangsungkan pernikahan, baik berupa uang maupun barang, sebagai bukti keikhlasannya untuk menikahi calon istrinya tersebut. | Imam al-Bukhāri meriwayatkan bahwa Aisyah r.a. berkata, “Ada seorang gadis yatim di bawah asuhan walinya. Ia berserikat dengan walinya dalam masalah hartanya, walinya itu tertarik kepada harta dan kecantikan gadis tersebut. Akhirnya ia bermaksud menikahinya, tanpa memberikan mahar yang layak.” Maka turunlah ayat ini. | null |
497 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 4 | 77 | 9 | 4 | 1 | وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا | Wa ātun-nisā'a ṣaduqātihinna niḥlah(tan), fa in ṭibna lakum ‘an syai'im minhu nafsan fa kulūhu hanī'am marī'ā(n). | Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (mahar) itu dengan senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati. | null | null | Dan apabila telah mantap dalam menetapkan pilihan dan siap untuk menikah dengan wanita pujaan kamu, maka berikanlah maskawin yakni mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan, karena mahar merupakan hak istri dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami terhadapnya. Suami tidak boleh berbuat semenamena terhadapnya atas dasar pemberian tersebut. Kemudian, jika mereka, para istri menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati sebagai hadiah untuk kalian, maka terimalah hadiah itu dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati. Dengan demikian, pemberian itu halal dan baik untuk kalian. | Para suami agar memberikan mahar berupa sesuatu yang telah mereka janjikan kepada istri mereka pada waktu akad nikah yang terkenal dengan (mahar musamma) atau sejumlah mahar yang biasa diterima oleh keluarga istri yang terkenal dengan (mahar miṡil) karena tidak ada ketentuan mengenai jumlah itu sebelumnya.
Pemberian mahar ini adalah merupakan tanda kasih sayang dan menjadi bukti adanya ikatan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membangun rumah tangga. Namun apabila istri rela dan ikhlas, maka dalam hal ini tidak mengapa jika suami turut memanfaatkan mahar tersebut. Ayat ini menunjukkan bahwa maskawin adalah disyariatkan oleh agama. Pada masa jahiliah menikah tanpa maskawin. | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Setelah dalam ayat yang lalu Allah menerangkan bahwa orang yang diserahi amanat harus menjaga dan memelihara anak yatim dan hartanya, maka pada ayat ini Allah menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang diserahi amanat tersebut seandainya ia ingin menikahi anak yatim di bawah pengawasannya itu, sedang ia tak dapat menahan diri dari menguasai hartanya setelah dinikahinya nanti atau merasa tidak dapat memberikan maharnya yang wajar. | POLIGAMI DAN KEHARUSAN BERLAKU ADIL | Kosakata: Ṣaduqāt صَدُقَاتِ (an-Nisā’/4: 4)
Kata ṣaduqāt adalah jamak dari kata ṣidaq, ṣudūqah, dan ṣadūqah yang berarti “mahar atau maskawin”. Pada asalnya kata dasar kalimat ini (ṣ-d-q/ ص د ق) berarti “kekuatan pada sesuatu”. Dikatakan syai’in ṣidq karena kekuatan kebenaran tersebut. Sebaliknya al-każb atau kebohongan, tidak ada kekuatan sama sekali. Maskawin dinamai ṣadaq karena hal tersebut mengisyaratkan adanya keseriusan dan kebenaran keinginan dari seseorang yang meminang. Mahar adalah nama pemberian yang wajib diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya jika akan melangsungkan pernikahan, baik berupa uang maupun barang, sebagai bukti keikhlasannya untuk menikahi calon istrinya tersebut. | null | 1. Allah membolehkan kaum laki-laki beristri paling banyak empat, dengan konsekwensi tertentu seperti berlaku adil terhadap istri-istrinya.
2. Wajib bagi seorang suami membayar mahar kepada istrinya baik menurut yang telah disepakati, yaitu mahar musamma atau mahar miṡil.
3. Apabila istri rela dan mengizinkan, suami boleh ikut memanfaatkan mahar tersebut. |
498 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 5 | 77 | 9 | 4 | 1 | وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاۤءَ اَمْوَالَكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَكُمْ قِيٰمًا وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا | Wa lā tu'tus-sufahā'a amwālakumul-latī ja‘alallāhu lakum qiyāmaw warzuqūhum fīhā waksūhum wa qūlū lahum qaulam ma‘rūfā(n). | Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaan)-mu yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupanmu. Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. | null | null | Setelah penjelasan tentang hak-hak anak yatim yang harus dipenuhi, ayat ini menjelaskan larangan menyerahkan harta mereka bila mereka belum mampu mengurus. Dan janganlah kalian serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, yaitu anak yatim atau orang dewasa yang belum mampu mengurus, harta mereka yang ada dalam kekuasaan kalian yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan, penyangga hidup, penopang urusan, dan penunjang berbagai keinginan dalam kehidupan ini. Sebab, dalam kondisi seperti itu mereka akan menghabiskan harta tersebut secara sia-sia. Karena itu, berilah mereka belanja secukupnya dan pakaian selayaknya yang bisa menutupi aurat dan memperindah penampilan, dari hasil harta yang kalian usahakan itu. Bersikaplah lemah lembut dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik sehingga membuat perasaan mereka nyaman dan tenteram. | Para wali dan pelaksana wasiat (waṣi) yang memelihara anak yatim agar menyerahkan harta anak yatim yang ada dalam kekuasaannya apabila anak yatim itu telah dewasa dan telah dapat menjaga hartanya. Apabila belum mampu maka tetaplah harta tersebut dipelihara dengan sebaik-baiknya karena harta adalah modal kehidupan.
Segala keperluan anak yatim seperti pakaian, makanan, pendidikan, pengobatan dan sebagainya dapat diambil dari keuntungan harta itu apabila harta tersebut diusahakan (diinvestasikan). Kepada mereka hendaklah berkata lemah lembut penuh kasih sayang dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri. | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Ayat yang lalu adalah perintah untuk mengembalikan harta anak yatim yang telah dewasa, tidak mengawininya bila khawatir tidak dapat berlaku adil terhadapnya dan perintah memberikan mahar kepada istri. Ayat ini menerangkan tentang syarat waktu penyerahan harta anak yatim tersebut. | PENYERAHAN HARTA ANAK YATIM | Kosakata: as-Sufahā’ اَلسُّفَهَاءِ(an-Nisā’/4: 5)
As-Sufahā’ merupakan bentuk jamak dari safīh, berasal dari kata kerja safiha-yasfahu, berarti “tidak memiliki kelayakan atau pengetahuan”, “bodoh”, “berakhlak buruk”. Arti kata dasarnya adalah enteng, lemah dan lain-lain. ṡaubun safīh berarti pakaian yang jelek tenunannya. Rimahun taṣaffahat artinya tombak-tombak yang miring. Dengan demikian, safīh berarti “orang yang tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan, yang bodoh, atau yang berakhlak buruk”. Dalam kaitan dengan ayat yang dimaksud kata sufahā’ menunjuk kepada anak-anak yatim yang masih dalam keadaan kurang pengetahuan atau kemampuannya untuk mengelola harta yang menjadi haknya. Walaupun mereka sudah cukup umur untuk mendapatkan harta yang menjadi haknya, namun karena keadaannya itu sebaiknya harta tersebut tetap dikelola oleh walinya, karena dikhawatirkan harta itu akan habis tanpa ada manfaat. | null | null |
499 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 6 | 77 | 9 | 4 | 1 | وَابْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَۚ فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ ۚ وَلَا تَأْكُلُوْهَآ اِسْرَافًا وَّبِدَارًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَانَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ فَاِذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ فَاَشْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا | Wabtalul-yatāmā ḥattā iżā balagun-nikāḥ(a), fa in ānastum minhum rusydan fadfa‘ū ilaihim amwālahum, wa lā ta'kulūhā isrāfaw wa bidāran ay yakbarū, wa man kāna ganiyyan falyasta‘fif, wa man kāna faqīran falya'kul bil-ma‘rūf(i), fa iżā dafa‘tum ilaihim amwālahum fa asyhidū ‘alaihim, wa kafā billāhi ḥasībā(n). | Ujilah anak-anak yatim itu (dalam hal mengatur harta) sampai ketika mereka cukup umur untuk menikah. Lalu, jika menurut penilaianmu mereka telah pandai (mengatur harta), serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menghabiskannya) sebelum mereka dewasa. Siapa saja (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan siapa saja yang fakir, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang baik. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Cukuplah Allah sebagai pengawas. | null | null | Setelah menjelaskan tentang larangan menyerahkan harta anak yatim dalam kondisi mereka belum mampu mengelola, berikutnya Allah memerintahkan agar para wali menguji terlebih dahulu kematangan berpikir, kecerdasan, dan kemampuan mereka mengelola harta sebelum menyerahkannya. Dan ujilah kecerdasan dan mental anak-anak yatim itu dengan memperhatikan keagamaan mereka, kematangan berpikir, dan cara membelanjakan harta, kemudian latihlah mereka dalam menggunakan harta itu sampai hampir mereka cukup umur untuk menikah dengan menyerahkan harta sedikit demi sedikit. Kemudian jika menurut pendapat kamu melalui uji mental tersebut dapat diketahui dengan pasti bahwa mereka betul-betul telah cerdas dan pandai dalam memelihara dan mengelola harta, maka serahkanlah kepada mereka hartanya itu, sehingga tidak ada alasan bagi kalian untuk menahan harta mereka. Dan janganlah kamu, para wali, dalam mengelola harta ikut memakannya harta anak yatim itu dan mengambil manfaat melebihi batas kepatutan, dan janganlah kamu menyerahkan harta kepada mereka dalam keadaan tergesa-gesa menyerahkannya sebelum mereka dewasa, karena kalian khawatir bila mereka dewasa mereka akan memprotes kalian. Barang siapa di antara pemelihara itu mampu mencukupi kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya, maka hendaklah dia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan mencukupkan diri dengan anugerah dari Allah yang diperolehnya. Dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut sekadar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sebagai upah atau imbalan atas pemeliharaannya. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu yang sebelumnya berada di tangan kamu kepada mereka, maka hendaklah kalian adakan saksi-saksi ketika menyerahkan harta itu kepada mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas atas segala amal perbuatan dan perilaku mereka. Dan Dia memperhitungkan semua perilaku tersebut kemudian memberinya balasan setimpal. | Sebelum harta diserahkan kepada anak yatim, apabila mereka telah balig dan mampu dalam menggunakan harta maka terlebih dahulu kepada mereka diberikan ujian. Apakah benar-benar ia telah dapat memelihara dan menggunakan hartanya dengan baik, sebagaimana dipahami oleh Mazhab Syafi’i. Mazhab Hanafi mewajibkan wali menyerahkan harta pada umur dewasa dengan syarat cerdas, mampu dan pada umur 25 tahun walaupun dalam keadaan tidak cerdas.
Janganlah para wali ikut mengambil atau memakan harta anak yatim secara berlebihan. Apabila wali termasuk orang yang mampu hendaklah ia menahan diri agar tidak ikut memakan harta anak yatim tersebut. Tetapi apabila wali memang orang yang dalam keadaan kekurangan, maka boleh ia ikut memakannya secara baik dan tidak melampaui batas.
Apabila masa penyerahan di atas telah tiba, hendaklah penyerahan itu dilakukan di hadapan dua orang saksi untuk menghindarkan adanya perselisihan di kemudian hari. Allah selalu menyaksikan dan mengawasi apa yang dikerjakan oleh manusia. Tidak ada hal yang tersembunyi bagi-Nya baik di bumi maupun di langit. | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Ayat yang lalu adalah perintah untuk mengembalikan harta anak yatim yang telah dewasa, tidak mengawininya bila khawatir tidak dapat berlaku adil terhadapnya dan perintah memberikan mahar kepada istri. Ayat ini menerangkan tentang syarat waktu penyerahan harta anak yatim tersebut. | PENYERAHAN HARTA ANAK YATIM | Kosakata: as-Sufahā’ اَلسُّفَهَاءِ(an-Nisā’/4: 5)
As-Sufahā’ merupakan bentuk jamak dari safīh, berasal dari kata kerja safiha-yasfahu, berarti “tidak memiliki kelayakan atau pengetahuan”, “bodoh”, “berakhlak buruk”. Arti kata dasarnya adalah enteng, lemah dan lain-lain. ṡaubun safīh berarti pakaian yang jelek tenunannya. Rimahun taṣaffahat artinya tombak-tombak yang miring. Dengan demikian, safīh berarti “orang yang tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan, yang bodoh, atau yang berakhlak buruk”. Dalam kaitan dengan ayat yang dimaksud kata sufahā’ menunjuk kepada anak-anak yatim yang masih dalam keadaan kurang pengetahuan atau kemampuannya untuk mengelola harta yang menjadi haknya. Walaupun mereka sudah cukup umur untuk mendapatkan harta yang menjadi haknya, namun karena keadaannya itu sebaiknya harta tersebut tetap dikelola oleh walinya, karena dikhawatirkan harta itu akan habis tanpa ada manfaat. | null | 1. Dilarang menyerahkan harta anak yatim selama ia masih dalam keadaan belum dapat mengelola harta dengan baik meskipun ia telah balig.
2. Wajib bagi para wali memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang seperti anak sendiri.
3. Jika anak yatim telah dewasa, maka untuk dapat menyerahkan harta itu terlebih dahulu wali wajib menguji kecerdasan mereka.
4. Harus ada dua orang saksi yang menyaksikan serah terima harta anak yatim.
5. Bagi wali yang mampu, dilarang ikut memakan harta anak yatim, sedang bagi yang tidak mampu diperkenankan mengambil harta tersebut sekadar keperluan dan tidak berlebihan. |
500 | 4 | النّساۤء | An-Nisā' | An-Nisa' | Perempuan | 176 | 77 | Madaniyah | 7 | 78 | 9 | 4 | 1 | لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ اَوْ كَثُرَ ۗ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًا | Lir-rijāli naṣībum mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūn(a), wa lin-nisā'i naṣībum mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūna mimmā qalla minhu au kaṡur(a), naṣībam mafrūḍā(n). | Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan. | null | null | Diriwayatkan bahwa Ummu Kuhhah istri Aus bin Sabit mengadukan persoalannya kepada Rasulullah, bahwa setelah Aus gugur dalam Perang Uhud, lalu harta peninggalan Aus diambil seluruhnya oleh saudara laki-laki Aus tanpa menyisakan sedikit pun untuk dirinya dan dua putrinya hasil perkawinannya dengan Aus, kemudian turunlah ayat ini. Bagi laki-laki dewasa atau anak-anak yang ditinggal mati orang tua atau kerabatnya ada hak bagian waris dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya yang akan diatur Allah kemudian, dan begitu pula bagi perempuan dewasa atau anak-anak yang ditinggal mati orang tua atau kerabatnya ada hak bagian waris pula dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik harta peninggalan itu jumlahnya sedikit atau banyak. Hak mewarisi itu diberikan menurut bagian yang telah ditetapkan oleh Allah. | Apabila anak yatim mendapat peninggalan harta dari kedua orang tuanya atau kerabatnya yang lain mereka sama mempunyai hak dan bagian. Masing-masing mereka akan mendapat bagian yang telah ditentukan oleh Allah. Tak seorang pun dapat mengambil atau mengurangi hak mereka. | Surah an-Nisā’ yang terdiri dari 176 ayat itu adalah surah Madaniyah yang terpanjang sesudah Surah al-Baqarah. Dinamakan an-Nisā’ karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal yang berhubungan dengan perempuan serta merupakan surah yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah Al-Qur’an yang lain. Surah lain yang banyak juga membicarakan hal perempuan ialah Surah aṭ-Ṭalāq. Dalam hubungan ini Surah an-Nisā’ biasa disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ al-Kubrā (Surah an-Nisā’ yang besar), sedang Surah aṭ-Ṭalāq disebut dengan sebutan Sūrah an-Nisā’ aṣ-Ṣugrā (Surah an-Nisā’ yang kecil).
Pokok-pokok Isinya
1. Keimanan
Mencakup syirik, kekafiran dan hari kemudian.
2. Hukum-hukum
Kewajiban para wāṣi dan para wali, hukum poligami, maskawin, memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya, pokok-pokok hukum warisan, perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, perempuan yang haram dikawini, hukum mengawini budak perempuan, larangan memakan harta secara batil, hukum syiqāq dan nusyūz, kesucian lahir batin dalam salat, hukum suaka, hukum membunuh seorang muslim, salat khauf, larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk, masalah pusaka kalalah, dan lain-lain.
3. Kisah-kisah
Kisah-kisah tentang Nabi Musa dan pengikut-pengikutnya.
4. Lain-lain:
Asal manusia adalah satu, keharusan menjauhi adat zaman jahiliah dalam menggauli perempuan, cara menggauli istri, hak seseorang sesuai dengan kewajibannya, perlakuan Ahli Kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya, dasar-dasar pemerintahan, cara mengadili perkara, keharusan siap-siaga terhadap musuh, sikap-sikap orang munafik dalam manghadapi peperangan, berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf, adab dalam peperangan, cara menghadapi orang-orang munafik, derajat-derajat orang yang berjihad.
| null | Hubungan Surah an-Nisā’ dengan Surah Āli ‘Imrān, ialah:
1. Surah an-Nisā’ dimulai dengan perintah bertakwa kepada Allah sedang Surah Ali Imrān juga disudahi dengan perintah bertakwa kepada Allah.
2. Dalam Surah Āli ‘Imrān disebutkan kisah perang Badar dan Uhud dengan sempurna, di dalam Surah an-Nisā’ sebagian kisah itu diulangi lagi.
3. Kisah perang Ḥamra’ al-Asad yang terjadi sesudah Perang Uhud terdapat dalam surah Ali ‘Imrān, maka dalam Surah an-Nisā’ kisah itu disinggung lagi.
4. Dalam Surah Āli ‘Imrān telah disebutkan bahwa di kalangan kaum Muslimin banyak yang gugur dalam medan perang sebagai syuhada yang tentunya mereka meninggalkan anak-anak yang sudah yatim dan istri yang sudah janda. Maka pada permulaan Surah an-Nisā’ disebutkan perintah memelihara anak-anak yatim serta pembagian harta pusaka. | Ayat-ayat yang terdahulu menjelaskan tentang haram memakan harta anak yatim dan diperintahkan menyerahkan semua hartanya kepadanya bila telah dewasa dan juga larangan mengambil mahar perempuan yang sudah dinikahi atau menikahinya tanpa mahar. Maka dalam ayat ini dijelaskan tentang pembagian harta pusaka dan perlakuan terhadap anak-anak yatim dan hartanya. | POKOK-POKOK HUKUM WARIS | Kosakata: żurriyyah ḍi’āfan ذُرِّيَّةً ضِعَافًا (an-Nisā’/4: 9)
Dalam Al-Qur’an sekurangnya disebutkan dua kali istilah yang hampir serupa. Pertama, istilah żurriyyah ḍu’afā’ yang disebutkan di dalam Surah al-Baqarah/2:266; kedua, istilah żurriyyah ḍi’āfan yang disebutkan di dalam ayat ini. żurriyyah ḍu’afā’ berarti “anak-anak (keturunan) yang masih kecil-kecil, dalam arti belum dewasa”. Sedangkan kata żurriyyah ḍi’āfan berarti “keturunan yang serba lemah,” lemah fisik, mental, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, spiritual dan lain-lain yang menyebabkan mereka tidak mampu menjalankan fungsi utama manusia, baik sebagai khalifah maupun sebagai makhluk-Nya yang harus beribadah kepada-Nya. Tegasnya, Allah berpesan kepada generasi yang tua jangan sampai generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan justru generasi yang tak berdaya, yang tidak dapat mengemban fungsi dan tanggung jawabnya. Upaya pemberdayaan generasi penerus terletak di pundak generasi sebelumnya, orang tua dan masyarakat. | Diriwayatkan, ketika Aus bin Ṡābit al-Anṣārī meninggal dunia, ia meninggalkan seorang istri yaitu Ummu Kuḥḥah dan tiga orang anak perempuan. Kemudian dua orang anak paman Aus yakni Suwaid dan Arfaṭah melarang memberikan bagian harta warisan itu kepada istri dan ketiga anak perempuan Aus itu, sebab menurut adat jahiliah anak-anak dan perempuan tidak mendapat warisan apa pun karena tidak sanggup menuntut balas (bila terjadi pembunuhan dan sebagainya). Kemudian istri Aus mengadu kepada Rasulullah saw, lalu Rasul memanggil Suwaid dan ‘Arfaṭah. Keduanya menerangkan kepada Rasulullah bahwa anak-anaknya tidak dapat menunggang kuda, tidak sanggup memikul beban dan tidak bisa pula menghadapi musuh. Kami bekerja, sedang mereka tidak berbuat apa-apa. Maka turunlah ayat ini menetapkan hak perempuan dalam menerima warisan sebagaimana dijelaskan ayat waris. | null |
Subsets and Splits
No saved queries yet
Save your SQL queries to embed, download, and access them later. Queries will appear here once saved.